Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Aljazair pada Minggu, 8 September 2024, mendeklarasikan Presiden Abdulmadjid Tebboune sebagai pemenang pemilu pada Sabtu, 7 September 2024. Walaupun saingan Tebboune dalam pilpres menuduh telah terjadi penyimpangan dalam perhitungan suara dan kurang dari jumlah pemilih yang akhirnya memberikan hak suara mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil resmi memperlihatkan Tebboune mendapatkan 95 persen suara atau jumlah yang cukup untuk menghindari pemilu putaran kedua. Sedangkan pesaing Tebboune, Abdelaali Hassani Cherif mendapatkan 3 persen suara dan 2 persen untuk Youcef Aouchiche
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini adalah sebuah lelucon,” kata Ahmed Sadok Juru bicara Hassani, yang mengklaim harusnya Hassani mendapatkan jumlah suara lebih banyak dari yang dideklarasikan komisi pemilihan umum (KPU) berdasarkan hasil yang dikumpulkan tim kampanye Hassani dari berbagai daerah. Reuters belum bisa memverifikasi soal perolehan ini atau meminta komentar Tebboune dan tim kampanye Aouchiche.
Kepala KPU Aljazair Mohammed Charfi mengatakan ketika mengumumkan hasi pemilu, pihaknya sudah bekerja keras untuk memastikan transparansi dan kompetisi yang adil di antara kandidat presiden.
Pada Minggu malam, 8 September 2024, kandidat Tebboune dan Cherif menerbitkan surat pernyataan bersama, di mana keduanya keberatan dengan hasil yang diumumkan KPU sebelumnya.
Terpilihnya kembali Tebboune berarti Aljazair akan tetap menjalankan program pemerintah dengan belanja sosial besar-besaran berdasarkan kenaikan revenue energi. Tebboune berkuasa di Al Jazair sejak 2019 atau saat harga minyak dunia sedang anjlok. Ketika itu, Tebboune berjanji membantu mengatasi mengangguran, isu pensiun dan program rumah dengan harga terjangkau. Seluruh program tersebut telah membantu mendorong namanya dalam pemilu.
“Selama Tebboune bisa meningkatkan upah minimum, pensiun dan menjaga subsidi, dia akan tetap nomor satu buat saya,” kata Ali, warga Aljazair.
Ini adalah pemilu pertama bagi warga Aljazair setelah gelombang unjuk rasa mendongkel pemerintahan Abdulaziz Boeteflika yang sudah berkuasa di negara itu selama 20 tahun. Tebboune mendapat dukungan dari pasukan keamanan, yang telah memenjarakan para pembangkan berpengaruh. Terpilihnya Tebboune dalam pemilu 2019 ketika itu secara tak langsung telah mencerminkan anti-kemapanan dengan jumlah pemilih 40 persen di bawah pemilu sebelumnya.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: ICC Hentikan Proses Hukum atas Ismail Haniyeh
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini