Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional
Sri Lanka

Berita Tempo Plus

Abhilasha Pulang ke Mama

Abhilasha Jeyarajah, bayi Sri Lanka berusia empat bulan yang hilang tersapu tsunami, akhirnya berkumpul lagi dengan kedua orang tuanya. Ada proses hukum yang panjang dan melelahkan sebelum mereka bersatu kembali.

21 Februari 2005 | 00.00 WIB

Abhilasha Pulang ke Mama
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Inilah nazar Jenita Jeyarajah di depan altar para dewa sesembahannya di sebuah kuil Hindu di Kalmunai: jika bayinya yang hilang dapat ditemukan kembali, dia akan memecahkan 100 butir kelapa sebagai persembahan kepada Dewa Ganesha, menghaturkan beras manis bagi Dewa Perang Murugan, dan menyembelih seekor ayam jantan untuk Dewi Kali. Harapan ibu muda itu terkabul pada Rabu pekan lalu.

Hari itu, MP Moahaidein, hakim di Pengadilan Kalmunai, Sri Lanka, mengumumkan bahwa hasil uji DNA (deoxyribonucleic acid) "Bayi 81"—kemudian diketahui bernama Abhilasha Jeyarajah—menunjukkan bahwa orok itu benar anak dari pasangan Murugupillai dan Jenita Jeyarajah. Uji DNA itu dilakukan atas permintaan pengadilan Kalmunai setelah sembilan pasangan suami-istri lain ikut-ikutan mengklaim bayi bermata bulat itu sebagai anak mereka.

Inilah kisah orok berumur empat bulan yang menggegerkan seantero Sri Lanka selama tujuh pekan terakhir. Saat tsunami menerpa negeri itu pada 26 Desember 2004, si kecil terhempas dari gendongan ibunya. Sehari kemudian, seorang warga menemukannya dalam keadaan kotor penuh lumpur hitam. Ajaibnya, si bayi masih bernyawa. Dia tergolek di antara mayat dan reruntuhan bangunan di kawasan Kalmunai. Saat ditemukan, Abhilasha sudah 10 jam dinyatakan hilang digulung ombak.

Si bayi kemudian dibawa sebuah ke rumah sakit di timur Kalmunai.

Karena tak ada yang mengetahui identitasnya, si orok yang lahir pada 19 Oktober 2004 itu diberi nama "Bayi 81"—sesuai dengan nomor urut pendaftaran di rumah sakit. Dari sinilah drama memilukan itu dimulai. Media massa mulai menuliskan kisah Bayi 81 yang tetap hidup dan sehat wal afiat setelah tersapu gelombang. Fotonya tertera di berbagai media. Mendadak sontak, sembilan orang tua mengaku sebagai orang tua si bayi. Pasangan Jenita-Murugupillai salah satunya. Merekalah satu-satunya pasangan yang mengklaim secara resmi dan menyebut identitas bayi itu sebagai Abhilasha, lengkap dengan tanggal dan tahun kelahirannya.

Tapi siapa yang mau percaya pada Jenita walau dia sudah bersumpah berkali-kali bahwa orok itu miliknya? Apalagi, semua dokumen sudah disapu tsunami. Pihak rumah sakit terus menahan si bayi dengan alasan kondisi kesehatan bayi masih lemah. Dalam pada itu, beberapa perempuan lain pun tak kalah gencarnya bersumpah bahwa Abhilasha adalah milik mereka. Putus asa, Murugpillai Jeyarajah, ayah si bayi, mengancam akan bunuh diri jika tetap tak boleh membawa pulang anaknya. Mereka juga nekat menculik anak itu saat dia dibaringkan di rumah sakit. Tapi polisi keburu menangkap pasangan itu walau kemudian membebaskan mereka kembali.

Sengketa itulah yang mendorong hakim Moahaidein untuk menguji DNA pasangan Jeyarajah dan bayi Abhilasha. Takdir seolah sudah digariskan. `'Laporan DNA menyebutkan pasangan Jeyarajah memang orang tua kandung Bayi 81,'' sang hakim menegaskan.

Saat keputusan itu dibacakan, mata pasangan muda itu serentak berlinang. Keduanya memeluk dan menciumi si orok berulang kali. "Lihatlah, dia sangat bahagia. Dia mengenali aroma tubuh orang tuanya," ujar Murugupillai dengan paras bungah. Pengunjung pengadilan menyaksikan adegan itu dengan terharu.

Uji DNA untuk menentukan hubungan orang tua dengan si anak baru pertama kali ini dilaksanakan di pengadilan Sri Lanka. Ini menjadi peristiwa bersejarah yang dikenang oleh banyak penduduk negeri itu, terutama oleh Jenita, sang ibunda. `'Saya bahagia dan hanya bisa bersyukur pada Tuhan karena telah mengembalikan bayi saya,'' katanya, terharu.

Eduardus Karel Dewanto (BBC/The Herald/WPost)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus