Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berita Tempo Plus

Pencarian Diri Captain…

Imanissimo, sebuah grup rock, memunculkan album Z's Diary. "Concept album" pertama di Indonesia, kata produsernya.

21 Februari 2005 | 00.00 WIB

Pencarian Diri Captain…
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dan Captain Z pun dihanyutkan ombak. Setelah musik ingar-bingar, tiba-tiba suasana luruh. Solo piano masuk, diresapi samar-samar suara deburan air laut memecah pantai. Nada-nada gamang tuts merayap.

Jarang grup band kita menggarap sebuah "concept album", sebuah album tematik yang lagu-lagunya membentuk sebuah kesatuan. Kita ingat mendiang Harry Roesli pernah memiliki Opera Ken Arok. Tapi itu zaman baheula. Kini, tiba-tiba sebuah grup rock anyar Imanissimo, yang rata-rata personelnya jebolan Fakultas Musik Institut Kesenian Jakarta (IKJ), muncul dengan album bertema fantasi.

Album ini diterbitkan oleh IPS (Indonesia Progressive Society), produser musik yang tertarik pada berbagai band bercorak progressive rock. Sampai sekarang IPS telah merilis lima buah album, di antaranya milik grup band Discuss. Bahwa grup rock yang dipilih IPS eksploratif dari sisi musikal, itu benar. Mendengar Imanissimo, langsung terdengar bobotnya lain dibandingkan dengan berbagai grup rock sebaya.

Sepenuhnya instrumental. Tanpa lirik, kecuali selintas-lintas senandung dan petilan narasi. Komposisinya mengambil format simfoni, yang biasanya terdiri dari empat bagian (movement). "Namun, dipelesetkan jadi 1st Moment, 2nd Moment, 3rd Moment, dan Final Moment," kata Iman Utama Isnar, pencabik bas yang dahulu di IKJ mengambil mayor kontrabas.

"Concept album" dalam berbagai grup progressive rock asing adalah biasa. Temanya sangat variatif dan mungkin dibutuhkan sebuah studi tersendiri tentang rupa-rupa imaji yang dibangun para pemusik progressive rock dalam concept album-nya. Dari yang berbau mistis seperti Tales from Topographic Ocean dari Yes, yang mengambil cerita dari kitab filsafat India, Shastric, sampai album Alan Parsons Project, Tales of Mystery and Imagination, yang inspirasinya dari novel kriminal Edgar Allan Poe.

Di luar itu ada Tarkus dari Emerson, Lake and Palmer, yang berkisah tentang pencarian jatidiri robot berbentuk armadillo. Atau, yang terkini seperti Metropolis: Scenes From a Memory dari Dream Theater, yang bercerita tentang seorang anak muda yang menggunakan hipnoterapi untuk kembali ke masa lalu buat memecahkan misteri pembunuhan sekaligus mencari tahu proses perkembangan dirinya.

Ide dasar Imanissimo adalah petualangan kosmis seorang bernama Captain Z. "Saya suka komik," kata Putra Prayoga, penabuh drum—mengambil jurusan perkusi di IKJ dulu. Antara satu lagu dan lainnya ada narasi. Alur temanya dimulai dari pengalaman mimpi buruk Z. Si Z diombang-ambingkan laut. Z memasuki lorong dimensi. Kli-maksnya, Z menemui ajalnya dan bahagia.

Seberapa jauh aransemen mereka? Lagu pertama, Z's Dream, dimulai dengan bunyi seperti deru angin. Terdengar gesekan perih suara tekyan—alat musik dalam gambang kromong. Kemudian masuk narasi memperkenalkan Captain Z. Selanjutnya senandung—dinyanyikan Yuyun, seorang penari yang improvisasi vokalnya pernah dipakai dalam sebuah karya Sardono W. Kusumo (sekarang ia vokalis Discuss). Terakhir, raungan garang eksplorasi gitar.

Lagu kedua, Anomaly of the Ocean. Terdiri atas hanya dentingan piano dan suara ombak. "Maunya keseluruhannya hanya suara deru ombak dan trompet kapal beneran. Saya merekam suara ombak, tapi hasilnya tidak memuaskan," kata Iman. Dan kemudian lagu ketiga: The Adventures of Captain Zed. "Bagian ini semacam proses pencarian jatidiri Captain Z," Iman menambahkan.

Bagian akhir, sebuah komposisi panjang berdurasi 43 menit berjudul Last Day to Life. "Bila disodorkan ke produser major label, lagu dengan lama tujuh menit saja pasti ditolak," kata Andy Julias, produser IPS. Keyboard dengan aksen gerejawi mengawali lagu ini. Seterusnya, dentingan berulang-ulang seperti siklus sebuah jam. Di tengah-tengahnya, kor. Iman mengenang saat tahun 2001 memainkan Last Day di food court Pasar Festival, Kuningan: "Wah, satu per satu yang nonton pulang."

Secara umum, aransemen tiap lagu Imanissimo cukup kaya. Tiap komposisi penuh dengan perubahan tempo yang tiba-tiba. Polanya tidak mudah ditebak. Di tengah nada tinggi, dinamis, agresif, bisa diselip atmosfer yang lambat, minimalis. Interval kerap disisipi efek-efek keyboard yang menimbulkan asosiasi bunyi seperti cericit atau lengkingan. Di satu waktu kocokan gitar ganas, tapi tanpa diduga diakhiri suara lembut mengambang. Yang dipuji, seluruh eksplorasi tidak menistakan dimensi melodius. Dalam lagu yang berdurasi 43 menit, anak-anak ini membuktikan struktur komposisi de-ngan banyak kejutan.

Irama dari 1st Moment sampai Final Moment cukup mengalir, meski tak bisa dibilang betul-betul pepal. Memang nyanyian (kor) latar belum begitu memuaskan eksplorasi aransemennya. Ia hanya ditempatkan sebagai efek —yang memoles nuansa. Dan mungkin yang agak mengganggu adalah penarasian kisah Z. Sayang, beberapa kalimatnya terasa verbal (baca: berpretensi filsafat). Misalnya diucapkan: "Di sini Z memasuki ruang ganjil dan menemukan sebuah option, suatu gambaran metafisik yang begitu nyata…."

Namun, sebagai awal, apa pun, ini merupakan sebuah gebrakan. Keberanian lain adalah kemasan sampulnya. Sampul dihiasi ilustrasi-ilustrasi surealis. Seorang yang gundul-tampan, dengan badan yang tegap-berotot, telanjang bulat, tampak melayang seolah di ruang hampa udara. Itulah gambaran Captain Z. Selagi dalam industri rekaman kita masalah sampul dinomorduakan, sampul Imanissimo tampak serius dalam unsur kesenirupaannya. Seolah mereka ingin melanjutkan tradisi sampul kaset berbagai band progressive rock asing, yang sangat hirau terhadap aspek-aspek imajinatif.

Di tengah maraknya berbagai band baru mencipta lagu-lagu dengan beat-beat yang mudah dicerna, dengan lirik-lirik bertema cinta, dirilisnya Z's Diary adalah sebentuk gerilya. Dan Imanissimo pun meniti gelombang.

Seno Joko Suyono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus