Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada Minggu, 16 Februari 2025, mengumumkan Inggris siap mengirimkan tentara ke Ukraina untuk menjaga perdamaian paska-perang. Langkah Starmer itu, juga untuk memamerkan pada Amerika Serikat kalau negara-negara di Eropa punya peran untuk mengakhiri perang Ukraina lewat dialog.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Starmer mengatakan pengambil keputusan untuk mempertimbangkan penempatan tentara Inggris di medan tempur bukan perkara sepele. Namun mengamankan perdamaian abadi di Ukraina sangat penting untuk mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan agresi lebih lanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tempat terpisah, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio pada Minggu, 16 Februari 2025,mengatakan Ukraina dan Eropa akan menjadi bagian negosiasi nyata untuk mengakhir perang Ukraina. Ucapan Rubio ini memberikan sinyalemen pembicaraan Amerika Serikat dengan Rusia pada pekan ini adalah sebuah peluang untuk melihat seberapa seriusnya perdamaian.
“Berakhirnya perang Ukraina tidak boleh bersifat hanya sementara, sebelum akhirnya Putin menyerang lagi,” kata Starmer, seperti diwartakan surat kabar Daily Telegraph.
Dalam artikel itu juga ditulis bahwa untuk pertama kalinya Starmer secara eksplisit mempertimbangkan pengerahan pasukan perdamaian Inggris ke Ukraina. Dia sebelumnya mengatakan Inggris punya itikad untuk menjadi bagian dari kesepakatan damai yang sedang dinegosiasikan. Starmer memastikan pihaknya siap berkontribusi menjamin keamanan di Ukraina dengan menempatkan tentara perdamaian Inggris di medan tempur jika diperlukan.
“Saya tidak menyebut ini gampang. Saya merasa sangat bertanggung jawab ketika menyangkut kemungkinan menempatkan tentara perdamaian Inggris laki-laki dan perempuan ke medan tempur,” kata Starmer
Sebelumnya pada 14 Februari 2025, dalam wawancara dengan NBC News, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Putin ingin datang untuk bernegosiasi, namun bukan untuk mengakhiri perang, tapi untuk mengunci sebuah kesepakatan gencatan senjata agar bisa mencabut sejumlah sanksi yang diberlakukan ke Rusia dan mengizinkan militer Moskow memperkuat kembali.
Ukraina menuntut agar Moskow menarik tentaranya dari wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia. Ukraina juga menginginkan keanggotaan di NATO atau jaminan keamanan untuk mencegah Rusia menyarang negara itu lagi.
Terkait dengan NATO, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan secara terbuka untuk pertama kalinya bahwa tidak realistis bagi Kyiv untuk kembali ke perbatasan 2014 atau bergabung dengan aliansi NATO sebagai bagian dari perjanjian apa pun. Amerika Serikat tidak akan menerjunkan tentara yang akan bergabung dengan pasukan keamanan apa pun di Ukraina yang mungkin dibentuk untuk menjamin gencatan senjata.
Sumber: Reuters
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini