Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional
Jawad Al Maliki:

Berita Tempo Plus

Kami Tidak Akan Menjiplak Iran

21 Februari 2005 | 00.00 WIB

Kami Tidak Akan Menjiplak Iran
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dia pernah divonis hukuman mati di masa gelap itu. Tetapi kini, kemenangan Aliansi Irak Bersatu dalam pemilu 30 Januari tak lepas dari peran sosok ini: Jawad al-Maliki. Lelaki yang pernah dijatuhi hukuman mati oleh Saddam Hussein pada 1979 ini adalah salah satu tokoh yang paling banyak dikutip wartawan asing selama pemilu. Apalagi Partai Dakwah Islamiyah (PDI) yang dipimpinnya sebagai salah seorang ketua menjadi salah satu pilar terkukuh Aliansi Irak Bersatu. Ketua Umum PDI, Ibrahim Jaafari, yang saat ini menjabat wakil presiden pemerintahan ad-interim, disebut-sebut sebagai calon kuat perdana menteri mendatang.

Di sebuah ruangan kantor dekat pangkalan udara militer, Al-Maliki menerima Tempo untuk sebuah wawancara khusus. Ia menyodorkan kartu nama yang tertulis di sana: Nuri Kamal Muhammad Hasan. Jabatan: Wakil Pertama Dewan Revolusi Islam Irak. Ia segera menyadari kebingungan Tempo. ”Itu nama asli saya. Jawad al-Maliki adalah nama rahasia untuk menghindari pembunuhan Saddam.” Berikut ini petikannya.

Aliansi Irak Bersatu yang didukung partai Anda akhirnya menang pemilu. Komentar Anda?

Alhamdulillah, kami didukung 60 persen masyarakat Syiah, dan pemilu berjalan baik tanpa pertikaian di antara pemilih.

Apakah Aliansi ini hanya untuk kaum Syiah?

Kami tidak beraliran pada sekte atau salah satu kaum. Tidak ditekankan bahwa Syiah harus memimpin Sunni. Kami tidak akan mengulangi pengalaman saat Sunni memimpin Syiah. Kami akan bekerja sama dengan semua pihak yang menghargai martabat dan kepentingan rakyat Irak dalam fase baru ini.

Soal hukum Islam, apakah Irak baru akan dibentuk seperti Iran?

Hukum Islam itu dasar konstitusi. Tapi kami yakin tidak harus menjiplak negara tertentu. Setiap negara memiliki kepribadian serta keistimewaan dan identitas masing-masing. Kami tidak akan menjiplak Iran, Mesir, Suriah, atau Arab Saudi. Faedah dari setiap negara akan kami ambil, dan disaring agar sesuai dengan kepribadian rakyat Irak.

Bagaimana konsep membangun kembali ekonomi Irak?

Saddam Hussein meninggalkan banyak utang, meski ada beberapa negara memberikan keringanan. Tetapi di situ ada beberapa syarat yang berkaitan dengan produksi minyak yang menjadi sumber devisa Irak. Perbaikan infrastruktur industri juga menjadi prioritas, dibarengi dengan perbaikan penggunaan anggaran negara. Lalu menggalang kerja sama ekonomi internasional.

Bagaimana bentuk pemerintahan yang diinginkan nantinya?

Kami tidak keberatan dengan sistem federal. Di dunia ini banyak negara federal seperti Amerika Serikat, Emirat Arab, atau Swiss, yaitu federal administrasi di bawah administrasi pusat. Tapi, jika federasi (berdasarkan etnis/agama—Red.) seperti Syiah, Sunni, Kurdi atau Arab, itu akan menjadi problem. Bukan itu yang kami maksud.

Kalau (federasi) berdasarkan geografi, oke. Misalnya untuk setiap tiga provinsi seperti Karbala, Najaf, dan Hilla menjadi satu negara federal. Lalu Basrah, Nasiriyah, dan Amarah menjadi satu negara federal lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus