KETIKA kabar bahwa ia dikenai tahanan rumah untuk masa sedikitnya 1 tahun, Suu Kyi waktu itu hanya ditemaniseorang putra dan dua orang bibinya, di rumahnya di dekat markas partainya, Liga Nasional Demokrasi. Ia menerima berita itu dengan tabah. Anak kedua mendiang pahlawan nasional Burma Jenderal Aung San itu baru berusia 2 tahun ketika ayahnya dibunuh 42 tahun lalu. Tapi pengaruh sang ayah memang kuat. "Aku mendapat ilham dari tulisan-tulisan Ayah," ujar pengagum Mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru, dan Martin Luther King ini. Wanita berusia 44 tahun ini menghabiskan sebagian besar masa mudanya di luar negeri, ikut ibunya yang ditunjuk sebagai duta besar. Ia pernah tinggal di India, lalu melanjutkan studi di Universitas Oxford, Inggris. Di universitas inilah ia bertemu Michael Aris, yang kemudian jadi suaminya. Suu Kyi, ibu dua anak, semula tak berambisi menjadi politikus. Tapi, ketika ia menjenguk ibunya yang sedang sakit di Rangoon, Mei tahun lalu, "Pikiranku berubah tatkala mellhat semua warga urmaikut terlibat demonstrasi. Aku pun harus turun ke jalan." Akhirnya, ketika kedua anaknya kembali ke Inggris, ia tetap tinggal di tanah airnya. "Saat yang paling menyedihkan bagi saya, tetapi mereka menerima keputusanku," katanya. Setelah membentuk partai LND, ia pun tampil sebagai politikus paling populer dan berkharisma. Puluhan ribu massa datang membanjir, setiap kali ia berpidato mengayun kata. Dalam sebuah kesempatan, bulan lalu, Suu Kyi menerima koresponden TEMPO Yuli Ismartono, yang kebetulan kedua mereka pernah berkenalan. Sehari sebelum dikenai tahanan rumah, ia pun memberikan wawancara khusus melalui telepon ke Bangkok, tempat Yuli berdomisili. Berikut ini petikannya: Sebenarnya, apa yang Anda tuntut dari Pemerintah Burma? Mereka menjanjikan macam-macam, tapi kenyataannya masih banyak kekurangan dan pembatasan yang diberlakukan. Bila Dewan Pemulihan Keamanan benar-benar bersedia mengembalikan demokrasi kepada rakyat, kenapa sejumlah larangan seperti jam malam, larangan berkumpul, menyebarkan pamflet, dan lainnya masih ada Pelarangan seperti itu harus dihapuskan, agar pemilu dapat terlaksana dengan adil dan benar-benar bebas. Tetapi kini tercatat 225 partai politik di Myanmar .... Inilah "demokrasi". Lahirnya sejumlah partai kini agaknya merupakan reaksi dari larangan berkumpul yang diberlakukan pihak pemerintah. Ironisnya, semakin dekat dengan pemilu, hanya 3 atau 4 partai yang mampu bertahan. LND Partai Persatuan Nasional Demokrasi pimpinan Aung Gyi dan Partai Persatuan Nasional, bekas partai Program Sosialis Burma, partai tunggal zaman Ne Win yang mempunyai jaringan cukup kuat. Partai Persatuan Nasional mendapat dukungan kuat dari pemerintah sekarang. LND dituduh banyak disusupi orang-orang komunis, dan Anda dikatakan tak punya pengalaman politik .... Berita penyusupan orang-orang komunis itu tidak benar dan saya anggap angin. Selama lebih dari 26 tahun tak seorang pun diberi kesempatan berpolitik, karena Myanmar di bawah sistem partai tunggal. Tapi saya pernah belajar politik dan saya menguasai suasana politik di negeri ini. Mungkin rakyat mendukung saya karena saya anak seorang pahlawan. Tetapi mereka pun sadar bahwa yang saya perjuangkan sama dengan keinginan mereka. Yakni, memperoleh hak-hak demokrasi dan kebebasan di negeri ini. Anda dituduh terlalu mementingkan soal hak asasi dan demokrasi, sementara soal ekonomi kurang Anda perhatikan. Suatu pemerintahan yang tak mampu menjamin hak-hak demokrasi dan politik tidak mungkin dapat menjamin hak-hak ekonomi. Saya tak setuju dengan kebijaksanaan ekonomi Dewan Pemulihan, karena semuanya itu bersifat sementara, dan tidak memberi keuntungan bagi rakyat. Tetapi bukankah keadaan ekonomi Myanmar lebih meningkat ...? Bisnis, sih, jaian terus, tapi siapa yang untung? Tidak ada proyek jangka panjang yang dapat menguntungkan ekonomi nasional, umpamanya dalam hal penyediaan lapangan kerja. Semua proyek yang ditangani Dewan cuma menghasilkan devisa asing. Sementara itu, harga beras dan kebutuhan sehari-hari makin membubung sampai tiga kali lipat dalam beberapa bulan saja. Saya yakin, suplai bahan pangan mencukupi, tapi pengelolaannya kacau. Anda membenci kaum militer? Saya yakin, di dalam tubuh militer sendiri ada yang memihak rakyat dan tahu persis tuntutan-tuntutan rakyat. Kami tidak memusuhi tentara, apalagi saya. Bukankah ayahku seorang tentara? Saya pun dibesarkan di kalangan militer. Tindakan represif yang dilakukan selama ini pasti berasal dari Ne Win. Ayahku yang membentuk tentara Burma selalu mengatakan, "Suatu angkatan bersenjata tidak boleh dibenci rakyat." Anda yakin bahwa Ne Win berada di belakang Dewan Pemulihan? Pasti. Anda pernah diancam dengan pistol oleh seorang tentara. Nama Anda pun dipertanyakan orang, karena kawin dengan orangasing. Anda tak cemas? Saya percaya bahwa misi saya benar. Apa pun yang dituduhkan orang, saya tak peduli. Saya tak merasa takut. Kalau ada yang ingin membunuh saya, apa boleh buat. Di Desa Shwebo, aku bertemu dengan seorang nenek yang bertanya, "Nak, kenapa kamu kawin dengan orang asing?" Saya menjawabnya, "Nek, ketika saya mencapai usia kawin, saya berada di luar negeri. Seandainya waktu itu saya ada di sini, pasti pilihanku pria Shwebo." Kira-kira berapa lama lagi pemerintah Dewan Pemulihan akan berkuasa? Tak dapat diketahui secara pasti. Mereka berkuasa karena senjata. Tetapi senjata tak selalu dapat menguasai suasana. Apakah Anda melihat persamaan peristiwa Tiananmen di Cina dengan di Myanmar? Ya. Di Myanmar maupun Cina, tentara bersenjata sama-sama menyerang rakyat yang tak berdaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini