Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 10 Mei 2021, Hamas (gerakan Islam nasionalis Palestina) meluncurkan roket pertama mereka dalam tujuh tahun terakhir ke Yerusalem yang saat itu diduduki oleh Israel. Hamas melancarkan serangan roket terhadap Israel di tengah meningkatnya ketegangan sebab penggusuran keluarga Palestina dari lingkungan yang disengketakan.
Penduduk Yerusalem mendengar suara sirene serangan udara setelah pukul 18.00 waktu setempat. Sebanyak 7 ledakan roket pertama diluncurkan ke Israel Selatan, tetapi salah satunya berhasil dicegat oleh sistem pertahanan “Iron Dome”.
Tentara Israel menyatakan bahwa setidaknya ada 50 roket yang ditembakkan. Kelompok militan Jihad Islam Palestina pun mengklaim telah menembakkan lebih dari 30 roket ke Israel. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan pasca-serangan tersebut. Namun kemudian, serangan balasan di Gaza oleh militer Israel menewaskan 20 warga Palestina, termasuk 9 anak-anak.
Lantas, apa itu Iron Dome dan bagaimana seluk-beluknya? Simak ulasan tentang Iron Dome berikut ini.
Apa itu Iron Dome?
Iron Dome (secara harfiah berarti “Kubah Besi”) adalah sistem pertahanan udara yang digunakan oleh Israel untuk mencegat dan menghancurkan roket jarak pendek, peluru artileri, maupun mortar yang ditembakkan dari jarak hingga 72 kilometer untuk melindungi wilayah sipil di jalur proyektil tersebut.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Sistem baterai pencegat yang terdiri atas tiga bagian ini mampu menembakkan rudal ke arah roket yang akan menyerang Israel. Radar pertama-tama melacak roket yang melintasi perbatasan Israel, lalu perangkat lunak canggih bakal memprediksi lintasannya. Informasi yang dihasilkan kemudian berguna untuk memandu rudal pencegat Tamir untuk meledakkan serangan roket menjadi bagian-bagian kecil yang tidak berbahaya di langit.
Sudah Berapa Lama Israel Menggunakannya?
Iron Dome dibangun oleh sebuah perusahaan Israel, Rafael Advanced Defense Systems, dan mulai digunakan sejak Maret 2011. Sistem pertahanan itu berhasil melakukan intervensi pertama pada bulan berikutnya ketika mencegat roket Grad yang ditembakkan dari Gaza. Israel memutuskan untuk membangun Iron Dome setelah perang dengan Hizbullah Libanon pada 2006 di mana 4.000 roket menghujani wilayah utara negara itu hingga menewaskan 44 orang.
Berapa Biaya Operasionalnya?
Setiap roket pencegat berharga sekitar $95.000 (sekitar Rp1,5 miliar kurs saat ini). Karena biaya yang cukup mahal, Israel biasanya memanfaatkan Iron Dome hanya untuk roket yang ditujukan ke daerah pemukiman daripada tempat terbuka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biaya pembangunan kembali infrastruktur kota yang rusak akibat roket seringkali melebihi biaya penggunaan Iron Dome. Amerika Serikat telah ikut serta dalam pendanaan sistem pertahanan tersebut dan menjanjikan anggaran hingga $429 juta.
Seberapa Efektif Iron Dome?
Setelah Israel bentrok dengan Hamas selama November 2012, para pejabat Israel mengklaim Iron Dome telah mencegat hingga 85 persen roket yang ditembakkan dari Gaza. Walau demikian, angka itu masih dipertanyakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa analis di Israel menyebut bahwa rekaman yang diperlihatkan kepada publik hanyalah rudal Iron Dome yang hancur sendiri di udara. Sebab, sebagian besar serangan roket tidak dapat terlihat dengan mata telanjang ketika berada di langit.
Sementara itu, hasil analisis lain menyatakan “tidak ada keraguan” bahwa sistem pertahanan tersebut berfungsi. Pakar pertahanan Majalah Time, Mark Thompson, sempat mengatakan, “Kurangnya korban Israel menunjukkan Iron Dome adalah perisai rudal yang paling efektif dan paling teruji yang pernah ada di dunia.”
Apakah Ada Kekurangannya?
Terlepas dari risiko cedera akibat pecahan proyektil yang jatuh, beberapa orang berpendapat bahwa Iron Dome menciptakan risiko politik dengan memberi politisi Israel rasa kebal. Mereka dikhawatirkan lebih mengejar kebijakan “manajemen konflik” dibanding mencari perdamaian abadi.
“Iron Dome telah mengubah perhitungan eselon politik Israel dengan cara yang belum mereka pahami,” kata seorang mantan pejabat senior Israel kepada The Economist. “Hal itu memungkinkan Israel untuk menolak tekanan publik dan militer internal untuk mengakhiri konflik dengan cepat, lalu terus membom Gaza.”
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM | THE WEEK
Pilihan Editor: Biden Akan Umumkan Pakta Kapal Selam Nuklir di Asia Pasifik