Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

AS Klaim Hamas Merekrut hingga 15.000 Pejuang sejak Genosida Israel di Gaza

Intelijen AS mengklaim Hamas telah merekrut antara 10.000 dan 15.000 anggota sejak awal genosida Israel di Gaza

25 Januari 2025 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pejuang Palestina dari sayap bersenjata Hamas dalam parade militer untuk peringatan perang dengan Israel di jalur Gaza Tengah, 19 Juli 2023. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok pejuang Palestina Hamas telah merekrut antara 10.000 dan 15.000 anggota sejak awal genosida Israel di Gaza. Hal ini diungkapkan dua sumber di Kongres Amerika Serikat yang mendapat penjelasan tentang intelijen AS seperti dilansir Reuters pada Jumat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ini menunjukkan genosida Israel di Gaza gagal meredupkan perjuangan warga Palestina untuk merdeka dari penjajahan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Intelijen mengklaim jumlah pejuang Hamas yang terbunuh pada periode tersebut juga sama, kata sumber tersebut. Perkiraan resmi AS terbaru itu belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Hamas dan Israel memulai gencatan senjata pada Ahad lalu setelah 15 bulan genosida Israel yang menghancurkan Jalur Gaza dan mengobarkan Timur Tengah.

Sumber-sumber yang diberi pengarahan tentang intelijen, yang disertakan dalam serangkaian pembaruan dari badan-badan intelijen AS pada minggu-minggu terakhir pemerintahan Biden, mengatakan bahwa meskipun Hamas telah berhasil merekrut anggota baru, banyak di antara mereka yang masih muda dan tidak terlatih serta digunakan untuk tujuan keamanan sederhana.

Kantor Direktur Intelijen Nasional AS menolak berkomentar.

Pada 14 Januari, Menteri Luar Negeri yang saat itu, Antony Blinken, mengatakan AS yakin Hamas telah merekrut pejuang sebanyak jumlah yang mereka hilangkan di daerah kantong Palestina. Ia mengklaim bahwa hal ini adalah “resep untuk pemberontakan yang berkepanjangan dan perang yang tiada henti.”

Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai penilaian tersebut, namun angka Israel mengklaim total korban tewas militan di Gaza sekitar 20.000 orang.

Dari 47.000 warga Palestina yang tewas di Gaza, kementerian kesehatan Gaza menyebut 70 persen diantaranya adalah perempuan dan anak-anak. Data yang didukung oleh PBB ini belum menghitung pria warga sipil yang juga tewas bersama keluarga mereka.

Saat dimintai komentar, seorang pejabat Hamas mengatakan dia sedang memeriksa pihak-pihak terkait dalam kelompok tersebut. Juru bicara sayap bersenjata Hamas Abu Ubaida mengatakan pada Juli bahwa kelompok tersebut telah mampu merekrut ribuan pejuang baru.

Beberapa hari sejak gencatan senjata, Hamas telah menunjukkan kekuatan mereka yang kuat di Gaza meskipun Israel bersumpah untuk menghancurkan kelompok militan tersebut.

Pemerintahan Hamas di wilayah tersebut telah bergerak cepat untuk menerapkan kembali langkah-langkah keamanan dan mulai memulihkan layanan dasar di beberapa bagian wilayah tersebut, yang sebagian besar telah menjadi lahan kosong akibat serangan Israel.

Sejak dimulainya perang, para pejabat Amerika belum mengatakan secara terbuka berapa banyak pejuang yang menurut Washington telah hilang dari Hamas, hanya mencatat bahwa kelompok tersebut telah terdegradasi secara signifikan dan kemungkinan besar telah kehilangan ribuan orang.

Para pejabat AS telah mengeluarkan peringatan serupa sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.139 orang dan lebih dari 250 orang disandera, menurut penghitungan Israel. Lebih dari 47.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel yang terjadi setelahnya, menurut otoritas kesehatan Gaza, mayoritas diantaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Mengumpulkan data pasti tentang Hamas sangat sulit karena kurangnya data intelijen yang dapat diverifikasi dari dalam Gaza dan karena upaya perekrutan dan pelatihan kelompok tersebut tidak lancar. Namun angka resmi AS menunjukkan bahwa sebelum 7 Oktober 2023, Hamas memiliki antara 20.000 dan 25.000 pejuang.

Setelah gencatan senjata, pasukan Israel mulai mundur dari beberapa posisi mereka di Gaza. Fase kedua dari perjanjian gencatan senjata bisa mengakhiri pertempuran secara permanen.

Persyaratan fase itu masih perlu dinegosiasikan.

Dalam pidato pengunduran dirinya pada Selasa, Letnan Jenderal Herzi Halevi, panglima militer Israel, mengatakan Hamas telah mengalami kerusakan parah dan sebagian besar komandan militer kelompok tersebut telah terbunuh.

Salah satu isu tersulit yang terlibat dalam negosiasi fase berikutnya adalah pemerintahan Gaza pascaperang. Beberapa pejabat Israel mengatakan mereka tidak akan menerima Hamas tetap berkuasa. Hamas sejauh ini menolak mundur.

Penasihat keamanan nasional Presiden Donald Trump yang baru dilantik, Mike Waltz, mengatakan pada Ahad bahwa Hamas tidak akan pernah memerintah Gaza dan jika mereka mengingkari perjanjian tersebut, Washington akan mendukung Israel “dalam melakukan apa yang harus mereka lakukan.”

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus