Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dubes Palestina Pastikan Pembunuhan Ismail Haniyeh Tak Hentikan Persatuan Hamas dan Fatah

Dubes Palestina mengatakan kematian Ismail Haniyeh tidak akan menghentikan perjuangan kemerdekaan Palestina melawan agresi Israel.

5 Agustus 2024 | 18.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf bertemu dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin, 5 Agustus 2024. Tempo/Eka Yudha Saputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun memastikan pembunuhan Ismail Haniyeh tidak akan menghentikan pembicaraan persatuan faksi antara Hamas dan Fatah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Usai pertemuan dengan pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Zuhair mengatakan kematian pimpinan Palestina tidak akan menghentikan perjuangan kemerdekaan Palestina melawan agresi Israel.  “Apakah kalian pikir pembunuhan terhadap pemimpin Palestina bisa menghentikan pembicaraan? Tidak. Semua orang tahu itu,” kata dia di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin, 5 Agustus 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Zuhair mengatakan Israel akan terus membunuh pimpinan Palestina. Sebab, kata dia, sejak dulu banyak pemimpin Palestina telah dibunuh Israel. Ia mencontohkan sejumlah nama antara lain pimpinan Palestine Liberation Organization Yasser Arafat, Salah Mesbah Khalaf alias Abu Iyad, Khalil al-Wazir alias Abu Jihad, tokoh Hamas Ahmed Yassin, dan sekarang Ismail Haniyeh. 

“Ini bukan akhir, bukan akhir, Israel mencoba untuk membunuh lebih banyak dan lebih banyak lagi. Ini adalah kebijakan mereka,” kata Zuhair.

Zuhair mengatakan Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengaku siap dan terbuka untuk menyatukan pemerintahan Palestina. “Satu pemerintahan, satu kebijakan bukan dua kebijakan. satu otoritas. Ini yang kita cari, Palestina tidak perlu terbelah belah. Itulah kenapa, semoga setelah babak ini, semoga kita kembali ke arah yang benar,” kata dia.

Sebelum kematian Haniyeh, Hamas dan Fatah sepakat mengakhiri perpecahan mereka dan membentuk pemerintahan persatuan nasional Palestina. Keduanya meneken kesepakatan dengan mediasi Cina pada Selasa 23 Juli 2024. 

“Deklarasi Beijing ditandatangani pada upacara penutupan dialog rekonsiliasi di antara faksi-faksi yang diadakan di ibu kota Tiongkok dari 21-23 Juli,” kata laporan media pemerintah CCTV.

Pejabat senior Hamas Hussam Badran mengatakan poin terpenting dari Deklarasi Beijing adalah membentuk pemerintahan persatuan nasional Palestina untuk mengelola urusan Palestina. Namun, tak berselang lama setelah perjanjian tersebut, pemimpina Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di utara Teheran, Iran, 31 Juli 2024. Pembunuhan pemimpin Hamas itu terjadi beberapa jam setelah Israel menyerang daerah pinggiran selatan Beirut. Serangan itu menewaskan Fuad Shukr, komandan militer kelompok Hizbullah di Lebanon yang pro pada Iran. Israel telah mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap Shukr. 

Menurut media pemerintah Iran, serangan menghantam gedung tempat tinggal Haniyeh dan pengawal pribadinya, Wasim Abu Shaaban. Kediaman Haniyeh, yang juga merupakan bangunan untuk veteran militer Iran, berada di bawah penjagaan ketat untuk melindungi delegasi asing yang datang untuk pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Iran menuding Israel berada di balik serangan ini.

Sita Planasari berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Eka Yudha Saputra

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus