Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mikheil Kavelashvili pada Minggu, 29 Desember 2024, dilantik sebagai Presiden Georgia yang baru di tengah krisis politik setelah Pemerintah memutuskan menghentikan sementara pembicaraan untuk melamar sebagai anggota Uni Eropa sehingga memancing protes. Kavelashvili menggantikan presiden Salome Zourabichvili yang dikenal pro-Uni Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum meninggalkan istana kepresidenan, Zourabichvili berpamitan dengan para pendukungnya yang menyemut di depan kediaman resminya. Dia sempat mengatakan Kavelashvili tak punya legitimasi sebagai presiden sehingga pengambilan sumpah jabatannya hanya seremonial semata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya akan keluar dan bergabung dengan Anda. Saya membawa legitimasi bersama saya. Saya membawa bendera bersama saya. Saya membawa kepercayaan Anda,” kata Zourabichvili sebelum angkat kaki dari Istana Kepresidenan Georgia.
Menurut Zourabichvili, Kavelashvili tidak dipilih secara sah karena anggota parlemen yang memilihnya, dipilih dalam pemilu Oktober 2024, dengan penuh kecurangan. Kubu oposisi Georgia mendukung Zourabichvili.
Partai berkuasa di Georgia yakni Partai Impian Rakyat Georgia dan KPU menyatakan pemilu pada Oktober 2024 berlangsung adil dan bebas. Partai Impian Rakyat Georgia mengatakan Kavelashvili adalah presiden yang terpilih secara sah.
Georgia adalah negara dengan 3.7 juta jiwa penduduk, yang masih dianggap sebagai negara pecahan Uni Soviet yang demokratis dan pro-Barat. Kavelashvili loyalis Bidzina Ivanishvili, yakni seorang miliarder yang pernah menjabat sebagai perdana menteri Georgia, yang sekarang dipandang sebagai pemimpin de facto Georgia.
Pada Jumat, 27 Desember 2024, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada Ivanishvili dengan alas an dia telah menyebarkan sentiment anti-Barat ke warga Georgia dan ingin mengembalikan Georgia menjadi pro-Rusia.
Kavelashvili adalah mantan atlet sepak bola professional yang pernah bermain dengan Manchester City. Dia telah berulang kali menuduh badan intelijen dari negara-negara Barat mendorong Georgia agar berperang melawan Rusia.
“Warga Georgia faham bahwa perdamaian adalah prasyarat utama untuk bertahan hidup dan mencetak kemajuan,” kata Kavelashvili, setelah dilantik sebagai presiden, Minggu, 29 Desember 2024. Unjuk rasa terjadi di luar gedung parlemen, di mana demonstran mengangkat kartu merah untuk mengolok-olok karir Kavelashvili sebagai atlit.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Kemlu: Tak Ada WNI Jadi Korban Kecelakaan Pesawat Jeju Air