Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Venezuela untuk pertama kalinya merilis laporan inflasi negara mencapai 130.060 persen pada 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Laporan Bank Sentral adalah laporan pertama pada indikator ekonomi Venezuela sejak 2015.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut laporan yang dikutip dari Russia Today, data lembaga pengawas yang dirilis pada hari Selasa mencatat, harga barang yang sebelumnya senilai 1 bolivar pada 2017, naik menjadi 1.300 bolivar pada 2018 akibat inflasi. Jika dibandingkan pada inflasi 2017, yakni 862 persen, maka inflasi tahun 2018 adalah bencana bagi ekonomi Venezuela.
Bank Sentral Venezuela merilis laporan terakhirnya pada tiga tahun lalu.
Sebelum rilis terbaru dari Bank Sentral, data dan prakiraan inflasi Venezuela diterbitkan oleh Majelis Nasional Venezuela yang dikendalikan oposisi dan beberapa organisasi internasional.
Sebelumnya IMF memproyeksikan inflasi Venezuela lebih dari 10 juta persen untuk ini dan tahun depan.
Orang-orang berbelanja jeroan tanpa daging dan produk sampingan daging sapi lainnya di pasar loak di Maracaibo, Venezuela.[Meridith Kohut/The New York Times]
Ekonomi Venezuela yang terkena sanksi menyusut sebesar 47,7 persen dalam lima tahun sejak 2013, dengan PDB negara itu telah kehilangan 22,5 persen dari tahun ke tahun pada kuartal ketiga 2018.
Ekspor minyak, menyumbang sekitar 90 persen dari pendapatan Venezuela, namun anjlok menjadi US$ 29,8 miliar (Rp 429 triliun) pada 2018, turun dari US$ 85,6 miliar (Rp 1.232 triliun) pada 2013 dan US$ 71,7 miliar (Rp 1.032 miliar) pada 2014, ketika harga minyak turun yang memicu jatuhnya ekonomi negara.
Terlepas dari krisis ekonomi dalam negeri, sanksi AS terhadap sektor energi Venezuela juga berkontribusi besar terhadap kerugian finansial karena ekspor minyak mentah tahun lalu turun 5,6 persen.