Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan kandidat presiden Venezuela, Edmundo Gonzalez Urrutia, telah meninggalkan negaranya dan memperoleh suaka di Spanyol, kata Wakil Presiden Spanyol Delcy Rodriguez seperti dilansir India Today pada Ahad 8 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hari ini, Sabtu 7 September, anggota oposisi Edmundo Gonzalez Urrutia meninggalkan Venezuela, secara sukarela berlindung selama beberapa hari di kedutaan Kerajaan Spanyol di Caracas, meminta suaka politik dari pemerintah Spanyol," kata Rodriguez di Telegram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares memposting di X pada Sabtu malam, mengatakan Madrid menanggapi permintaan Gonzalez."Edmundo Gonzalez telah lepas landas dari Caracas menuju Spanyol dengan pesawat Angkatan Udara Spanyol,"
Pada Selasa, Kantor Kejaksaan Agung Venezuela mengumumkan bahwa Pengadilan Negeri Venezuela telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Edmundo Gonzalez, 75 tahun, mantan kandidat presiden dari oposisi Persatuan Kanan yang tidak hadir sebanyak tiga kali untuk memberikan kesaksian setelah memperoleh surat pemanggilan.
Kantor Kejaksaan Agung sedang menyelidiki publikasi data hasil pemungutan suara oposisi di situs daring yang berjalan paralel dengan hasil resmi pemilihan presiden oleh komisi pemilihan, serta dugaan hasutan kekerasan jalanan.
"Venezuela telah memberikan perintah perlindungan yang diperlukan (untuk meninggalkan negara) demi ketenangan dan perdamaian politik di negara ini. Ini menegaskan penghormatan terhadap Hukum yang membimbing Republik Bolivarian Venezuela dalam tindakannya di panggung internasional," tambah wakil presiden.
Pemilihan presiden di Venezuela diadakan pada 28 Juli, dan keesokan harinya Dewan Pemilihan Nasional menyatakan Nicolas Maduro sebagai presiden terpilih untuk periode 2025-2031.
Menurut dewan pemilihan, Maduro memperoleh 51 persen suara.
Keesokan harinya, protes meletus di Venezuela, dan bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa dimulai di Caracas, di mana mereka mulai melempar batu dan bom molotov ke arah petugas keamanan.
Menurut kantor kejaksaan, lebih dari 2.000 orang telah ditahan terkait kasus perusakan infrastruktur negara, hasutan kebencian, dan terorisme.
Sebelumnya pada Sabtu, pemerintah Venezuela mencabut izin Brasil untuk mewakili kepentingan Argentina di negara tersebut, termasuk mengelola kedutaan tempat enam tokoh oposisi berlindung.
Venezuela memutuskan hubungan dengan Argentina setelah pemilihan presiden. Brasil, seperti Kolombia dan Meksiko, telah meminta pemerintah Venezuela untuk mempublikasikan hasil lengkap pemungutan suara tersebut.
Pilihan Editor: AS Sita Pesawat Presiden Venezuela karena Melanggar Sanksi
REUTERS | INDIA TODAY