Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah "pola" penghancuran rumah sakit di Gaza oleh pasukan Israel telah mendorong sistem perawatan kesehatannya ke "titik yang hampir runtuh," PBB memperingatkan dalam sebuah laporan awal pekan ini, dilansir Middle East Eye.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan pada Selasa, yang mencakup periode 7 Oktober 2023 hingga 30 Juni 2024, menemukan bahwa "22 dari 38 rumah sakit di seluruh Gaza tidak berfungsi".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Publikasi ini muncul setelah penghancuran Rumah Sakit Kamal Adwan, rumah sakit terakhir yang tersisa di Gaza utara. Pasukan Israel menyerbu rumah sakit tersebut pekan lalu, setelah hampir tiga bulan blokade dan serangan udara yang terus menerus di departemen-departemennya.
Serangan di luar area rumah sakit
Meskipun tidak termasuk dalam periode waktu laporan ini, serangan ini mengikuti pola yang sama dengan yang disoroti, yang meliputi "serangan rudal terhadap bangunan rumah sakit, penghancuran fasilitas rumah sakit, penembakan terhadap warga sipil, pengepungan, dan juga pengambilalihan sementara bangunan rumah sakit."
Laporan tersebut mengutip serangan besar pertama terhadap Rumah Sakit al Shifa di Kota Gaza, yang terjadi pada November 2023, sebagai contoh serangan semacam itu.
Selama serangan di al-Shifa dan Kamal Adwan, pasukan Israel memulai dengan membombardir area di luar rumah sakit, memutus pasokan, membuat generator tidak berfungsi, dan memicu kebakaran di beberapa bagian - termasuk ruang bedah, perawatan intensif, dan bangsal bersalin.
Penyiksaan petugas medis
Pasukan kemudian menyerbu rumah sakit, memaksa banyak staf dan pasien yang tersisa untuk menanggalkan pakaian mereka dan menahan mereka, termasuk para direktur rumah sakit.
Direktur Rumah Sakit al-Shifa, Dr Mohammed Abu Salmiya, telah dibebaskan setelah tujuh bulan ditahan. Namun, kepala kedokteran ortopedi, Dr Adnan al-Brush, disiksa hingga tewas dalam tahanan Israel.
Demikian juga, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr Hussam Abu Safiya, ditangkap dan saat ini masih belum ditemukan meskipun ada seruan untuk membebaskannya.
Prosedur yang sama tercermin dalam serangan terhadap Rumah Sakit al-Amal, fasilitas Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) di Khan Younis dan Rumah Sakit al-Awda di Gaza utara, antara lain, seperti yang didokumentasikan dalam laporan tersebut.
Dalih memburu Hamas
Dalam banyak kasus, tetapi yang paling menonjol dalam pengeboman al Shifa, pemerintah Israel membenarkan tindakannya dengan menuduh bahwa kelompok-kelompok bersenjata Palestina menggunakan rumah sakit untuk menjalankan operasi mereka, menahan para tawanan, mencuri bahan bakar yang disediakan oleh tentara Israel, serta memperlakukan pasien dan petugas medis sebagai perisai manusia.
"Namun, sejauh ini tidak ada informasi yang cukup yang tersedia bagi publik untuk mendukung tuduhan-tuduhan ini, yang masih samar-samar dan luas, dan dalam beberapa kasus tampak bertentangan dengan informasi yang tersedia bagi publik," laporan PBB menemukan.
Laporan tersebut menyerukan "penyelidikan yang independen, kredibel, dan transparan atas insiden-insiden ini, dan pertanggungjawaban penuh atas semua pelanggaran hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional yang terjadi."
Sejak 7 Oktober, Israel telah membunuh lebih dari 1.150 petugas kesehatan dan menahan 300 orang, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Pilihan Editor: Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan 43 Warga Palestina