Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Arab Saudi buka suara atas serangan Amerika Serikat dan Inggris di Yaman terhadap pemberontak Houthi yang menargetkan pelayaran internasional di Laut Merah. Serangan AS-Inggris itu merupakan tanggapan setelah Houthi Yaman menembakkan rudal jelajah anti-kapal ke arah kapal perusak Amerika di Laut Merah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut laporan Aljazeera, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan pihaknya memantau situasi dengan “keprihatinan yang besar” atas operasi tersebut. Arab Saudi juga menyerukan untuk menahan diri dan "menghindari eskalasi" sehubungan dengan serangan AS-Inggris ke Yaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Arab Saudi, yang mendukung pemerintah di pengasingan Yaman yang dilawan oleh kelompok Houthi, berusaha menjauhkan diri dari serangan terhadap situs-situs Houthi. Negara tersebut juga berusaha mempertahankan perdamaian dengan Iran dan gencatan senjata yang dilakukan di Yaman.
“Kerajaan menekankan pentingnya menjaga keamanan dan stabilitas kawasan Laut Merah, karena kebebasan navigasi di dalamnya merupakan tuntutan internasional,” kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah Yaman yang didukung Saudi dan diakui secara internasional, menyalahkan Houthi atas serangan Inggris dan AS. Mereka menyatakan bahwa pemberontak Houthi memikul tanggung jawab karena menyeret Yaman ke dalam konflik dengan serangan mereka di Laut Merah.
AS-Inggris Menyerang Yaman
Gerakan Houthi, sebuah kelompok yang bersekutu dengan Iran dan menguasai sebagian besar Yaman setelah hampir satu dekade berperang melawan koalisi yang didukung Barat dan dipimpin Saudi, muncul sebagai pendukung kuat kelompok Islam Palestina Hamas dalam perangnya melawan Israel.
Sejak November 2023, para pemberontak Houthi telah berulang kali menargetkan kapal-kapal di Laut Merah. Houthi menegaskan mereka hanya menargetkan kapal berbendera Israel atau kapal yang menuju Israel. Ini sebagai respons Houthi atas genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Meski mereka mengatakan serangan itu adalah balasan atas serangan Israel di Gaza terhadap Hamas, namun mereka sering menargetkan kapal-kapal yang memiliki hubungan lemah atau tidak jelas dengan Israel. Sehingga membahayakan pelayaran di rute utama perdagangan global.
Hingga kemudian serangan koalisi AS-Inggris dilancarkan pada Jumat, 12 Januari 2023 setelah Houthi kembali melakukan serangan terhadap kapal-kapal Laut Merah. Kelompok Houthi, yang mendukung kelompok Palestina Hamas, menyebut serangan hari Jumat itu “biadab” dan dalam sebuah pernyataan mengancam bahwa “semua kepentingan AS dan Inggris telah menjadi 'target yang sah'.”
Paling baru, pada Minggu 14 Januari 2023 Houthi kembali menyerang kapal di Laut Merah. Namun sebuah jet tempur AS menembak jatuh dan serangan terbaru mengguncang pelayaran global di tengah perang Israel dengan Hamas di wilayah tersebut.
Belum jelas apakah AS akan membalas serangan terbaru ini, meskipun Presiden Joe Biden pernah mengatakan dia “tidak akan ragu untuk mengarahkan langkah-langkah lebih lanjut untuk melindungi rakyat kita dan arus bebas perdagangan internasional jika diperlukan.”
RIZKI DEWI AYU | ALJAZEERA | ABC NEWS | REUTERS
Pilihan editor: PBB Minta Dana Sebesar Rp 65 Triliun untuk Pengungsi Ukraina