Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lady Al-Qaidah, begitu dia dijuluki. Nama aslinya Aafia Siddiqui. Perempuan 42 tahun ini kembali populer setelah video eksekusi wartawan asal Amerika Serikat, James Foley, beredar luas pada akhir Agustus lalu. Bersamaan dengan hal itu, terungkap milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS)—yang kemudian mengubah nama menjadi Negara Islam—sebelumnya membuka opsi pertukaran: James Foley ditukar dengan Lady Al-Qaidah, plus uang tebusan lebih dari US$ 130 juta.
"Kami telah menawarkan pertukaran tawanan dengan pembebasan muslim yang berada di tahanan Anda (Amerika), seperti Dr Aafia Siddiqui. Tapi Anda menegaskan kepada kami bahwa Anda tidak tertarik," demikian ditulis dalam surat elektronik yang dikirimkan ke keluarga Foley sebelum video eksekusinya beredar.
Gedung Putih memang tak menggubris proposal itu. Tapi rupanya Siddiqui tak hanya sekali menjadi cip pertukaran tahanan. Pembebasannya juga menjadi syarat bagi pembebasan pekerja kemanusiaan asal Amerika yang ditawan ISIS. Saat itu diperkirakan ada empat warga Amerika yang ditawan milisi yang dipimpin Abu Bakar al-Bagdadi itu, termasuk Steven Sotloff, yang video eksekusinya beredar pekan lalu.
"Kebijakan Amerika yang telah lama berlaku tidak memberikan konsesi kepada pelaku penyanderaan. Melakukan hal itu hanya akan menempatkan warga Amerika berisiko ditawan," kata juru bicara Gedung Putih, Caitlin Hayden. Menurut dia, Siddiqui menjalani hukuman 86 tahun karena menyerang dan mencoba membunuh warga dan pegawai Amerika, juga pekerja di Afganistan.
Siddiqui sudah lama menjadi "incaran" Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika. Pada Mei 2002, FBI menginterogasi dia dan suaminya, Amjad Khan, soal barang yang mereka beli di Internet, yakni alat bantu penglihatan dalam gelap dan buku-buku tentang militer Amerika. FBI makin waspada setelah Siddiqui dan Khan bercerai. Ahli saraf lulusan Massachusetts Institute of Technology ini dikabarkan menikah dengan keponakan otak serangan 11 September, Khalid Sheikh Mohammed. Pada Maret 2003, FBI pun mengeluarkan status "pencarian" atas Siddiqui dan mantan suaminya.
Ibu tiga anak itu lalu seolah-olah lenyap, meski ada yang meyakini dia ditahan di Afganistan. Namanya baru kembali "muncul" pada 2008, saat ia ditangkap di Afganistan karena membawa sodium sianida serta dokumen yang menggambarkan cara membuat senjata kimia dan bom. Ketika FBI dan militer menginterogasinya, perempuan asal Pakistan ini merebut senjata yang ada di meja dan menembaki penginterogasinya. Oleh pengadilan di New York, ia dijatuhi hukuman penjara 86 tahun.
Siddiqui menyangkal tuduhan. Keluarganya pun tak percaya. "Mereka adalah perwira Amerika, agen-agen FBI yang terlatih dengan persenjataan. Ini tidak masuk akal," kata adik Siddiqui, Fawzia Siddiqui, yang tinggal di Karachi.
Bukan hanya keluarganya yang tak percaya. Sebuah petisi online berhasil mengundang lebih dari 100 ribu penanda tangan hanya dalam beberapa pekan. Petisi ini kemudian dikirim ke Gedung Putih, menuntut pembebasan Siddiqui.
Sejak saat itu, namanya kian lekat dengan kelompok militan. Di Pakistan, kelompok Brigade Aafia Siddiqui menyerang berbagai fasilitas pemerintah.
Namanya juga terus menjadi "cip" pertukaran tawanan. Misalnya pada 2010, saat Taliban mengajukan proposal pembebasannya, ditukar dengan pekerja kemanusiaan asal Inggris, Linda Norgrove. Setahun kemudian, Taliban menawarkan pertukarannya dengan dua pekerja kemanusiaan asal Swiss.
Pemimpin Al-Qaidah, Ayman al-Zawahiri, juga menyerukan pembebasan Siddiqui, ditukar dengan kontraktor asal Amerika, Warren Weinstein, yang ditangkap di Pakistan pada 2011. Siddiqui bahkan masuk daftar tuntutan Taliban saat pembebasan Sersan Bowe Bergdal beberapa bulan lalu. Tapi, akhirnya, lima orang Taliban dibebaskan, minus Siddiqui.
Keluarga Siddiqui merasa capek dan tak terima tindakan kelompok militan ataupun Amerika. "Kami tak ingin kekerasan atas nama Aafia," kata Fawzia Siddiqui, mengacu pada serangan-serangan atas nama saudaranya. Mereka pun menuntut pembebasannya dari Amerika yang tanpa "embel-embel". "Tidak untuk tebusan atau pertukaran, atau tidak untuk orang lain yang diculik kelompok ekstremis. Dia seharusnya dibebaskan, karena itu yang seharusnya dilakukan."
Purwani Diyah Prabandari (Foreign Policy, The Guardian, CNN)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo