Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TURKI
Ingin Kudeta, 33 Polisi Turki Ditangkap
Pemerintah Turki menangkap 33 perwira polisi, termasuk kepala unit keuangan kepolisian. Mereka dituduh berencana menggulingkan pemerintah baru di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan. "Surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk 33 polisi yang berusaha menggulingkan pemerintah," demikian bunyi laporan yang dibacakan penyiar NTV, seperti dikutip Reuters, Senin pekan lalu.
Puluhan polisi itu ditangkap dalam sebuah penggerebekan di 16 kota di seluruh Turki, termasuk Istanbul. Dalam penggerebekan, setidaknya 20 polisi ditahan. Salah satunya diidentifikasi sebagai Yakup Saygii, mantan kepala unit anti-penipuan di kepolisian.
Penangkapan perwira polisi itu dilakukan setelah Ahmet Davutoglu mengambil alih posisi Erdogan sebagai perdana menteri. Erdogan terpilih sebagai presiden melalui pemilihan langsung pertama di Turki pada 10 Agustus lalu.
Penangkapan itu merupakan yang keempat kali sejak Juli lalu, ketika pemerintah Turki berupaya memberantas "struktur paralel" gerakan perlawanan terhadap kepemimpinan Erdogan. Fethullah Gullen, ulama Turki yang tinggal di Amerika Serikat, dituding berada di balik upaya penggulingan kekuasaan itu.
Erdogan menuduh Gullen menggunakan jaringan loyalisnya yang berada di pos-pos penting kelembagaan negara, termasuk di kepolisian, untuk melakukan kudeta. Gullen membantah tudingan telah berkomplot untuk melawan negara.
Pihak kepolisian Turki belum bisa dimintai komentar mengenai masalah tersebut. Perdana menteri baru, Ahmet Davutoglu, telah bersumpah untuk melanjutkan kampanye melawan mereka yang berusaha menggulingkan pemerintah.
SWISS
Dunia Kalah Perang Lawan Ebola
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sudah 1.900 orang tewas akibat virus ebola hingga awal September ini. Peningkatan jumlah korban bahkan mencapai 400 orang sepekan belakangan. Sebanyak 40 persen kematian terjadi tiga pekan menjelang September.
Direktur WHO Margaret Chan membeberkan ada 3.500 kasus ebola di Liberia, Sierra Leone, Guinea, Nigeria, dan Senegal. Menurut dia, dibutuhkan US$ 600 juta atau sekitar Rp 7,08 triliun untuk menangani virus yang menyebar lewat darah dan air liur ini.
Medecins Sans Frontieres atau Doctors Without Borders menyebutkan dunia kalah dalam perang melawan virus ebola. Menurut mereka, respons global terhadap virus ini sangat tidak memadai, bahkan mengabaikan cepatnya penyebaran virus. Penyebaran virus dianggap lebih cepat daripada langkah dunia menanganinya.
Mereka meminta personel militer dan kelompok sipil yang berpengalaman menangani bencana biologis segera diterjunkan. Begitu pula fasilitas rumah sakit isolasi dan tenaga kesehatan terlatih diharap datang ke Afrika Barat.
Chan mengatakan wabah ebola kali ini merupakan yang paling besar, paling parah, dan paling kompleks dari yang pernah dihadapi warga dunia. "Tidak seorang pun, bahkan mereka yang mengalami wabah pada 1976 dan 1995, pernah melihat sesuatu seperti ini sebelumnya," kata Chan.
Untuk menjinakkan virus ini, WHO menggelar pertemuan ahli kontrol penyakit, periset medis, dan pejabat dari negara terjangkit di Jenewa, Swiss. Tanpa penanganan segera, WHO memperkirakan 20 ribu orang bisa kena dampak virus ini.
ARAB SAUDI
Polisi Tangkap 88 Terduga Teroris
Kepolisian Arab Saudi menangkap 88 orang yang diduga merencanakan aksi teror, baik di dalam maupun luar negeri. Mayoritas adalah warga Arab Saudi. Tiga orang lainnya berasal dari Yaman dan seorang lagi masih diidentifikasi.
"Aparat keamanan selama beberapa bulan mengawasi para tersangka, terutama mereka yang memiliki ideologi ekstremis," demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi yang disampaikan kantor berita pemerintah, seperti dikutip Al-Arabiya, Selasa pekan lalu.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Mayor Jenderal Mansour al-Turki, dalam jumpa pers mengatakan para tersangka ditahan karena memiliki hubungan dengan jaringan teroris di luar negeri. "Mereka ditangkap karena melakukan tindakan terorisme dan mendukung ideologi sesat. Beberapa di antara mereka turut melakukan kontak dengan organisasi teroris di luar negeri," katanya.
Menurut dia, 59 dari 88 orang yang telah ditahan pernah mendekam di penjara karena pelanggaran serupa. Beberapa tersangka bahkan sudah mengirim anak-anak mereka untuk berperang bersama sejumlah kelompok ekstremis di luar negeri.
Sebelumnya, pejabat Arab Saudi telah memantau sejumlah pelaku. Mereka diduga menyebarkan perselisihan dan konsep yang salah kepada masyarakat. Beberapa tersangka dilaporkan memiliki hubungan dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang sudah berganti nama menjadi Negara Islam; kelompok Front Al-Nusra dari Suriah; dan Al-Qaidah di Yaman.
Al-Turki memperkirakan para pelaku menargetkan sejumlah pejabat keamanan pemerintah dan ulama yang menentang ideologi militan. "Mereka merencanakan pembunuhan," katanya.
Sekitar 2.500 warga Arab Saudi diyakini terlibat dalam kegiatan militan di luar negeri, termasuk di Suriah, Irak, Yaman, dan Afganistan. Raja Arab Saudi Abdullah memperingatkan terorisme akan segera menyebar ke Eropa dan Amerika Serikat jika tak cepat ditangani di Timur Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo