Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

CSIS Nilai Pidato Tahunan Menlu Sugiono Sarat Retorika

CSIS menilai pidato Menlu Sugiono dalam PPTM 2025 lebih banyak memuat retorika daripada substansi.

13 Januari 2025 | 17.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menghadiri acara Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2025 di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, pada Jumat, 10 Januari 2025. TEMPO/Savero Aristia Wienanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Departemen Hubungan Internasional Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) Lina Alexandra mengkritik pidato Menteri Luar Negeri Sugiono (Menlu Sugiono) dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2025 yang disampaikan pada Jumat lalu. Dia melihat ada upaya Sugiono untuk menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia menyoroti perkembangan fenomena yang ada di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tetapi, pidato yang disampaikan sayangnya masih bergerak seputar retorika ketimbang substansi,” kata Lina dalam konferensi pers yang tayang melalui akun YouTube CSIS pada Senin, 13 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lina menjelaskan bahwa selain mengenai kebijakan luar negeri, retorika Sugiono juga mencakup arah diplomasi yang akan dilakukan. Padahal, jelas dia, hal ini menjadi penting untuk menentukan apa yang akan Indonesia lakukan di dunia internasional.

Selanjutnya, Lina menilai bahwa pemerintahan Prabowo Subianto tidak secara tegas menginterpretasikan prinsip bebas aktif. Seringkali, sambung Lina, prinsip ini salah diterjemahkan, bahkan banyak kritik yang menyebut bahwa pemerintah sebenarnya telah meninggalkan prinsip bebas aktif.

Merespons hal ini, Lina menyampaikan, Sugiono menegaskan kembali bahwa Indonesia tetap dalam prinsip bebas aktif usai bergabung sebagai anggota penuh BRICS. “Tapi, penjelasannya tidak terlalu jelas,” ujar Lina.

Lebih lanjut, Lina mengingatkan bahwa seharusnya prinsip bebas aktif dijadikan panduan kebijakan luar negeri Indonesia. Menurut dia, prinsip ini tak seharusnya dianggap sebagai tujuan semata.

Sebelumnya, Menlu Sugiono menyebut peran strategis Indonesia di panggung internasional. Sugiono menyebut Indonesia tidak hanya merespons tantangan dunia, tetapi turut berperan sebagai kekuatan positif dalam membentuk dinamika global secara proaktif.

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Sugiono menyampaikan, Indonesia terus mengukuhkan peran sebagai pemimpin di panggung global, mitra terpercaya, sekaligus sebagai tetangga yang baik.

"Dunia tidak membutuhkan lebih banyak perpecahan atau politik kekuatan. Yang dunia butuhkan adalah kepemimpinan kolaboratif yang membangun rasa saling percaya dan mempersatukan," kata Sugiono saat menyampaikan pidato dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2025 di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jakarta Pusat, pada Jumat, 10 Januari 2025. 

Ia juga menegaskan bahwa diplomasi Indonesia akan berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan didasarkan pada Asta Cita sebagai panduan strategis. Adapun Asta Cita merupakan delapan misi Prabowo-Gibran. Misi ini terdiri atas 17 program prioritas dan delapan program yang hasilnya ditargetkan terlihat secara cepat.

Sugiono mendorong agar negara-negara di dunia dapat bekerja sama dalam menghadapi pelbagai tantangan internasional. 

"Kita harus berani menapaki jalan yang belum dilalui, bicara dengan cara yang belum pernah disampaikan dan membangun jembatan kolaborasi yang sebelumnya belum ada," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus