Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jemaah haji menyelesaikan salah satu rangkaian ibadah haji, yakni lempar tiga jamrah pada hari kedua Tasyriq, Selasa, 18 Juni 2024. Setelah itu para jemaah melakukan tawaf perpisahan di Ka'bah sebelum kembali ke pemondokan di Mina. Cuaca panas Arab Saudi menjadi tantangan ibadah haji.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Meninggal
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan suhu mencapai 51,8 derajat Celsius ditambah dengan kerumunan jemaah haji yang berdesakan di bawah panasnya cuaca berakibat korban meninggal.
Enam warga negara Yordania meninggal akibat serangan panas selama ibadah haji, keterangan dari Kementerian Luar Negeri Yordania. Kementerian tersebut menjelaskan, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 14 orang. Adapun 136 warga negara Indonesia meninggal selama ibadah haji, tiga di antaranya akibat serangan panas.
2. Perubahan Iklim
Dikutip dari Reuters, sedikitnya 562 orang telah meninggal selama ibadah haji. "Cuaca sangat panas dan orang-orang tidak tahan dengan cuaca panas seperti itu," kata Wilayet Mustafa, jemaah haji asal Pakistan.
Para ilmuwan iklim mengatakan kejadian korban meninggal seperti itu memberi gambaran sekilas tentang ibadah haji dalam beberapa dekade mendatang. “Ibadah haji telah dilakukan sejak lama dan selalu beriklim panas. Namun, krisis iklim menambah parahnya kondisi iklim,” kata Carl-Friedrich Schleussner, penasihat ilmiah di lembaga Jerman Climate Analytics.
3. Mengurangi Panas
Di Makkah, yang merupakan pusat ibadah haji selama lima hari, peningkatan suhu tersebut rata-rata sekitar 44 derajat Celsius. Di Makkah dan Madinah telah dilengkapi dengan sistem kabut dan stasiun air portabel. Pemerintah Arab Saudi juga berencana membuat lantai Masjidil Haram di Makkah serta tenda-tenda di sekitarnya akan dipasangi penyejuk atau AC.
4. Risiko
Platform Kerajaan Arab yang memuat informasi tentang ibadah haji menyoroti, kelelahan akibat cuaca panas menjadi salah satu risiko terbesar menunaikan ibadah haji.
Laporan yang diterbitkan oleh Journal of Travel Medicine mengungkap, jemaah haji yang berasal dari negara yang tidak terlalu panas memiliki kemungkinan meninggal 4,5 kali lebih besar. Itu jika dibandingkan penduduk setempat yang terbiasa dengan suhu tinggi tersebut.
IDA ROSDALINA | REUTERS