Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Daniel Andrews: Penentang Masjid Victoria adalah Ekstremis

Gubernur Victoria mengatakan mereka yang menentang pembangunan Masjid Victoria adalah orang yang berpikiran sempit dan ekstremis.

27 Juli 2019 | 17.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews saat di upacara peletakan batu pertama Masjid Bendigo di Victoria, Australia, 26 Juli 2019.[Glenn Daniels/Bendigo Advertiser/The Age]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Victoria mengatakan mereka yang menentang pembangunan Masjid Victoria adalah orang yang berpikiran sempit dan ekstremis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bangunan Islamic Centre Bendigo baru yang kontroversial adalah kemenangan atas ekstremisme, kefanatikan, dan berpandangan gelap," menurut Gubernur Victoria Daniel Andrews, dikutip dari The Age, 27 Juli 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Andrews berada di kota ladang emas pada Jumat pagi untuk upacara simbolis penggalian pertama pembangunan masjid.

Kasus keberatan terhadap Islamic Centre Bendigo, yang akan mencakup dua ruang salat, ruang kelas dan ruang olahraga komunitas, telah gagal di Pengadilan Tinggi.

Pembangunan masjid diprotes pada 2014, 2015 dan 2016 oleh sekelompok anti-Muslim.

Pada Jumat Andrews mengatakan orang-orang telah berjuang selama waktu-waktu penuh kebencian, yang dihadiri dewan lokal, Masyarakat Islam Bendigo dan penduduk kota.

"tidak ada cara menghindarinya. Tapi dengan niat baik yang menang melawan beberapa pandangan yang cukup gelap, saya pikir kita berada di tempat yang sangat baik hari ini," kata Andrews.

Kota Bendigo, Victoria, Australia, akhirnya punya masjid. Sumber: Bendigo Islamic Community Centre/abc.net.au

Andrews mengatakan kota itu tidak membiarkan kotanya "dibajak oleh orang-orang, yang tidak selalu dari Bendigo, mereka mungkin datang ke kota dan menempatkan pandangan mereka yang cukup ekstrem."

"Tapi mereka bukan bagian dari masyarakat ini," katanya.

"Orang-orang memiliki hak untuk menempatkan pandangan mereka, orang-orang memiliki hak untuk memprotes secara damai tetapi ada batasan, ada standar, kefanatikan bukanlah bentuk protes yang bisa diterima, ketidaktahuan bukanlah alasan," lanjut Andrews.

Gubernur mengatakan masjid itu akan menjadi contoh kuat keanekaragaman budaya dan agama Victoria.

"Kami adalah negara multi-agama, multi-budaya dan kami lebih kuat, lebih aman, lebih sejahtera karena keragaman budaya dan agama yang menentukan kami," kata Andrews.

Menurut ABC, lebih dari 500 Muslim dari 25 negara berbeda menyebut Bendigo sebagai rumah.

Sebelumnya, ibadah salat berlangsung di sebuah ruangan kecil di kampus lokal Universitas La Trobe ketika dewan menyetujui izin untuk masjid pada bulan Juni 2014.

Lebih dari 400 keberatan diajukan terhadap rencana pembangunan masjid, yang menyebabkan perdebatan sengit.

Pada satu pertemuan dewan, 200 orang memadati balai kota dan anggota dewan dikawal oleh polisi.

Beberapa penentang mengklaim masjid akan membawa kekerasan ke Bendigo dan kota akan mengadopsi hukum Syariah.

Sekelompok kecil penduduk setempat kemudian membawa kasus ini ke Pengadilan Sipil dan Administratif Victoria (VCAT), dengan alasan pembangunan akan menyebabkan masalah lalu lintas dan sosial.

Sementara VCAT menepis kekhawatiran tersebut, pertarungan berlanjut ke Pengadilan Banding Victoria. Namun Pengadilan Tinggi Victoria menolak gugatan keberatan pembangunan Masjid Victoria pada 2016.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus