Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 200 orang lebih yang dikarantina di hotel di Victoria, Australia, terpaksa dites HIV setelah petugas memakai alat tes Covid-19 yang sama ke beberapa orang untuk memeriksa sampel darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Safer Care Victoria mengumumkan pada Senin bahwa 243 orang yang menjalani tes kadar glukosa darah saat berada di karantina hotel virus corona antara 29 Maret dan 20 Agustus, dapat berisiko tertular virus yang ditularkan melalui darah setelah alat tes yang sama digunakan pada banyak orang, menurut laporan News.com.au, 20 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Alat uji kadar glukosa darah yang dimaksudkan untuk digunakan oleh satu orang digunakan di banyak penghuni," kata Safer Care Victoria dalam sebuah pernyataan.
"Ini menghadirkan risiko klinis rendah dari kontaminasi silang dan virus yang ditularkan melalui darah: Hepatitis B dan C, dan HIV," katanya.
Tes kadar glukosa darah melibatkan penusukan jari untuk mendapatkan setetes darah untuk digunakan dalam perangkat pengujian.
Perangkat ini, yang dapat digunakan dengan memperoleh sampel darah, digunakan untuk menguji kadar glukosa darah pada penderita diabetes, tetapi juga dapat digunakan untuk perempuan hamil, orang yang pingsan, atau orang yang umumnya tidak sehat.
Australia menutup perbatasannya untuk semua non-warga negara dan penduduk pada bulan Maret, dan setiap pelancong yang kembali harus membayar AUS$ 3.000 (Rp 31 juta) untuk menghabiskan dua minggu di fasilitas karantina negara bagian, menurut laporan CNN.
Beberapa bulan setelahnya, ribuan pelancong telah melewati hotel karantina Australia, tetapi tidak semuanya memerlukan tes kadar glukosa darah.
CEO Safer Care Victoria Adj Assoc Prof Ann Maree Keenan mengatakan lembaganya sedang menyelidiki bagaimana hal ini bisa terjadi.
"Kesehatan penghuni karantina sebelumnya adalah perhatian utama kami, jadi mengatur skrining untuk mereka adalah prioritas utama kami. Risiko klinisnya rendah. Tetapi jika Anda sama sekali khawatir Anda menjalani tes ini dan kami belum menghubungi Anda, silakan hubungi kami," kata Prof Keenan.
"Saat ini, kami tidak akan dapat menjawab banyak pertanyaan orang tentang bagaimana hal ini bisa terjadi. Saya pastikan Safer Care Victoria sedang melakukan tinjauan lengkap tentang bagaimana dan mengapa perangkat ini digunakan," ujarnya.
Meskipun perangkat dirancang untuk beberapa penggunaan oleh satu orang, namun perangkat tersebut digunakan untuk banyak penghuni, kata Safer Care. Jarum dapat diganti di antara setiap penggunaan, tetapi perangkat itu dapat mempertahankan jumlah darah mikroskopis.
Menteri Kesehatan Martin Foley mengatakan jarum yang digunakan dalam tes diganti, meskipun perangkat tes tidak diubah, yang sebetulnya dimaksudkan untuk digunakan berulang kali oleh satu orang, bukan beberapa orang.
"Saya perlu menekankan bahwa ini, menurut semua saran klinis, risiko kontaminasi silang yang sangat, sangat rendah, tetapi karena kewaspadaan yang berlebihan, Safer Care Victoria dan Rumah Sakit Alfred melakukan hal yang tepat dalam cara menghindari risiko untuk menghubungi semua orang yang terlibat," kata Foley.
Dia mengatakan masih belum ada bukti ada yang tertular virus melalui darah akibat kesalahan tersebut.
Victoria telah melaporkan lebih dari 20.000 kasus virus corona, termasuk lebih dari 800 kematian, menjadikannya zona merah Covid-19 di Australia. Australia telah melaporkan lebih dari 27.400 kasus dan total 905 kematian Covid-19, menurut data dari Universitas Johns Hopkins per Selasa, 20 Oktober 2020.
Sumber:
https://www.news.com.au/lifestyle/health/health-problems/coronavirus-victoria-testing-stuffup-put-hundreds-in-hotel-quarantine-at-hiv-infection-risk/news-story/86afa46939d103acac7952dca34285a4
https://edition.cnn.com/2020/10/20/australia/australia-covid-quarantine-blood-testing-hiv-intl-hnk/index.html