ANGIN pembaruan akhirnya sampai juga ke Bulgaria. Jumat pekan silam, Presiden Bulgaria Todor Zhivkov, orang paling lama berkuasa di Eropa, tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya. Ia digantikan oleh Menteri Luar Negeri Petar Mladenov. Pengunduran diri Zhivkov, yang tak tergoyahkan selama 35 tahun, merupakan kejutan besar -- lebih mengagetkan ketimbang mundurnya penganut komunis garis keras Erich Honecker, orang kuat Jerman Timur. Sebenarnya Zhivkov, 78 tahun, bukannya tak mengikuti irama perestroika dan glasnost yang didendangkan Presiden Mikhail Gorbachev. Sebagai reaksi atas pembaruan di Uni Soviet, Zhivkov telah memulai suatu kebijaksanaan mengurangi birokratisme dan desentralisasi. Ia dianggap berjasa dalam menciptakan stabilitas politik dan meningkatkan taraf hidup rakyat di negara pertanian yang berpenduduk 9.000.000 jiwa itu. Tapi politik tangan besi yang dijalankannya -- memerintahkan penangkapan pembangkang politik, kemudian memenjarakannya -- membuat Zhivkov tak disukai rakyat. Sejak pertengahan dasawarsa ini, ada kesan Soviet makin tak sabar dengan pemerintahan Zhivkov. Bulgaria mengekspor barang-barang konsumsi berkualitas rendah ke Soviet, sedangkan yang mutunya tinggi dikhususkan untuk dijual ke Eropa Barat. Padahal, Bulgaria sangat bergantung (hampir 90%) kepada Soviet dalam pengadaan minyak dan bahan bakar lainnya. Citra negeri itu di dunia internasional makin turun. Amerika menuduh Bulgaria terlibat dalam perdagangan obat bius dunia. Ekonomi Bulgaria yang makin parah menyebabkan presiden dan ketua partai itu makin tak populer. Itulah penyebab kejatuhannya. Setelah penunjukannya, Mladenov, 53 tahun, menjanjikan adanya dialog dengan rakyat dan mendukung kebijaksanaan perestroika Soviet. Selain itu, Mladenov mengatakan, Partai Komunis Bulgaria tidak akan menyerahkan kekuasaannya, tapi menjamin adanya "pluralisme pendapat" di kalangan rakyat. "Partai harus menemukan tempatnya yang tepat dalam suasana baru," katanya lebih lanjut. Bagi Mladenov perestroika di Bulgaria hanya bisa dilaksanakan "dalam kerangka kerja sosialisme, dalam sistem sosialisme, dan di jalan sosialisme." Walau demikian, banyak kalangan intelektual di Bulgaria menduga ia akan gagal dalam usahanya. Malah, ada yang mengatakan, ia akan segera dicampakkan oleh golongan konservatif yang masih memegang tampuk pimpiman partai. Para penganut garis keras, konon, sangat kecewa terhadap Mladenov karena baru-baru ini ia mendukung penyelenggaraan konperensi mengenai lingkungan di Sofia. Kongres tersebut diselenggarakan dengan sponsor Konperensi untuk Keamanan dan Kerja Sama Eropa -- suatu organisasi perpanjangan tangan dari "Proses Helsinki" 1975. Mladenov diragukan akan mampu memperbaiki keadaan ekonomi. Alasannya: ia pengikut setia komunisme ortodoks Zhivkov, sehingga mana mungkin menjadi jagoan reformasi. Konstantin Trenchev, pemimpin Serikat Buruh Bulgaria, mengatakan, "Kami tahu betul ia adalah orang Zhivkov. Dalam sistem totaliter selalu ada orang yang bermain di belakang dan menyembunyikan maksud sebenarnya. Kalau mereka sampai ke puncak kekuasaan, barulah wajah aslinya kelihatan." Itu adalah tuduhan bahwa Mladenov tak lain dari "wayang" yang dimainkan "dalang" Zhivkov. Tapi, bagaimanapun Bulgaria sedang memasuki era baru. AD
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini