TOPAN Signal I, yang diramalkan akan melanda Manila pekan lalu, ternyata, urung menyerbu. Yang mengguncang ternyata badai desas-desus: akan terjadi kudeta militer seaktu Presiden Corazon Aquino berkunjung ke Jepang, selama empat hari dimulai Senin lalu. Koran terkemuka Business Day Rabu pekan lalu melaporkan adanya rencana kudeta dengan nama sandi Operasi God Save the Queen. Tujuannya, mengambil alih kekuasaan tanpa menumpahkan darah, menyingkirkan para pejabat berhaluan kiri, tapi tetap mempertahankan Cory sebagai presiden. Yang dituduh sebagai otak kudeta, siapa lagi kalau bukan, Juan Ponce Enrile. lenteri pertahanan yang selama beberapa pekan terakhir ini terus mengecam Presiden Cory dikabarkan telah mengadakan pertemuan di rumah Brigjen Brigido Paredes pekan lalu. Di situ, menurut laporan koran terbesar di Manila The Phillipine Daily Inquirer, Enrile konon menetapkan 10 November -- hari keberangkatan Cory ke Jepang -- sebagai D Day bagi Operasi God Save the Queen. Menurut rencana, hari itu satu batalyon tentara akan dikerahkan untuk mengamankan Istana Malacanang, stasiun televisi, dan media massa. Jika berhasil, sesudah mengamankan Presiden dan negara dari bahaya komunis, konstitusi warisan Marcos (1973) akan diberlakukan kembali, lalu sebuah kabinet dengan Enrile sebagai PM akan dibentuk. Kemudian secara bertahap, wewenang Cory akan dibatasi pada kegiatan upacara saja. Desas-desus seperti itu memang bukan hal baru. Tatkala Cory akan berkunjung ke AS September lalu, kabar angin bahwa kelompok militer akan melancarkan kudeta juga beredar. Namun, kali ini desas-desus akan terjadinya kudeta meluas. Apalagi setelah Kastaf AB Jenderal Fidel Ramos Rabu pekan lalu memberi aba-aba. "Saya tidak bisa menjamin bahwa suatu kudeta pasti bisa dicegah selama Presiden Aquino berkunjung ke Jepang," katanya di forum terbuka Martha Vineyard, sebuah organisasi wanita di Manila. "Kami akan berusaha menggagalkannya, tapi saya tentu tidak bisa membaca apa yang ada dalam benak orang," tambahnya. Ucapan Ramos itu tampaknya membuat Cory tidak lagi seratus persen mengandalkan Ramos. Kamis malam pekan lalu ia, selaku panglima tertinggi angkatan bersenjata Filipina, melakukan pembicaraan rahasia di Malacanang. Sejumlah perwira tinggi hadir, antara lain KSAU Brigjen Antonio Sotelo, Komandan Constabulary Filipina Renato de Villa, dan Brigjen Ramon Montana. Esoknya, Jumat malam, Cory memanggil Ramos dan Enrile secara terpisah. Kepada Ramos ia menegaskan, "Kita tidak mungkin membiarkan kudeta terjadi." Diingatkannya, pemberontakan militer terhadap pemerintah sipil akan merugikan semua pihak, dan hanya akan menguntungkan pihak komunis. Ramos kabarnya menjanjikan bahwa "profesionalisme militer akan tetap dijunjung tinggi". Pembicaraan Cory dengan Enrile diungkapkan Cory sendiri kepada pers Sabtu pekan lalu. Cory membenarkan ia telah berbicara dengan Enrile tentang desas-desus kudeta. "Saya bilang kepadanya, 'Tolong janjikan pada saya bahwa tidak akan terjadi sesuatu selama saya ada di Jepang.' Lalu ia mengatakan bahwa ia akan berusaha sedapat-dapatnya." Cory kabarnya juga meminta Kardinal Sin menunda keberangkatannya ke Roma yang dijadwalkan pada 10 November. Kehadiran tokoh gereja Katolik tersebut di Manila di saat-saat gawat seperti itu, tentu saja, akan sangat membantu posisi Cory. Koran Manila Chronicle melaporkan, Jumat lalu Sin menelepon Enrile dan mengatakan, "Sejarah mungkin akan mengutukmu jika terjadi pertumpahan darah." Sin menambahkan, "Enrile tahu apa yang saya maksud." Menurut Sin, hubungan antara Cory dan Enrile kini kembali baik. "Mudah-mudahan usaha saya mendekatkan mereka berdua berhasil,' kata Sin. Tampaknya, dengan berbagai tindakannya itu, Cory merasa posisinya lebih kuat. Mungkin karena itu, Ahad petang lalu ia berbicara lebih lantang. Kepada sekitar 6.000 dokter gigi yang menghadiri Kongres Dokter Gigi Sedunia, ia berkata, "Anda mestinya telah mendengar desas-desus tentang rencana God Save the Queen. Nah, ratu ini tidak mau diselamatkan (dengan cara itu)." Cory juga memperingatkan oknum-oknum militer agar jangan sekali-kali mencoba melancarkan kudeta. "Saya tidak akan membiarkan angkatan bersenjata Filipina dihancurkan oleh segelintir oknum yang bejat, jika benar mereka merencanakan sesuatu." Lalu ia mengancam, "Jika perlu, sekali lagi saya akan meminta (rakyat) kembali ke jalan." Sementara itu, di Manila, hari Ahad itu juga, ribuan rakyat unjuk rasa sebagai dukungan buat Cory. Pada pers, Butz Aquino -- ipar Cory mengatakan bahwa Presiden Aquino menganggap desasdesus kudta dengan serius. "Situasinya tidak kritis, tapi serius. Presiden merasa prihatin, tapi percaya diri. Pemerintah telah mempunyai rencana, termasuk menyiapkan rakyat dan tentara yang setia untuk menghadapi kup militer," ujarnya. Menurut Butz, masalah dalam mihter bukan menyangkut Enrile atau Ramos, tapi kolonel dan letkol di bawah mereka. Ucapan ini mungkin ada benarnya. Seorang perwira yang dekat dengan Enrile membantah adanya komplotan untuk melakukan kudeta. "Memang ada sejumlah perwira yang menuntut agar ada kebijaksanaan pemerintah yang lebih tegas dalam menghadapi pemberontak komunis," katanya. Pihak militer, termasuk Ramos, selama ini memang tidak puas menghadapi sikap Cory yang lunak dalam menghadapi pihak komunis. Bisa jadi semua haru-biru ini sengaja dilontarkan untuk menekan Cory agar bersikap lebih tegar terhadap pihak komunis. Suasana kehidupan sehari-hari di Manila sendiri saat ini berjalan seperti biasa. Militer di Manila memang disiagakan, tapi itu memang dilakukan setiap kali Presiden Cory berada di luar negeri. Juga untuk menghadapi kemungkinan bila gerilyawan komunis mencoba memanfaatkan situasi. Untuk sementara, isu kudeta tampaknya akan mereda -- mungkin sampai Cory akan berangkat ke luar negeri lagi. Isma Sawitri (Manila)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini