Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Era Reagan sudah lewat?

Partai demokrat unggul dalam pemilihan nasional as untuk merebut 34 dari 100 kursi anggota senat, 345 kursi dpr dan 36 dari 50 jabatan gubernur. as mungkin akan lebih proteksionis.(ln)

15 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMPANYE gaya Hollywood Presiden Ronald Reagan -- lengkap dengan pesta kembang apinya -- kali ini gaga! mencapai sasaran: mempertahankan pOSiSI mayoritas Partai Republik Reagan dalam Senat AS. Dalam pemilu nasional AS, 5 November lalu -- untuk memperebutkan 34 dari 100 kursi anggota Senat, 345 kursi DPR, dan 36 dari 50 jabatan Gubernur -- Partai Demokrat unggul di tiga kedudukan itu. Ini untuk pertama kalinya, sejak 1980, suara mayoritas pada Senat tak lagi didominasi Partai Republik. Perbandingan kursi di Senat yang dulunya 53:47, kini 55 :45 untuk Demokrat. Di DPR, Demokrat juga berhasil mempertahankan suara mayoritasnya, dengan meraih 242 kursi -- meski sedikit berkurang dibanding sebelumnya yang 253 kursi. Reagan, yang berupaya habis-habisan berkampanye di 15 negara bagian, untuk masa dua tahun mendatang tampaknya akan menghadapi masa sulit untuk mendapat dukungan bagi pelbagai prakarsanya di kedua badan perwakilan AS yang dikuasai partai Demokrat itu. "Jika apa yang disebut Revolusi Reagan itu ada, maka sekarang ini tamatlah riwayatnya," kata Thomas 'Tip' O'Neill, ketua DPR, yang akan pensiun. Di daerah pemilihannya, Massachussetts, ia digantikan Joseph Kennedy II, putra Mendiang Robert Kennedy. Dominasi Demokrat itu dikhawatirkan akan membuat AS memperketat kebijaksanaan proteksionismenya. Banyak negara waswas akan berselisih dengan AS di bawah kendali Demokrat di berbagai bidang yang sangat ketat proteksinya, di antaranya bidang pertanian dan tekstil. Tahun lalu, DPR AS menyetujui perundangan untuk melindungi industri tekstil dan pakaian jadi dari luar negeri. Tapi RUU ini kemudian diveto Reagan, dengan alasan kekhawatiran adanya tindakan balasan negara-negara Asia yang banyak mengimpor komoditi AS, di antaranya Indonesia. Calon ketua Senat Demokrat, Robert Bird, menjanjikan dibuatnya undang-undang perdagangan pada rakyat AS. Semacam undang-undang proteksionisme? "Orang AS yang terancam kehilangan pekerjaannya tak peduli undang-undang itu akan disebut apa," ujar Bird. Senator Bird juga meramalkan adanya benturan soal proteksionisme ini antara Senat dan Presiden Reagan tahun depan. Reagan diperkirakan akan menjatuhkan vetonya jika Demokrat mengajukan masalah ini. Tapi pengamat umumnya sepakat bahwa mundurnya kekuatan partai Republik di Senat tak akan sama sekali melumpuhkan kepopuleran dan kemampuan Reagan dalam memimpin. Cukup banyak senator Demokrat yang bersifat konservatif dan sepandangan dalam berbagai hal dengan Reagan Memang diakui, akan cukup sulit bag Reagan untuk mengajukan gagasan-gagasan kontroversialnya, tapi, menurut pengamat, kelihaian lobi presiden itu tak bisa dipandang sebelah mata. Kontrol kedua badan DPR AS oleh Partai Demokrat juga diperkirakan akan menyulitkan usaha Presiden Reagan meningkatkan dana bagi program Perang Bintangnya. Sebelum pemilihan nasional Selasa pekan lalu itu, Reagan selalu mengandalkan Senat untuk menggolkan sejumlah programnya. Sejumlah pengamat berpendapat, untuk menangani masalah-masalah anggaran, perdagangan, kebijaksanaan dalam negeri, pertahanan dan gagasan kebijaksanaan luar negeri di hadapan DPR AS, Reagan harus bekerja sama diam-diam, seperti yang pernah dilakukan oleh Presiden Eisenhower dulu. Dengan jalan itu, Eisenhower -- yang mengalami dilema seperti Reagan menghadapi kedua badan DPR dalam kontrol Demokrat -- dulu berhasil dengan gemilang. Kemenangan Demokrat dalam pemilu nasional lalu itu diperkirakan memudahkan jalan bagi calon presiden Demokrat ke Gedung Putih dalam pemilihan presiden 1988 mendatang. Banyak yang melihat kekalahan partai Republik kali ini sebagai kekalahan pribadi Reagan. Mungkin era Reagan memang sudah lewat. Tapi Partai Demokrat sendiri, menurut pengamat, untuk bisa sampai ke Gedung Putih, masih dihambat oleh kurang bersatunya pemimpin-pemimpinnya. Sebagai contoh, dalam pemilihan pendahuluan presiden 1984 lalu, tampil begitu banyak calon presiden (7 orang). Sedang partai Republik lebih cepat menentukan calonnya. Farida Sendjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus