Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Demonstrasi menentang pemerintah Hassan Rouhani melebar ke sejumlah kota di Iran pada hari kedua aksi protes, Jumat, 29 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jika pada hari pertama ratusan demonstran berunjuk rasa di Kota Mashhad, kota terbesar kedua di Iran, keesokan harinya demonstrasi terjadi di Kermanshah, serta beberapa kota lainnya hingga ke Teheran, ibu kota Iran.
Baca: Iran Hitung Mundur Kehancuran Israel Tahun 2040
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mereka turun ke jalan-jalan di Kota Mashhad, Kermanshah, dan Teheran memprotes mahalnya harga bahan pangan dan tingginya inflasi.
Mengutip laporan kantor berita Fars, para demonstran meneriakkan kata-kata "Palestina tidak masalah, tapi berpikirlah tentang kita", "Merdeka atau Mati," dan "Bebaskan tahanan politik."
The New Arab melaporkan, beberapa demonstran juga meneriakkan kata-kata, "Bukan Gaza, bukan Libanon, hidupku untuk Iran" dan "Kami tidak mau Republik Islam."
Baca: Mohammed bin Salman: Pemimpin Iran Hitler Timur Tengah
Polisi Iran berusaha membubarkan para demonstran itu dengan menggunakan gas air mata dan water cannon.
Wakil kepala keamanan Iran, Mohsen Hamedani, menyebutkan beberapa orang dari 50 demonstran di Teheran telah ditangkap. Sebagian besar demonstran bubar setelah diperingatkan polisi.
"Segelintir dari mereka ditangkap," kata Hamedani tanpa menyebut identitas demonstran yang ditangkap, seperti dikutip dari ITV.Com.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam penangkapan 52 demonstran seraya mengingatkan Iran bahwa dunia menyaksikan.
Baca: Israel dan Arab Saudi Siap Berbagi Info Intelijen tentang Iran
"Pemerintah Iran harus menghormati hak-hak rakyatnya, termasuk hak mereka untuk menyatakan pendapat mereka.”
Demonstrasi ini, mengutip Independent, merupakan yang terbesar di Iran sejak para pendukung pemerintah Iran berunjuk rasa dan berakhir rusuh pada 2009, ketika Mahmoud Ahmadinejad kembali memenangi pemilihan presiden. Kelompok pendukung reformasi menuding hasil pemilihan presiden dicurangi.