Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga sandera Israel yang ditawan oleh Hamas menceritakan soal duka yang dirasakan atas tewasnya kerabat mereka. Ofri Bibas Levy, kakak ipar sandera Hamas bernama Shiri Bibas, menceritakan tak pernah berhenti berharap melihat adik ipar dan dua anaknya itu pulang dalam keadaan hidup. “Saya meminta pada Anda agar jangan memuji keluarga saya dulu. Kami telah berharap selama 16 bulan dan kami belum mau berhenti berharap sampai sekarang,” kata Ofri Bibas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shiri Bibas bersama suami dan dua anak mereka yang masih balita yakni Ariel, 4 tahun dan Kfir, 9 bulan, disandera Hamas dalam serangan 7 Oktober 2025 kibbutz, Nir Oz. Mereka lalu dibawa ke Gaza oleh Hamas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa foto Shiri Bibas yang sedang menggendong anaknya dan dikelilingi anggota Hamas beredar di media sosial tak lama setelah dia diculik. Mainan Ariel dan Kfir masih berserakan di rumah keluarga Bibas. Sedangkan pintu depan rumah keluarga itu dipasangi sejumlah poster dari empat anggota keluarga Bibas yang disandera Hamas.
Shiri Bibas dan dua anaknya sudah dikonfirmasi Hamas, meninggal. Mereka terbunuh akibat serangan Israel di Gaza pada November 2023. Kfir dan Ariel tercatat sebagai sandera Hamas termuda.
Yarden Bibas, suami Shiri Bibas, sudah dibebaskan pada 1 Februari lalu sebagai bagian dari gencatan senjata Hamas Israel. Gencatan senjata itu diberlakukan sejak 19 Januari 2025. Kesepakatan gencatan senjata itu untuk menghentikan genosida Israel yang telah menewaskan hampir 48.300 warga Palestina dan meninggalkan wilayah kantong tersebut dalam kehancuran.
Pembebasan sandera oleh Hamas ini ditukar dengan pembebasan tahanan warga Palestina yang ditahan di sejumlah penjara di Israel. Sebagai bagian dari gencatan senjata, Israel juga diharuskan melonggarkan aturan masuknya bantuan ke Gaza.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November tahun lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) karena perangnya di wilayah kantong tersebut.