Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Ditahan Tanpa Alasan. Anak Muammar Gaddafi Mogok Makan hingga Kritis

Putra bungsu mantan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi mogok makan di sebuah penjara di Lebanon. Kini ia dalam kondisi kritis.

3 Juli 2023 | 09.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hannibal Gaddafi, putra mendiang pemimpin Libya Muammar Gaddafi, dalam kondisi kritis. Ia telah dipindahkan dari penjara Lebanon ke sebuah rumah sakit, menurut laporan stasiun televisi Al-Hadath yang berbasis di Dubai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hanibal melakukan mogok makan bulan lalu sebagai protes atas penahanannya tanpa pengadilan sejak 2015. Mengutip sebuah sumber, ia mengalami penurunan tajam kadar gula darah karena mogok makan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan Hannibal Gaddafi, putra mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi , telah memburuk sejak dia memulai mogok makan di penjara Lebanon untuk memprotes penahanannya selama bertahun-tahun tanpa pengadilan.

Kondisi kesehatan Hannibal Gaddafi, 47 tahun, turun drastis sejak pertengahan Juni. "Ia mengalami kejang pada otot, tangan dan kakinya, pusing dan sakit kepala, dan masalah medis sebelumnya di tulang belakang dan pinggulnya memburuk karena serangan itu,” ujar salah satu pengacaranya seperti dilansir dari Al Jazeera, Senin, 3 Juli 2023.

Hannibal Gaddafi adalah putra kelima sekaligus anak bungsu Muammar Gaddafi. Ia telah dipenjara di markas Pasukan Keamanan Dalam Negeri di Beirut sejak 2015 sehubungan dengan hilangnya seorang imam terkemuka Syiah Lebanon, Moussa al-Sadr. Saat hilang, sang imam sedang melakukan perjalanan ke Tripoli, Libya, pada 1978. Saat itu Hannibal Gaddafi masih berusia tiga tahun.

Al-Sadr adalah salah satu pendiri partai politik Syiah, Gerakan Amal. Lebanon menyalahkan Muammar Gaddafi atas hilangnya al-Sadr.

Pada 2011, setelah jatuhnya Tripoli dan kematian ayahnya di tangan pejuang oposisi, Hannibal Gaddafi melarikan diri ke negara tetangga Aljazair bersama istri dan beberapa saudara kandungnya. Mereka kemudian mengambil suaka di Suriah sebagai pengungsi politik di bawah pemerintahan Bashar al-Assad.

Namun pada 2015, Hannibal Gaddafi "dibujuk" ke perbatasan Suriah-Lebanon dengan dalih wawancara untuk sebuah surat kabar. Ia lalu diculik dan dibawa ke Lebanon oleh kelompok yang mencari jawaban tentang al-Sadr.

Tim hukum Hannibal mengklaim bahwa Hassan Yaakoub, yang saat itu menjadi anggota parlemen Hizbullah, partai politik terkemuka Syiah yang didukung Iran di Lebanon, berada di balik penculikan tersebut. Ayah Yaakoub dan jurnalis Abbas Bader el-Dine telah menemani Sadr dalam kunjungan ke Libya, dan tidak pernah terlihat lagi.

Di tengah penculikannya, Hannibal Gaddafi muncul dalam siaran video di saluran televisi Al Jadeed Libanon pada 11 Desember 2015, dengan dua mata hitam dan hidung memar. Ia mengatakan sehat-sehat saja. Ia mendesak mereka yang memiliki bukti tentang hilangnya al-Sadr untuk maju.

Pada 2016, seorang hakim Lebanon menuduh Hannibal menyembunyikan informasi tentang hilangnya al-Sadr setelah keluarga imam mengajukan gugatan terhadapnya atas dugaan perannya di dalamnya. Selama delapan tahun di balik jeruji besi, Hannibal telah mengganti tim hukumnya beberapa kali. Kasusnya telah melewati sistem peradilan Lebanon yang sering dipolitisasi dan lamban.

Dia dijatuhi hukuman 18 bulan pada 2018 karena "menghina" pengadilan Lebanon. Ia juga dilarang bepergian selama satu tahun. “Dia mulai mogok makan karena dia ingin menarik perhatian publik dan pemerintah atas kasusnya yang sebenarnya,” kata salah satu pengacaranya kepada Al Jazeera. “Dia merasa dilupakan, jadi dia memutuskan untuk melakukan mogok makan karena dia tidak tahan lagi.” 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus