Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim dokter di sebuah rumah sakit di Miami, Florida, Amerika Serikat dihadapkan pada situasi yang membingungkan setelah juru rawat membawa pasien yang tak sadarkan diri dengan tato bertuliskan "Jangan Selamatkan Saya" di dadanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter bertanya-tanya apakah tato di tubuh pasien itu merupakan permintaan terakhir dari sang pasien yang sekarat. Dokter pun berhadapan dengan dilema kode etik yang tidak biasa.
Baca: Tato Khusus Penderita Diabetes Ini Bisa Berubah Warna
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilik tato seorang pria berusia 70 tahun yang memiliki riwayat penyakit paru obstruktif kronik, diabetes mellitus dan atrial fibrillation, seperti diterbitkan oleh New England Journal of Medicine, 30 November 2017.
Gregory Holt, seorang dokter perawatan kritis dan penulis utama surat kabar tersebut, mengatakan pasien tersebut, tinggal di sebuah panti jompo namun ditemukan mabuk dan tidak sadar di jalan dan dibawa ke rumah sakit Jackson Memorial.
Dia tiba tanpa identitas, tidak ada keluarga atau teman, dan tidak ada cara untuk memberi tahu dokter apakah dia ingin hidup atau mati.
Baca: Di Instagram, Tato Helix Ramai Diburu dan Marak!
Karena tidak yakin akan legalitas mengikuti instruksi tato, pejabat rumah sakit pada awalnya mengabaikan tato tersebut, namun kemudian meminta konsultan etika memberikan penjelasan mengenai masalah tersebut.
"Awalnya kami memutuskan untuk tidak menghiraukan tato tersebut, namun mengingat kekhawatiran tentang legalitas," demikian bunyi laporan tersebut, seperti yang dilansir Sputnik News pada 1 Desember 2017.
Konsultan etika kemudian menyarankan dokter untuk menghormati pesan tato di tubuh pasien. Pesan itu dianggap sebagai pilihan pasien. Dokter pun mengikuti saran konsultan. Pria tersebut meninggal pada malam harinya.