UNTUK pertama kali tampaknya masyarakat Uni Soviet dalam waktu dekat ini akan dapat menikmati buku Dr. Zhivago. Novel legendaris karya penyair dan pengarang Soviet terkenal Boris Leonidovich Pasternak, yan membuahkan Hadiah Nobel di bidang kesusastraan pada 1958 dan telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa (termasuk bahasa Indonesia) ini, selama hampir 30 tahun menjadi barang haram di negerinya sendiri. Novel tentang tahun-tahun sulit selama Revolusi Rusia ini oleh pemerintah Moskow selama ini dituduh menggambarkan kecenderungan tidak demokratis dan tidak obyektif atas revolusi besar mereka. Lampu hijau telah dinyalakan persatuan pengarang Soviet -- yang pada 1957 memecat Pasternak dari keanggotaannya segera setelah Dr. Zhivago terbit di Barat -- dalam kongres ke-8-nya akhir Juni lalu. Persatuan Pengarang Soviet kali ini bukan hanya hendak merehabilitasi sepenuhnya Pasternak termasuk menerbitkan seluruh karyanya dan menjadikan museum bekas rumahnya -- tapi juga menuntut dibubarkannya Glavit, badan sensor pemerintah Soviet yang terkenal amat ketat itu. Angin segar di kalangan pengarang ini berembus sejak Mikhail Gorbachev menjadi orang pertama di Soviet, tahun lalu. Kebijaksanaan Gorbachev untuk lebih "membuka diri" di segala aspek kehidupan telah menggerakkan arus baru kebebasan berekspresi. Sejak tahun lalu, terutama sejak Kongres Partai Komunis Soviet Maret lalu, banyak perubahan terjadi. Satu demi satu nama yang dianggap anti-Bolshevik telah direhabilitasi, di antaranya Penyair Nikolai Gumilov, yang ditembak mati 1921 karena antirevolusi, juga Pengarang Osip Mandelshtam, yang mati dalam tahanan Stalin. "Selama delapan belas bulan terakhir ini telah terjadi perubahan situasi sosial secara drastis. Orang Rusia selama ini bukan warga yang cukup aktif, tapi sekarang tumbuh kegiatan di mana-mana. Kalangan pers kini sepenuhnya mendukung kami, tidak seperti tahun-tahun lalu," tutur Valantin Rasputin, novelis dari Siberia, peserta kongres persatuan pengarang Soviet tersebut. Puncak pembaruan terjadi sebulan lalu, tatkala orang lama Menteri Kebudayaan sejak 1974 Pyotr Demichev, "ditendang ke atas" menjadi wakil presiden. Dan seminggu kemudian, kongres persatuan pengarang yang penuh "pemberontakan" -- berlangsung. Pemberontakan juga terjadi atas birokrasi persatuan pengarang. Orang nomor 1 di organisasi itu, Georgi Markov, 75, tersingkir, digantikan Victor Karpov, pemimpin redaksi majalah sastra bulanan Novyi Mir (Dunia Baru), yang sering diam-diam melawan badan sensor pemerintah. Tuntutan agar ada batas baru atau melenyapkan sama sekali Glavit, badan sensor yang sering menjerumuskan orang ke pengasingan, kamp kerja paksa, atau mengucilkan pengarang selama ini, dikemukakan oleh penyair kenamaan Yevgeny Yevtushenko, yang selama sidang paling giat berjuang merehabilitasi Pasternak. "Sensor hadir di dunia tulis-menulis untuk melindungi UU, mencegah pronografi, propaganda perang, dan rasialisme. Fungsinya hanya itu, tidak harus ikut campur dalam proses tulis-menulis. Dan karena Dr. Zhivago dan karya lain Pasternak sama sekali tidak antirevolusi, logis diterbitkan," ujar Yevtushenko. Konon, orang di belakang layar yang memungkinkan penerbitan karya-karya yang dulu dilarang terbit di Soviet adalah Raisa Gorbachev, Ibu Negara Soviet. Raisa, yang oleh pers Barat disebut sebagai pembawa angin baru Soviet, kabarnya seorang pengagum sastra, terutama karya Shakespeare. Dan Pasternak adalah pengarang yang menerjemahkan banyak karya pujangga Inggris itu ke dalam bahasa Rusia. Pengarang yang lahir 1890 di Moskow ini juga terkenal dengan kumpulan cerpennya, sajak-sajaknya, yang hampir semuanya terbit di Barat. Dr. Zhivago merupakan novel satu-satunya yang pernah dibuatnya. "Satu-satunya karya saya yang sebenarnya," tulis Parternak pada Olga Freidenberg, sepupunya, sewaktu memulai karya terbesarnya itu pada pertengahan tahun 1940-an. Nama Pasternak menjadi amat terkenal di dunia Barat setelah terbit edisi Amerika dengan judul Dr. Zhivago pada 1958. Tahun itu pula ia mendapat Hadiah Nobel, yang ditolaknya, karena takut, jika menerimanya, ia akan diusir dari Soviet. "Daripada disuruh meninggalkan Rusia, saya lebih baik mati saja," ujar pengarang yang keturunan Yahudi ini. Pasternak meninggal tak lama setelah menolak Hadiah Nobel, pada usia 70 tahun, 1960. Farida Sendjaja, Laporan Robin Siren (Moskow) & kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini