Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

EKSKLUSIF: Kisah Fauzan, WNI yang Jadi Pemantau Pemilu Rusia di Ukraina

Fauzan Al Rasyid, seorang WNI, termasuk salah satu dari 34 nama yang menjadi pemantau Pemilu di empat wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.

23 September 2023 | 19.00 WIB

Suasana di salah satu tempat pemungutan suara di wilayah Donetsk, Ukraina. Rusia melakukan pemilihan umum di empat wilayah termasuk Donetsk. DOK: FAUZAN AL RASYID
Perbesar
Suasana di salah satu tempat pemungutan suara di wilayah Donetsk, Ukraina. Rusia melakukan pemilihan umum di empat wilayah termasuk Donetsk. DOK: FAUZAN AL RASYID

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Fauzan Al Rasyid, seorang warga negara Indonesia, sempat menjadi pembicaraan setelah namanya berada di daftar 34 warga negara asing yang menjadi pengamat pemilu Rusia. Dua pekan lalu, Rusia menggelar pemilu di empat wilayah Ukraina yang diduduki.

Keempat wilayah Ukraina yang sedang diduduki Rusia yaitu Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia.
Pemilu regional Rusia yang sebagian besar digelar pada Ahad, 10 September 2023 itu dikecam oleh komunitas internasional; disebut “palsu” dan melanggar hukum internasional. 
 
Daftar tersebut diunggah pekan lalu di media sosial X (sebelumnya Twitter) oleh Juru Bicara Pasukan Pertahanan Teritorial (TDF) Ukraina, Sarah-Ashton Cirillo.
 
“Ketika list itu keluar, itu memang sesuatu yang sudah aku antisipasi. Aku sudah tahu cepat atau lambat akan keluar. Jadi, ketika aku menerima undangan itu pun aku sudah siap,” kata Fauzan kepada Tempo hari Rabu, 20 September 2023.
 
Undangan resmi dikirimkan kepada Fauzan dan 33 orang lainnya oleh Kamar Sipil Federasi Rusia, lembaga pengawas dengan wewenang konsultatif yang pendiriannya diusulkan oleh Presiden Vladimir Putin pada 2004. Warga negara asing yang diundang diminta untuk mengamati jalannya proses pemilu khusus di empat wilayah yang dianeksasi Rusia tahun lalu.
 
“Karena empat wilayah tersebut sudah masuk ke dalam wilayah Rusia, otomatis harus mengikuti sistem politik Rusia,” ujarnya.
 
Indonesia sempat buka suara pada 2 Oktober 2022 soal referendum yang dilakukan Rusia di empat wilayah tersebut, merujuk pada prinsip kedaulatan dan integritas wilayah negara yang tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 
 
Kementerian Luar Negeri RI, dalam pernyataan yang dirilis di X, mengatakan, “Prinsip ini juga berlaku terhadap referendum 4 wilayah Ukraina. Referendum tersebut melanggar prinsip Piagam PBB dan hukum internasional.”
 
Perihal Fauzan sebagai WNI yang terlibat dalam pemilu Rusia di wilayah-wilayah tersebut, Kemlu RI mengaku mengetahuinya dari sumber terbuka.
 
“Keberadaan yang bersangkutan di wilayah Ukraina adalah dalam kapasitas pribadi, dan karenanya sama sekali tidak terkait dengan posisi dan sikap pemerintah Indonesia dalam isu ini,” kata Juru Bicara Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal, dalam pesan singkat pada hari Rabu.

Alasan dipilih..



Alasan Fauzan Dipilih Jadi Pemantau Pemilu Rusia 

Fauzan, yang sebelumnya memiliki rekam jejak mengamati pemilihan presiden Rusia pada 2018, diundang dalam kapasitasnya sebagai “foreign expert” atau ahli asing, seperti tertulis dalam undangan. Dia memiliki latar belakang sebagai jurnalis, dan sekarang bekerja sebagai editor di media Russia Beyond yang dioperasikan TV-Novosti, anak dari kantor berita negara pemerintah Rusia, RIA Novosti.
 
Sebanyak 34 orang pengamat, yang mayoritas memiliki latar belakang di bidang jurnalisme, dibagi menjadi empat grup berdasarkan wilayah pemungutan suara yang akan mereka amati. Menurut Fauzan, penyelenggara berusaha mendapat perwakilan dari sebanyak mungkin negara, dan individu yang diundang sudah memiliki rekam jejak mengamati pemilu di Rusia.
 
“Kenapa mereka butuh orang asing? Karena butuh pihak ketiga,” ungkapnya. “Kalau misalnya cuma Rusia yang bikin, pasti akan dianggap akal-akalan Rusia saja.”
 
Fauzan ditempatkan di wilayah Donetsk. Dari total delapan hari dia berada di Rusia, mulai 6 sampai 13 September, tiga hari dia habiskan di Donetsk untuk memantau pemilu pada 8 – 10 September.
 
Tugas para pengamat internasional hanya melihat apakah ada kecurangan atau pelanggaran selama proses pemilu berlangsung, dan tidak ada kewajiban dari penyelenggara untuk membuat laporan, katanya. Mereka hanya perlu mengisi kuesioner dari penyelenggara tentang situasi di lapangan.
 
Sebelumnya, pemilu kontroversial ini diklaim tidak berjalan lancar seperti yang dikabarkan media pemerintah Rusia. Reuters sempat melaporkan beberapa kecurangan yang terjadi, mengutip Stanislav Andreychuk, salah satu ketua kelompok hak pemilih bernama Golos. 
 
Andreychuk mengatakan organisasinya menerima laporan mengenai kandidat oposisi yang ditahan, mobil mereka dirusak, dan bahkan suatu kasus yaitu pemantau pemilu diserahkan surat wajib militer.
 
Sementara, menurut Fauzan yang memantau sekitar delapan tempat pemungutan suara (TPS) di Donetsk dan berbicara dengan para peserta pemilu dengan bantuan penerjemah, proses berjalan mulus. Begitu pun di tiga wilayah pendudukan Rusia lainnya. 
 
“Kita saling sharing semua pengalaman, dan semua sama, nggak ada apa-apa, nggak ada kecurangan apa-apa,” kata dia tentang pengamatannya bersama para ahli dari berbagai negara, mulai dari Amerika Serikat hingga Mozambik.

Ancaman Ranjau...


 
Ranjau Masih Mengancam di Tengah Pemilu

Selama melakukan pengamatan, Fauzan mengaku tidak pernah bermalam di Donetsk, yang berlokasi sekitar 5 km dari garis depan pertempuran. Setiap paginya, para pengamat berangkat dengan pengamanan penuh dari wilayah Rusia menuju empat wilayah Ukraina yang diduduki.
 
“Kita nggak bisa menjamin tiba-tiba malam-malam ada rudal, kan,” katanya.
 
Menurut pengalamannya, situasi di sana aman, termasuk saat dia menyambangi Mariupol, tempat terjadinya pengepungan oleh Rusia tahun lalu yang menyebabkan Ukraina hilang kendali atas kota ini. Dalam pernyataan resmi pada Juni 2022, PBB mengonfirmasi kematian 1.348 warga sipil dan 90 persen bangunan tempat tinggal rusak atau hancur setelah pengepungan usai.
 
“Sekarang, aku bisa lihat aman, dalam artian orang-orang sudah pada keluar, anak-anak main di jalan. Suasananya sudah tidak tegang, tapi memang di mana-mana rumah masih banyak yang hancur kena rudal,” ungkap Fauzan.
 
“Ya memang kami diimbau untuk jangan mencar, jangan ke semak-semak. Takutnya masih ada ranjau,” lanjut dia.
 
Di pemilihan presiden Rusia pada 2024 mendatang, Fauzan memastikan bahwa pengamat internasional akan kembali diundang, bahkan dalam jumlah yang lebih banyak. 
 
Belum jelas apakah Putin akan kembali mencalonkan diri, dan bulan ini sang presiden menyatakan bahwa dirinya hanya akan membuat pengumuman setelah pemilu diadakan, media Rusia Kommersant melaporkan.
 
Di bawah kepemimpinannya, invasi terhadap Ukraina dimulai dan masih berjalan hingga sekarang, dengan serangan rudal besar-besaran baru menghantam Ukraina pada hari Kamis.
 
NABIILA AZZAHRA ABDULLAH

Pilihan Editor: Kasus Pembunuhan Melonjak di Kosta Rika, Rekor Tahun Paling Mematikan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus