Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan Israel menciptakan model embrio manusia dari sel induk di laboratorium, tanpa menggunakan sperma, sel telur atau rahim, sehingga memberikan gambaran unik tentang tahap awal perkembangan embrio.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Model tersebut menyerupai embrio pada hari ke-14, ketika memperoleh struktur internal tetapi sebelum meletakkan dasar bagi organ tubuh, menurut tim di Institut Sains Weizmann Israel.
Karya para ilmuwan ini diterbitkan di jurnal Nature pada hari Rabu, 6 September 2023, setelah pra-cetaknya diterbitkan pada bulan Juni, pada pertemuan tahunan Masyarakat Internasional untuk Penelitian Sel Punca (ISSCR) di Boston, AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim Israel menekankan bahwa mereka masih jauh dari kemampuan untuk membuat embrio dari awal.
"Pertanyaannya adalah, kapan model embrio dianggap sebagai embrio? Ketika itu terjadi, kita tahu peraturannya. Saat ini kita benar-benar jauh dari titik itu," kata ketua tim Jacob Hanna.
Namun, mereka mengatakan penelitian ini dapat membuka pintu bagi cara-cara baru untuk menguji efek obat-obatan pada kehamilan, lebih memahami keguguran dan penyakit genetik, dan bahkan mungkin untuk menumbuhkan jaringan dan organ transplantasi.
"Tidak identik. Memang ada perbedaan dengan embrio manusia, tapi tetap saja ini pertama kalinya kalau buka atlas atau buku pelajaran bisa dibilang - iya aku benar-benar melihat kemiripannya," kata Hanna.
Dia mengatakan timnya mengambil sel induk yang berasal dari sel kulit manusia dewasa, serta sel lain yang dibiakkan di laboratorium, kemudian mengembalikan sel tersebut ke keadaan awal dengan potensi untuk berkembang menjadi jenis sel yang berbeda.
Mereka kemudian memanipulasinya untuk membentuk dasar dari sesuatu yang secara struktural menyerupai embrio. Ini bukanlah embrio aktual atau sintetis – istilah yang dikritik oleh ISSCR dan ilmuwan lain – melainkan model yang menunjukkan cara kerja embrio.
“Pada sekitar 1 persen agregat kita dapat melihat bahwa sel-sel mulai berdiferensiasi dengan benar, bermigrasi dan menyortir dirinya ke dalam struktur yang benar, dan jarak terjauh yang dapat kita capai adalah hari ke-14 dalam perkembangan embrio manusia,” katanya.
Tujuan mereka berikutnya, kata Hanna, adalah maju ke hari ke-21 dan juga mencapai ambang batas tingkat keberhasilan 50%.
Magdalena ernicka-Goetz, seorang profesor pengembangan dan sel induk di Universitas Cambridge, mengatakan penelitian ini bergabung dengan enam model mirip embrio manusia serupa yang diterbitkan oleh tim di seluruh dunia tahun ini, termasuk dari laboratoriumnya.
“Tidak satu pun dari model-model ini yang sepenuhnya merekapitulasi perkembangan alami manusia, namun masing-masing model menambah cara di mana banyak aspek pembangunan manusia kini dapat dipelajari secara eksperimental,” katanya.
Studi ini menimbulkan beberapa pertanyaan etis mengenai kemungkinan manipulasi potensial di masa depan dalam perkembangan embrio manusia, kata Hanna dan peneliti lainnya. Namun, ia membandingkannya dengan fisika nuklir, dengan alasan bahwa Anda tidak boleh menghentikan semua penelitian di bidang tersebut karena seseorang mungkin memilih untuk membuat bom nuklir.
Penting untuk melibatkan dan memberi informasi sepenuhnya kepada masyarakat, katanya, tanpa melakukan apa pun secara diam-diam.
REUTERS