JAUH di mata membuat dekat di hati. "Absence makes the heart grow fonder." Itu kata bekas menteri perburuhan Filipina di zaman Marcos, Blas Ople, tentang para pendukung Imelda Marcos di Filipina sekarang. Maksudnya, setelah hampir enam tahun Imelda berada di pengasingan, setelah Marcos meninggal, sebagian pendukungnya yang dulu melihat ibu negara itu sebagai orang korup dan gila harta, kini bisa saja memandangnya dengan kaca mata lain. Yakni kaca mata harapan, bahwa hidup bisa berubah dengan berubahnya kekuasaan di pemerintahan. Filipina di tangan Cory Aquino memang tak menjadi lebih sejahtera. "Dua puluh tahun diperintah oleh Marcos, Filipina maju," kata Jose Biarnes, pendukung Marcos yang sejak pekan lalu memimpin pengumpulan dana di Manila buat Imelda. Dan perubahan itu tak cuma diharapkan oleh mereka yang hidup susah. Juga oleh mereka yang berdiri di pihak oposisi. Cuma perubahan yang diharapkan agak berbeda. Mereka yang kini bersatu di bawah Partai Nacionalista berharap para loyalis Marcos memberikan suaranya pada mereka. Cara terpraktis merebut suara itu, tentu, bila Imelda Marcos berada dalam kubu mereka. Dua hal akan diraih Nacionalista bila Imelda bergabung. Bertambahnya pendukung oposisi ini dengan loyalis Marcos, dan bertambahnya dana buat kampanye nanti. Banyak yang menduga, kekayaan Marcos masih milyaran dolar, karena pintarnya menyimpan hartanya itu. Dan dana itu perlu, di negeri yang konon suara mudah dibeli ini. Dua pihak yang berharap itulah yang mungkin meramaikan "Pekan Imelda" di Filipina, khususnya di Manila, yang dimulai dengan kepulangan janda Marcos di awal pekan ini. Ramai-ramai itulah yang dicoba untuk digambarkan dalam Laporan Utama Filipina untuk kedua kalinya ini. Ramai-ramai yang berupa sambutan terhadap Imelda, baik dari para pendukungnya maupun sambutan penjagaan ketat oleh pemerintahan Cory. Juga ramairamai yang mungkin tak tampak di permukaan, yakni memperebutkan Imelda agar bergabung dalam kubu mereka. Sementara itu, ada peristiwa lain. Pernyataan Pangab Jenderal Abadia, bahwa tentara pembangkang, termasuk nama populer Kolonel "Gringo" Honasan, siap menyerah. Dan pekan lalu memang terbukti, belasan pembangkang di bawah pimpinan Kolonel Kapunan muncul dari persembunyian dan menyerahkan diri. Tampaknya, pimpinan baru angkatan bersenjata Filipina bisa diterima oleh semua pihak. Pemerintahan Cory, yang selama ini dinilai tak begitu harmonis hubungannya dengan militer, bisa jadi berubah, dan menjadi lebih stabil. Kudeta mungkin sudah menjauh. Maka, keramaian jenis apa pun yang akan muncul di Filipina sehubungan dengan hadirnya kembali Imelda, tampaknya akan tetap berada di bawah kontrol aparat keamanan. Dan orang di belakang ini tak lain adalah Jenderal Abadia, tokoh yang muncul pada masa menjelang pemilu, yang tampaknya akan banyak berperan hari-hari ini. Sudah bisa dibayangkan, betapapun Cory dikritik karena ekonomi Filipina yang merosot, utuhnya kembali militer sangat membantu citra pemerintahannya. Ini tentu menjadi tantangan berat bagi Imelda, seandainya ia mencalonkan diri dalam pemilu mendatang. Soalnya kini, seberapa jauh faktor luar menentukan percaturan politik di Filipina. Mengapa Amerika tak memperpanjang larangan membawa jenazah Marcos? Dan Bush pun menyindir Cory, ketika presiden Filipina itu menolak bertemu Menteri Pertahanan AS Dick Cheney, ketika hangat-hangatnya soal pangkalan Amerika dibicarakan, tahun lalu. "Sehabis berbincang-bincang dengan Cheney, saya ini tambah pintar ...," kata Bush. Banyak pihak mencoba memanfaatkan kepulangan Imelda demi pemilu enam bulan lagi, agaknya. Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini