Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Dor. dor !

Kawanan perampok beraksi di kampung laban bongkok, lemah abang, bekasi. menjarah rumah yang belum tergusur, dan yang belum bersedia digusur. pendu- duk menuduh mereka orang suruhan.

9 November 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEROMBOLAN perampok mengacau di kampung Laban Bongkok, Kecamatan Lemah Abang, dua puluh kilometer di timur Kota Bekasi. Penduduk menuduh mereka orang suruhan. Kebetulan, para korban termasuk yang belum bersedia menjual rumah dan tanahnya kepada PT Gunung Cermai Inti, developer pembangunan Bekasi Industrial Estate di Lemah Abang. Tiba malam, penduduk yang ketakutan mengungsi ke rumah keluarga atau kawan. Teks ini ditulis Yudhi Soeryoatmodjo berdasarkan laporan Susilawati Suryana. Foto esei oleh Robin Ong KALAU dunia ini sandiwara, maka peristiwa Bekasi adalah teater absurd Putu Wijaya. Sebuah tembakan meletus di tengah malam. Sebuah keluarga diserang sekawanan perampok. Mereka mendobrak pintu dan menuntut uang hasil pembebasan tanah. "Belum ada," jawab yang ditodong. Di antara tanah dan rumah di Kampung Laban Bongkok, milik Namin salah satu yang belum tergusur. Alhasil, gerombolan itu cuma menjarah beberapa gram emas dan sedikit uang tunai. Mereka beralih ke rumah-rumah sebelah. Aksi yang sama, jawaban yang sama, penjarahan yang sama. Pagi hari, penduduk mengusap mata dan menengok sekelilingnya. Mereka melihat buldoser yang siap bekerja. Mereka melihat kampung yang sudah diratakan. Segelintir rumah berdiri, pulau di laut kering. Pers buru-buru menyambut. Polisi bungkam. Yang dituduh balik menuduh. "Banyak persaingan dalam proyek ini," ujar kepala proyek. "Tak mustahil ada pihak ketiga yang sengaja menyebarkan isu." Moral dari cerita ini ialah bahwa tak ada lagi moral. Ketika pembangunan tinggal soal uang, lahirlah rasa curiga. Ketika rakyat digeser ke sana kemari, tanpa alasan yang dipahami, lahir dendam. Ketika hukum jadi komoditi, yang berlaku hukum pasaran: setiap mulut -orang kampung, pengusaha, pers, pejabat -menjadi sebuah kebenaran. Dan setiap kata adalah peluru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus