Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Vatikan pada Selasa 22 April 2025 mengumumkan upacara pemakaman Paus Fransiskus dijadwalkan berlangsung pada Sabtu pagi, 26 April 2025, di Basilika Santo Petrus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Paus Fransiskus, yang wafat secara mendadak pada usia 88 tahun akibat stroke dan serangan jantung pada Senin pagi waktu setempat 21 April 2025, dikenal karena dedikasinya membela kaum miskin serta kepeduliannya terhadap penderitaan warga Gaza akibat kekejaman militer Israel.
Dilansir dari France24, Selasa 22 April 2025 prosesi pemakaman akan dimulai pukul 10 pagi waktu setempat di alun-alun depan Basilika Santo Petrus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Basilika tersebut dipilih langsung oleh Paus Fransiskus sebagai lokasi peristirahatan terakhirnya. Ia secara resmi menyampaikan keinginan tersebut pada 2023 silam.
Berdasarkan laporan Al Jazeera pada Selasa, 22 April 2025, Basilika Santa Maria Maggiore terletak di pusat Kota Roma dan merupakan salah satu gereja tertua yang dibangun pada abad kelima. Basilika ini telah menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi tujuh paus, dengan Paus Clement IX sebagai yang terakhir dimakamkan di sana pada tahun 1669.
Sementara itu, Paus terakhir yang dimakamkan di luar wilayah Vatikan adalah Paus Leo XIII pada 1903, yang dimakamkan di Gereja Santo Yohanes Lateran, katedral resmi Uskup Roma. Paus Fransiskus sendiri dikenal memiliki devosi mendalam kepada Perawan Maria dan kerap berdoa di basilika tersebut sebelum dan sesudah perjalanan ke luar negeri. Terakhir kali ia berdoa di hadapan ikon Maria dalam basilika tersebut adalah pada 12 April lalu, menjelang Pekan Suci.
Sebagai salah satu dari empat basilika kepausan di Roma, Santa Maria Maggiore juga menjadi tempat peristirahatan tokoh terkenal lainnya, termasuk Gian Lorenzo Bernini, arsitek dan pematung yang merancang Lapangan Santo Petrus dan kolom-kolomnya. Interior basilika tetap mempertahankan bentuk aslinya, dengan 40 pilar bergaya ionik dan dihiasi mosaik yang memukau.
Basilika ini memiliki legenda kuat yang mengaitkannya dengan Perawan Maria. Dikisahkan, sepasang suami istri kaya yang tak memiliki anak bermimpi bertemu Maria, yang meminta mereka membangun sebuah gereja di tempat di mana mukjizat akan terjadi. Salju pun konon turun pada malam musim panas di bulan Agustus tahun 352 di lokasi yang kini menjadi tempat berdirinya basilika. Versi lain menyebut Paus Liberius juga bermimpi tentang salju tersebut.
Namun, Vatikan menyatakan bahwa gereja asli itu tidak lagi tersisa. Pembangunan basilika yang ada saat ini dimulai sekitar tahun 432, di bawah kepemimpinan Paus Sixtus III. Basilika Santa Maria Maggiore kini menyimpan sejumlah relik penting, termasuk ikon Perawan Maria yang menggendong bayi Yesus, yang dipercaya berasal dari karya Santo Lukas, serta potongan kayu yang diyakini berasal dari palungan tempat Yesus dibaringkan. Berdasarkan situs resminya, penelitian terbaru mengindikasikan bahwa kayu tersebut berasal dari masa kelahiran Kristus.
Adapun penetapan tanggal pemakaman Paus Fransiskus dilakukan setelah para kardinal yang kini berada di Roma menggelar pertemuan pada hari ini untuk membahas persiapan upacara pemakaman. Acara tersebut diperkirakan akan dihadiri oleh sejumlah pemimpin dunia, menjelang konklaf yang akan digelar bulan depan guna memilih pemimpin baru Gereja Katolik Roma.
Beberapa tokoh penting dunia telah mengonfirmasi kehadirannya dalam pemakaman Paus Fransiskus, di antaranya Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, serta Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva.
Dalam wasiat terakhir yang diumumkan pada Senin, Paus Fransiskus menyatakan keinginannya untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, berbeda dari tradisi sebelumnya yang biasanya memilih Basilika Santo Petrus sebagai tempat peristirahatan terakhir Paus.
Selain membahas pemakaman, para kardinal juga mendiskusikan arah dan operasional Gereja selama masa kekosongan kepemimpinan menjelang terpilihnya paus yang baru.