Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Indonesia dan Malaysia Ingin Kirim Pasukan Perdamaian, Palestina: Belum Saatnya

Duta Besar Palestina di PBB Riyad H. Mansour menjelaskan sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengirim pasukan perdamaian PBB ke Jalur Gaza.

4 Juli 2024 | 17.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Biro Komite Pelaksanaan Hak-Hak yang Tidak Dapat Dicabut dari Rakyat Palestina (CEIRPP) melakukan kunjungan ke Jakarta, Indonesia pada 3 - 5 Juli 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Palestina menanggapi gagasan Indonesia dan Malaysia yang siap mengirimkan pasukan perdamaian di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke Jalur Gaza yang sedang diserang Israel. Pengamat Tetap Palestina di PBB Riyad H. Mansour menjelaskan bahwa ide tersebut belum tepat dieksekusi sekarang, ketika Palestina dan dunia sedang berupaya mengakhiri pertempuran.

“Kami berada pada tahap mengakhiri perang dan menyelamatkan nyawa, dan tenaga kami terkuras. Sebagian besar energi kami dikonsentrasikan untuk mengakhiri perang,” kata Mansour dalam konferensi pers di Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat pada Kamis, 4 Juli 2024.
 
Mansour mengatakan, setelah serangan Israel berakhir akan ada banyak masalah lain yang harus diselesaikan, termasuk kesiapan Indonesia dan Malaysia untuk menyediakan pasukan keamanan di Wilayah Pendudukan Palestina.
 
“Meskipun kami menyambut baik semua niat dari mereka yang ingin membantu, kami belum berada pada tahap untuk menangani masalah tersebut saat ini. Setelah kita mengakhiri perang, kami akan mempertimbangkan dengan pikiran terbuka semua pilihan untuk melihat mana yang bisa diterapkan dan apa yang berguna atau apa yang tidak mungkin dilakukan,” katanya.
 
Ide mengirimkan pasukan perdamaian ke Gaza awalnya dilontarkan oleh Menteri Pertahanan dan presiden terpilih Prabowo Subianto. 
 
Berbicara di forum pertahanan dunia Shangri-La Dialogue di Singapura pada Sabtu, 2 Juni 2024, Prabowo menyerukan gencatan senjata antara Palestina dengan Israel, serta mendukung seluruh upaya yang dapat mempercepat perkembangan solusi dua negara.
 
“Kami berupaya sebisa mungkin melakukan bantuan kemanusiaan. Jika diperlukan dan jika diminta oleh PBB, kami siap untuk menyumbangkan pasukan penjaga perdamaian yang signifikan untuk menjaga dan memantau gencatan senjata yang prospektif ini,” ujarnya, dikutip dari tayangan resmi Shangri-La Dialogue.
 
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pun sempat membahas gagasan ini dengan Prabowo ketika berbicara melalui telepon baru-baru ini. Anwar menyampaikan ketersediaan Malaysia untuk bekerja sama dalam mengirimkan pasukan perdamaian PBB ke Gaza.
 
“Menyinggung situasi kemanusiaan di Palestina, saya menginformasikan kesiapan Malaysia untuk bekerja sama termasuk dalam aspek penugasan pasukan perdamaian dengan Indonesia jika diamanatkan oleh PBB,” tulis Anwar di media sosial Instagram pada Senin, 1 Juli 2024, bersamaan dengan foto dirinya yang tampak sedang bercakap dengan Prabowo lewat telepon.
 
Mengutip situs web PBB, tugas dari pasukan penjaga perdamaian adalah memberikan dukungan keamanan dan politik serta pembangunan perdamaian untuk membantu negara-negara melakukan transisi awal dari konflik menuju perdamaian.
 
Pasukan penjaga perdamaian dipandu oleh tiga prinsip dasar, yaitu persetujuan para pihak, ketidakberpihakan, dan tidak menggunakan kekerasan kecuali untuk membela diri dan mempertahankan mandat.
 
Pengutusan pasukan ini melibatkan Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan PBB, Sekretariat PBB, kontributor pasukan dan polisi, serta pemerintah tuan rumah. 
 
Mansour menekankan bahwa serangan di Gaza saat ini belum mencapai tahap membutuhkan pasukan perdamaian. 
 
“Kami belum sampai sana. Kami tidak mengesampingkan hal itu, namun kami tidak berkutat pada gagasan tersebut,” kata Mansour. Ia mengumpamakan bahwa mengirim pasukan sekarang akan seperti mendahulukan kereta sebelum kuda.
 
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sempat meluruskan ucapan Prabowo di Shangri-La Dialogue. Ia menjelaskan mekanisme pengiriman pasukan ketika memberikan kuliah umum bertajuk “Diplomasi Indonesia untuk Palestina: All Eyes on Rafah” di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta pada Senin, 3 Juni 2024.
 
“Yang dimaksud oleh Pak Prabowo adalah tentunya kalau ceasefire (gencatan senjata) sudah dapat terwujud – the day after (hari setelahnya) – apabila PBB memutuskan untuk mengirim pasukan perdamaiannya, maka Indonesia siap untuk mengirimkannya,” kata Retno.
 
Per 30 April 2024, Indonesia menempati peringkat keenam kontributor terbesar terhadap pasukan perdamaian PBB. Mengutip data terbaru UN Peacekeeping, Indonesia sejauh ini telah mengirimkan 2.715 personel untuk misi perdamaian PBB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Nabiila Azzahra

Reporter Tempo sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus