Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Manila – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menuding kelompok bersenjata Abu Sayyaf sebagai pelaku pengeboman Katedral Our Lady of Mount Carmel, yang menewaskan 21 orang dan melukai 100 orang lainnya di Jolo, Sulu, pada akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca:
Militer Filipina Kejar Kelompok Abu Sayyaf ke Kota Patikul
Kelompok ini telah beroperasi sejak 4 April 1991, yang ditandai dengan serangan granat di Zamboanga City. Serangan ini menewaskan 2 pendeta asal Amerika.
Berikut ini sejumlah aksi teror yang dilakukan kelompok ini di Filipina:
- 21 Agustus 2017
Sekitar 60 anggota kelompok Abu Sayyaf menyerbu penduduk di Kota Maluso, Pulau Basilan, dan menewaskan 9 orang serta melukai 10 orang lainnya. Milisi ini membakar empat rumah dan sebuah pusat layanan seperti dilansir Straits Times. Situs Stanford.edu mencatat kelompok yang didirikan oleh Abdurajak Abubakar Janjalani ini berusaha memerdekakan wilayah Mindanao dan mendirikan negara Islam. Janjalani pernah belajar di Timur Tengah seperti Arab Saudi, dan Libya.
Baca:
- 3 September 2016
Kelompok Abu Sayyaf dituding sebagai pelaku pengeboman di sebuah pasar di Davao City. Ledakan ini menewaskan 14 orang dan 7 lainnya terluka. Presiden Duterte menyebut serangan ini sebagai terorisme seperti dilansir situs Frontera.net.
Baca:
- 29 Agustus 2016
Sedikitnya 15 tentara Filipina tewas dan 5 orang lainnya terluka dalam baku tembak dengan kelompok Abu Sayyaf di Patikul, Sulu. Ini terjadi saat militer Filipina mengejar kelompok ini pada sekitar pukul 5 sore dan mendapat serangan balik dari kelompok Abu Sayyaf pimpinan Radullan Sahiro, seperti dilansir Rappler. Kota Patikul di Sulu dikenal sebagai basis kelompok ini.