Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Besar Iran di Jakarta menggelar peringatan menjelang Hari Quds Sedunia di kediaman Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi. Peringatan itu bertepatan dengan gelombang baru serangan Israel ke Gaza dalam beberapa waktu terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Menjelang Hari Internasional Quds, Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta sekali lagi mengutuk pelanggaran berkelanjutan oleh rezim penjajah Quds dan pelanggaran besar terhadap hak-hak rakyat Palestina," kata pertanyaan resmi Kedubes Iran, Senin, 24 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut catatan Kedubes Iran, Israel telah yang telah membantai lebih dari 50 ribu orang, termasuk perempuan dan anak-anak, dalam beberapa bulan terakhir.
Kedubes Iran juga menyerukan kepada seluruh negara, organisasi internasional, dan masyarakat merdeka dunia untuk meningkatkan tekanan politik, ekonomi, dan media terhadap rezim Israel. Kedubes Iran meyakini langkahku itu mampu membantu rakyat Palestina meraih hak-hak mereka.
Dalam pidato sambutannya, Dubes Mohammad Boroujerdi meminta agar semua orang bisa ikut menyoroti penindasan dan perampasan hak terhadap warga Palestina. "Kita harus menghentikan kebiasaan mendengar kabar tentang pembunuhan terhadap umat Islam di Gaza," ujar Boroujerdi.
Hari Al Quds atau Hari Quds Sedunia adalah hari internasional tahunan untuk menyatakan dukungan terhadap Palestina dan menentang pendudukan Israel di wilayah Palestina. Peringatan ini diadakan pada hari Jumat terakhir di bulan Ramadan. “Al-Quds” atau “Quds” sendiri adalah nama Arab untuk Yerusalem. Oleh karena itu, acara ini disebut juga “Hari Yerusalem”.
Dikutip dari Al Jazeera, pemimpin pertama Iran, Ruhollah Khomeini, menetapkan Hari Al-Quds pada 1979 tak lama setelah Revolusi Iran untuk menunjukkan solidaritas terhadap Palestina dan menolak pendudukan Israel di Yerusalem Timur. Sejak itu, Hari Al Quds menjadi simbol perlawanan.
Sedikitnya 130 warga Palestina tewas dan 263 orang lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza selama 48 jam terakhir, kata otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Sabtu seperti dilansir Antara.
Serangan ini menambah jumlah korban tewas menjadi 49.747 dan korban luka menjadi 113.213 sejak genosida Israel di Gaza pecah pada awal Oktober 2023, ujar otoritas tersebut.
Pernyataan itu juga menekankan banyak korban jiwa masih terjebak di bawah reruntuhan atau tergeletak di jalanan, yang sulit dijangkau oleh ambulans dan tim pertahanan sipil.
Dalam pernyataan terpisah, pihak otoritas kesehatan mengimbau warga Jalur Gaza untuk mendonorkan darah mereka dengan mendatangi beberapa rumah sakit yang masih beroperasi di daerah kantong tersebut.
Israel kembali melancarkan serangan di Gaza pada Selasa setelah gencatan senjata dengan Hamas yang dimulai pada 19 Januari runtuh. Pasukan Israel kemudian melancarkan operasi darat di Gaza bagian selatan, utara, dan tengah.
Sejak itu, lebih dari 700 warga Palestina tewas dan lebih dari 1.000 lainnya terluka akibat serangan udara mendadak Israel di Gaza, yang menghancurkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan yang berlaku sejak Januari.
Sejak Oktober 2023, hampir 50.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah terbunuh, sementara lebih dari 113.000 lainnya terluka akibat serangan militer Israel yang brutal di Gaza.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait serangan di wilayah tersebut.
Sita Planasari ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.