Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Istri Alexei Navalny Minta Uni Eropa Tidak Akui Pemilu Rusia

Yulia Navalnaya, istri dari pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny, meminta Uni Eropa untuk tidak mengakui pemilu Rusia.

21 Februari 2024 | 08.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Yulia Navalnaya, istri mendiang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny, menghadiri Konferensi Keamanan Munich (MSC), pada hari diumumkan bahwa Alexei Navalny meninggal oleh layanan penjara di wilayah Yamalo-Nenets tempat dia menjalani hukumannya, di Munich, Jerman 16 Februari 2024. REUTERS/Kai Pfaffenbach

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Yulia Navalnaya, istri dari pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny yang tewas di penjara pekan lalu, meminta Uni Eropa (UE) untuk tidak mengakui pemilu Rusia pada Maret 2024 mendatang. Presiden Rusia Vladimir Putin, yang merupakan lawan dari Navalny semasa ia hidup, diprediksi akan kembali menang pemilu dan menjalankan masa jabatan enam tahun lagi.

Navalnaya sebelumnya menuding Putin membunuh suaminya dalam sebuah video berdurasi hampir sembilan menit yang ia unggah di akun Instagram milik mendiang Navalny pada Senin, 19 Februari 2024.
 
“Jangan akui pemilu ini. Seorang presiden yang membunuh lawan politik utamanya tidak sah menurut definisi,” kata Navalnaya kepada para menteri luar negeri UE pada pertemuan di Brussel, Belgia pada Senin, dilansir Reuters yang mengutip transkrip dari seorang juru bicara pada Selasa.
 
Selain Navalnaya, pemimpin negara-negara Barat termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga telah menyalahkan Putin atas kematian Navalny, meski mereka tidak memberikan bukti. Segera setelah kematian Navalny, Komite Investigasi Rusia mengatakan mereka telah meluncurkan penyelidikan prosedural atas kematian tersebut.
 
Navalny tewas di usia 47 tahun setelah pingsan di koloni tahanan yang berada di utara Lingkaran Arktik Rusia tempat dia menjalani hukuman penjara tiga dekade, menurut laporan pihak penjara Rusia pada 16 Februari 2024. Pengacara dan aktivis antirasuah itu merasa tidak enak badan setelah berjalan-jalan dan langsung kehilangan kesadaran, menurut laporan tersebut.
 
Navalnaya mengatakan alasan pihak berwenang masih belum menyerahkan jasad Navalny kepada ibunya Lyudmila adalah karena mereka menunggu jejak racun saraf Novichok untuk pudar dari jasadnya. Dia tidak memberikan bukti atas tuduhannya.
 
Sekutu Navalny mengutip penyelidik Rusia yang mengatakan pihak berwenang memerlukan setidaknya 14 hari untuk melakukan berbagai tes kimia pada tubuhnya, dan oleh karena itu belum bisa menyerahkan jenazahnya.
 
Putin belum berkomentar secara terbuka mengenai kematian Navalny. Kremlin membantah terlibat dan mengatakan klaim Barat bahwa Putin bertanggung jawab sama sekali tidak dapat diterima.
 
Presiden berusia 71 tahun itu mendapat tingkat persetujuan di atas 80 persen menjelang pemilihan presiden pada 15-17 Maret, bersaing dengan tiga kandidat yang memiliki kemungkinan kecil untuk menang. Dengan dukungan penuh dari negara Rusia, media yang dikelola pemerintah, dan hampir tidak ada perbedaan pendapat dari masyarakat umum, ia diyakini akan menang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Nabiila Azzahra

Reporter Tempo sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus