Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan-badan intelijen Amerika Serikat percaya bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin “kemungkinan” tidak memerintahkan pembunuhan pemimpin oposisi Alexei Navalny di penjara Arktik pada Februari, Wall Street Journal melaporkan pada Sabtu 27 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Navalny, tokoh utama oposisi Rusia yang terkepung, meninggal pada 16 Februari di koloni hukuman. Uni Eropa dan Amerika Serikat secara langsung menuding Rusia atas kematian Navalny dan berupaya menjatuhkan sanksi baru terhadap Kremlin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, WSJ melaporkan bahwa beberapa lembaga AS – termasuk Badan Intelijen Pusat, Kantor Direktur Intelijen Nasional, dan unit intelijen Departemen Luar Negeri AS – sepakat bahwa Putin mungkin tidak memerintahkan kematian Navalny “pada saat itu,” mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Menurut laporan WSJ, badan-badan intelijen AS telah berbagi penilaian tersebut dengan beberapa badan intelijen Eropa. Namun, beberapa pejabat keamanan Eropa “tetap skeptis” bahwa Putin terlibat dalam kematian Navalny, mengingat cengkeramannya yang kuat terhadap Rusia.
Penilaian AS tersebut “didasarkan pada serangkaian informasi, termasuk beberapa informasi intelijen rahasia, dan analisis fakta publik, termasuk waktu kematiannya dan bagaimana hal tersebut menutupi terpilihnya kembali Putin,” lapor WSJ.
Sekutu Navalny, Leonid Volkov, mengatakan kepada WSJ bahwa “gagasan bahwa Putin tidak diberi informasi dan tidak menyetujui pembunuhan Navalny adalah hal yang konyol.”
Kantor Direktur Intelijen Nasional, yang mengawasi badan intelijen AS, menolak berkomentar mengenai masalah ini, menurut laporan WSJ.
Putin membantah terlibat dalam kematian Navalny.
Bulan lalu, presiden Rusia mengatakan bahwa dia telah setuju untuk menukar pemimpin oposisi tersebut dalam pertukaran tahanan beberapa hari sebelum Navalny meninggal. Hal ini membenarkan klaim yang dibuat oleh sekutu dekat Navalny bahwa Rusia dan pejabat Barat telah merundingkan kesepakatan pertukaran tahanan.
Pada Sabtu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan dia telah melihat laporan WSJ.
“Saya tidak akan mengatakan bahwa itu adalah bahan berkualitas tinggi yang patut mendapat perhatian,” kata Peskov seperti dikutip media Rusia. “Beberapa argumen yang sangat kosong. Rupanya mereka menanamnya untuk bacaan Sabtu kepada khalayak dunia,” ujarnya.
REUTERS | POLITICO.EU