Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalis majalah politik dan aktivis buruh Thailand yang divonis penjara karena menghina keluarga kerajaan dibebaskan dari penjara Senin, 30 April 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Somyot Prueksakasemsuk, editor majalah politik dan aktivis buruh, ditahan pada 2011 setelah menerbitkan dua artikel pseudonim dalam majalah Voice of Thaksin pada 2009 yang berisi dukungan kepada mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, yang dikudeta militer pada 2006.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akibat artikel ini Somyot dikenai undang-undang lese-majeste dan divonis 10 tahun penjara pada 2013. Namun pengadilan tinggi Thailand mengurangi masa tahanannya pada 2017.
Dikutip dari Associated Press pada 1 Mei 2018, Somyot dibebaskan dari penjara Remand Bangkok Senin pagi dan disambut oleh pendukungnya. Somyot menyatakan akan menggelar protes menuntut pemilihan umum dan mengakhiri kekuasaan junta militer.
"Demonstrasi digelar oleh rakyat karena kudeta militer menyebabkan kemunduran politik dan ekonomi," ungkap Somyot di hari kebebasannya. Dia juga mengungkapkan pelanggaran HAM yang terjadi kepada sesama narapidana di penjara Thailand. Pemerintah junta militer Thailand yang dipimpin mantan kepala staf angkatan darat, Prayuth Chan-ocha mengatakan menunda pemilihan umum hingga Februari 2019. Penundaan ini memancing demonstrasi di kalangan mahasiswa dan aktivis Thailand.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn bersama Putri Maha Chakri Sirindhorn dan Putra Mahkota Dipangkorn Rasmijoti dalam prosesi kremasi kerajaan almarhum Raja Bhumibol Adulyadej di Grand Palace di Bangkok, Thailand, 26 Oktober 2017. REUTERS/Damir Sagolj
Undang-undang lese-majeste merupakan tindakan hukum yang berat bagi penghina monarki. Berdasarkan undang-undang lese-majeste, setiap individu atau kelompok yang kedapatan menghina raja, ratu, keturunan, kerabat, bahkan bagi mereka yang sudah meninggal, akan dikenai hukuman hingga 15 tahun penjara.
Sedikitnya 94 orang termasuk jurnalis dan aktivis ditangkap berdasarkan undang-undang lese-majeste sejak kudeta sering terjadi di Thailand. Sementara 43 di antaranya telah divonis karena dituduh menghina monarki.