Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Karena Lisa Minta Maaf

Lisa Wichser seorang guru warga negara AS yang mengajar bahasa Inggris di salah satu akademi di beijing, ditahan oleh pemerintahan cina, dituduh mencuri rahasia negara, atas kegiatan risetnya.(ln)

19 Juni 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAM menunjukkan pukul 1 dinihari. Hotel Friendship, tempat pekerja asing di ibukota RRC tinggal, telah sepi. Tiba-tiba muncul enam orang polisi dengan jip terbuka. Mereka minta agar Lisa Wichser, seorang guru warganegara Amerika Serikat, dibangunkan. "Bilang ada telegram penting untuk dia," perintah polisi pada petugas hotel. Ternyata yang diterima Lisa bukan telegram, melainkan gari. Ia ditahan dengan tuduhan: mencuri rahasia negara. Tuduhan itu didasarkan kegiatan riset oleh Lisa yang mempelajari hal politik perekonomian dalam berkas bercap terlarang bagi orang asing. Lisa, 28 tahun, yang mengajar Bahasa Inggris di salah satu akademi bahasa asing di Beijing, memang sedang menyiapkan disertasi doktor tentang pertanian di RRC. Judul tesisnya: Ekonomi Pertanian dan Sistem Masyarakat Cina -- yang akan dipertahankan di Universitas Denver, Colorado. Tapi, menurut teman-teman dekatnya, Lisa ditangkap (28 Mei) karena punya rencana menikah dengan Yi Xiegong, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Beijing. Di RRC tidak gampang bagi orang asing, pria atau wanita, untuk kawin dengan pribumi. Tahun 1981, korban serupa ialah Li Shuang, seorang pelukis, yang berhubungan dengan diplomat Emmanuel Bellefroid dari Kedutaan Besar Prancis. Li dijatuhi hukuman kerja paksa selama dua tahun. Dan Bellefroid pulang ke Paris. Semula Lisa, diperkirakan bakal disekap Pemerintah RRC selama dua tahun, tapi ia agak mujur. Ia ditangkap justru menjelang kunjungan Senator Howard Baker ke Beijing untuk membicarakan peredaran ketegangan hubungan AS-RRC. Hubungan kedua negara meruncing sejak AS tetap berkeinginan menjual senjata senilai US$ 60 juta pada Taiwan, April lalu. Tanpa campurtangan Baker kelihatan pembebasan Lisa, yang dipulangkan ke AS, 4 Juni, bisa berlarut-larut. Tampak tak cuma Baker yang berperan. Juga Lisa sendiri, selama ditahan, dan diperiksa enam jam sehari, telah mengaku dan menyesali perbuatannya. "Saya minta maaf," tulis Lisa dalam surat pernyataannya pada Pemerintah RRC. Dalam tradisi Cina suatu pengakuan atas kesalahan merupakan sikap terpuji dan bisa meringankan hukuman. Tradisi itu tak berubah setelah Cina menjadi negara komunis. DengXiaoping, orang kuat RRC saat ini, pernah di tahun 1966 minta ampun pada penguasa waktu itu. Ia ditahan dan disingkirkan dari Partai Komunis Cina (PKC) karena berani mengkritik ajaran Ketua Mao Zedong. "Dengan ajaran Mao, saya akan bangkit dari ketersesatan," tulis Deng di tempat pengasingan. Jiang Qing, janda mendiang Mao dan otak Kelompok Empat, yang dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan RRC (1980) karena membangkang terhadap klik Deng Xiaoping, juga masih diberi kesempatan bertobat. "Bentuk dan intensitas penyesalan Jiang akan mempengaruhi hukumannya," kata anggota Politbiro PKC Ji Pengfei ketika menjelaskan soal hukuman Jiang dua pekan lalu. Orang asing yang menulis penyesalan di RRC tak hanya Lisa. Koresponden suratkabar The Toronto Globe and Mail, Bryan Johnson, berurusan tahun 1979 dengan pihak berwajib gara-gara ia menulis hal naiknya biaya izin ke luar negeri Cina dari 1 menjadi 10 yuan (sekitar Rp 4.500) dengan disertai embelembel pemerintah fasis. Ia baru dibebaskan setelah menyampaikan rasa penyesalan dan permintaan maaf secara tertulis pada penguasa di Beijing. Robin Hoggard, mahasiswa Inggris di Universitas Fudan, Shanghai, juga diperintahkan tahun 1981 untuk menulis otokritik atas tulisannya. Di papan tulis sekolah, ia semula memuji Kelompok Empat pimpinan Jiang Qing. Maksud Hoggard cuma bercanda. Tapi pimpinan universitas menganggapnya serius. Hoggard dibebaskan, dan kemudian diperintahkan meninggalkan RRC, setelah ia menulis empat surat permintaan maaf pada Pemerintah RRC. Kasus pengusiran Lisa, Johnson, atau Hoggard tampak ironis sekali dengan pernyataan para pejabat RRC yang berulangkali menekankan pentingnya persahabatan antarbangsa. Betapa tidak. Kontak antara orang asing dan pribumi hampir selalu berakhir tragis. Bagi pendatang, risiko minimal adalah diusir, sedang pribumi bisa kehilangan pekerjaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus