JAM menunjukkan pukul 1 dinihari. Hotel Friendship, tempat
pekerja asing di ibukota RRC tinggal, telah sepi. Tiba-tiba
muncul enam orang polisi dengan jip terbuka. Mereka minta agar
Lisa Wichser, seorang guru warganegara Amerika Serikat,
dibangunkan. "Bilang ada telegram penting untuk dia," perintah
polisi pada petugas hotel.
Ternyata yang diterima Lisa bukan telegram, melainkan gari. Ia
ditahan dengan tuduhan: mencuri rahasia negara. Tuduhan itu
didasarkan kegiatan riset oleh Lisa yang mempelajari hal politik
perekonomian dalam berkas bercap terlarang bagi orang asing.
Lisa, 28 tahun, yang mengajar Bahasa Inggris di salah satu
akademi bahasa asing di Beijing, memang sedang menyiapkan
disertasi doktor tentang pertanian di RRC. Judul tesisnya:
Ekonomi Pertanian dan Sistem Masyarakat Cina -- yang akan
dipertahankan di Universitas Denver, Colorado.
Tapi, menurut teman-teman dekatnya, Lisa ditangkap (28 Mei)
karena punya rencana menikah dengan Yi Xiegong, mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Beijing. Di RRC tidak gampang bagi
orang asing, pria atau wanita, untuk kawin dengan pribumi. Tahun
1981, korban serupa ialah Li Shuang, seorang pelukis, yang
berhubungan dengan diplomat Emmanuel Bellefroid dari Kedutaan
Besar Prancis. Li dijatuhi hukuman kerja paksa selama dua tahun.
Dan Bellefroid pulang ke Paris.
Semula Lisa, diperkirakan bakal disekap Pemerintah RRC selama
dua tahun, tapi ia agak mujur. Ia ditangkap justru menjelang
kunjungan Senator Howard Baker ke Beijing untuk membicarakan
peredaran ketegangan hubungan AS-RRC. Hubungan kedua negara
meruncing sejak AS tetap berkeinginan menjual senjata senilai
US$ 60 juta pada Taiwan, April lalu. Tanpa campurtangan Baker
kelihatan pembebasan Lisa, yang dipulangkan ke AS, 4 Juni, bisa
berlarut-larut.
Tampak tak cuma Baker yang berperan. Juga Lisa sendiri, selama
ditahan, dan diperiksa enam jam sehari, telah mengaku dan
menyesali perbuatannya. "Saya minta maaf," tulis Lisa dalam
surat pernyataannya pada Pemerintah RRC. Dalam tradisi Cina
suatu pengakuan atas kesalahan merupakan sikap terpuji dan bisa
meringankan hukuman.
Tradisi itu tak berubah setelah Cina menjadi negara komunis.
DengXiaoping, orang kuat RRC saat ini, pernah di tahun 1966
minta ampun pada penguasa waktu itu. Ia ditahan dan disingkirkan
dari Partai Komunis Cina (PKC) karena berani mengkritik ajaran
Ketua Mao Zedong. "Dengan ajaran Mao, saya akan bangkit dari
ketersesatan," tulis Deng di tempat pengasingan.
Jiang Qing, janda mendiang Mao dan otak Kelompok Empat, yang
dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan RRC (1980) karena
membangkang terhadap klik Deng Xiaoping, juga masih diberi
kesempatan bertobat. "Bentuk dan intensitas penyesalan Jiang
akan mempengaruhi hukumannya," kata anggota Politbiro PKC Ji
Pengfei ketika menjelaskan soal hukuman Jiang dua pekan lalu.
Orang asing yang menulis penyesalan di RRC tak hanya Lisa.
Koresponden suratkabar The Toronto Globe and Mail, Bryan
Johnson, berurusan tahun 1979 dengan pihak berwajib gara-gara ia
menulis hal naiknya biaya izin ke luar negeri Cina dari 1
menjadi 10 yuan (sekitar Rp 4.500) dengan disertai embelembel
pemerintah fasis. Ia baru dibebaskan setelah menyampaikan rasa
penyesalan dan permintaan maaf secara tertulis pada penguasa di
Beijing.
Robin Hoggard, mahasiswa Inggris di Universitas Fudan, Shanghai,
juga diperintahkan tahun 1981 untuk menulis otokritik atas
tulisannya. Di papan tulis sekolah, ia semula memuji Kelompok
Empat pimpinan Jiang Qing. Maksud Hoggard cuma bercanda. Tapi
pimpinan universitas menganggapnya serius. Hoggard dibebaskan,
dan kemudian diperintahkan meninggalkan RRC, setelah ia menulis
empat surat permintaan maaf pada Pemerintah RRC.
Kasus pengusiran Lisa, Johnson, atau Hoggard tampak ironis
sekali dengan pernyataan para pejabat RRC yang berulangkali
menekankan pentingnya persahabatan antarbangsa. Betapa tidak.
Kontak antara orang asing dan pribumi hampir selalu berakhir
tragis. Bagi pendatang, risiko minimal adalah diusir, sedang
pribumi bisa kehilangan pekerjaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini