ORANG Argentina melupakan perang Kepulauan Malvinas minggu lalu.
Terutama di Buenos Aires. Di antara penduduk Argentina yang 28
juta itu, 80% adalah pemeluk agama Katolik. Agama ini juga
dianggap sebagai agama neara. Karena itu, kunjungan Paus
Johanes Paulus selama 30 jam (Jumat dan Sabtu) minggu lalu,
merupakan "suatu peristiwa besar abad ini," demikian tulisan
sebuah poster besar.
Berbeda dengan kunjungan Sri Paus di Inggris yang mencoba
sebagai penengah krisis Malvinas, di Buenos Aires kunjungannya
hanya bersifat pastoral murni. Selain berziarah ke Maria di
Luyan, 60 km dari Buenos Aires, Sri Paus bertemu secara pribadi
dengan Presiden Galtieri. Sebuah misa agung di alun-alun
terbesar. di pusat kota Buenos Aires juga dihadiri oleh 30 orang
uskup dari negara Amerika Latin. Kunjungan yang dijaga dengan
ketat oleh 30.000 polisi dan tentara ini dinyatakan juga bukan
sebagai penengah konflik Inggris-Argentina dalam krisis
Malvinas. Seorang pejabat Vatikan menekankan bahwa "kunjungan
Sri Paus untuk berdoa dan berbicara tentang perdamaian."
Di London, gebrakan kejutan telah melanda Kabinet Margaret
Thatcher ketika dari kawasan Atlantik Selatan dikabarkan ada dua
kapal lagi yang cedera. Sir Tristram dan Sir Galahad dinyatakan
hancur pekan lalu oleh pihak Argentina, akibat serangan Skyhawk
dan Mirage mereka secara mendadak sekali. Sir Galahad (5.670
ton) sedang menurunkan 300 orang pasukan Inggris di Fitzroy,
pelabuhan kecil yang baru saja dikalahkan Inggris, 24 km dari
barat daya Port Stanley. Sedangkan Sir Tristam berada di
belakang Sir Galahad dalam waktu yang sama, 8 Juni lalu.
Secara resmi Inggris mengakui bahwa ada 60 tentaranya tewas dan
120 luka bakar. Ini merupakan kerugian jiwa Inggris terbesar
semenjak pendaratan Argentina di Malvinas (2 April). Tapi
Inggris membantah bahwa dua kapal tadi tenggelam. Sehari
sebelumnya, suratkabar di London membuat berita besar tentang
dirontokkannya 7 pesawat jet Argentina.
Ternyata tidak mudah menguasai Port Stanley, meskipun Inggris
telah bercokol di bukit Two Sisters selama 2 minggu. Port
Stanley telah dikepung dari belakang dan depan (lautan).
Jadwal yang tadinya diberikan oleh PM Thatcher -- menyerah
dengan hormat sampai 15 Juni -- dilalui tanpa kejutan atau
gebrakan dari pihak Inggris. Ini berarti penyerangan ke Port
Stanley akan tertunda lagi. Pasukan Inggris di bawah komandan
tempur daratan Mayjen. John Jeremy Moore konon masih akan
memperkuat pasukannya dalam tempo 2 minggu lagi.
Port Stanley adalah pusat kekuatan terakhir pasukan Argentina.
Meskipun dari bukit Two Sisters jaraknya bisa dicapai lewat
teropong, medan yang berbukit-bukit dan cuaca musim dingin yang
kelewat ganas tidak memungkinkan pasukan artileri Inggris
bergerak cepat.
Jalan menuju ke penyelesaian pertikaian senjata tampaknya
semakin jauh. Sementara itu, Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan
Bersenjata AS Jenderal David Jones mulai berbicara tentang
"pasukan perdamaian AS" untuk MalvinaS Tawaran ini tampaknya
sulit diterima oleh Argentina. Sebab, meskipun AS telah
menyuarakan abstein di Dewan Keamanan PBB dalam resolusi
gencatan senjata di Malvinas, Argentina dan banyak negara
Amerika Latin lainnya jelasmelihat AS berpihak ke Inggris.
Di Buenos Aires, Duta Besar Uni Soviet Sergei Striganov telah
bertemu dengan Presiden Galtieri. Simpati Moskow "akan kami
terima dengan senang hati," demikian komentar Galtieri. Hingga
Menlu Argentina Nicanor Costa Mendez berangkulan dengan Fidel
Castro pekan lalu di Havana. Ini merupakan kunjungan pejabat
Argentina yang pertama sejak Fidel Castro berkuasa di Kuba tahun
1959. Kunjungan singkat Mendez itu telah mengantuni perjanjian
dagang Kuba-Argentina sebesar US$100 juta.
Negara-negara Amerika Latin sendiri semakin tidak senang
terhadap AS dan negara-negara Eropa. Ini bukan berarti mereka
senang dengan pemerintahan junta militer Argentina di bawah
Jenderal Galtieri. Bagi Eropa Barat ini rerupakan bahaya
perdagangan kalau sampai OAS (Organisasi Negara-negara Amerika)
di Amerika Latin bersikap lain. Jerman Barat, yang melihat hal
ini, telah mengirim utusan khusus ke beberapa negara Amerika
Latin untuk menerangkan mengapa Bonn mendukung London.
Pemerintah Prancis juga melakukan pendekatan, meskipun dalam KTT
Versailles beberapa hari sebelumnya, sebagai jubir, Presiden
Mitterand telah mencela Argentina dalam masalah krisis Falkland.
Kalaupun Inggris menang, itu berarti bukannya lepas dari
masalah. Akan besar biaya yang harus dipikul Inggris untuk
memelihara garnizun khusus Falkland, yang jaraknya 12.000 km
itu.
Kalau toh nantinya ada pasukan perdamaian internasional, berapa
lama pasukan penengah ini harus bercokol di pulau yang selalu
dingin ini? Bisakah serbuan Argentina dicegah lagi -- katakanlah
dalam waktu 5 tahun mendatang -- begitu pengawasan internasional
usai? Baik Galtieri maupun Margaret Thatcher, tampaknya belum
melihat sejauh itu. Tapi pertikaian Malvinas diduga akan
mengakibatkan berubahnya tata politik negara-negara Amerika
Latin terhadap negara-negara Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini