Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kunjungan paus menunda perang

Kunjungan paus johannes paulus ii ke argentina, saat terjadi krisis malvinas. argentina menerima simpati moskow dan inggris masih akan memperkuat pasukannya. (ln)

19 Juni 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG Argentina melupakan perang Kepulauan Malvinas minggu lalu. Terutama di Buenos Aires. Di antara penduduk Argentina yang 28 juta itu, 80% adalah pemeluk agama Katolik. Agama ini juga dianggap sebagai agama neara. Karena itu, kunjungan Paus Johanes Paulus selama 30 jam (Jumat dan Sabtu) minggu lalu, merupakan "suatu peristiwa besar abad ini," demikian tulisan sebuah poster besar. Berbeda dengan kunjungan Sri Paus di Inggris yang mencoba sebagai penengah krisis Malvinas, di Buenos Aires kunjungannya hanya bersifat pastoral murni. Selain berziarah ke Maria di Luyan, 60 km dari Buenos Aires, Sri Paus bertemu secara pribadi dengan Presiden Galtieri. Sebuah misa agung di alun-alun terbesar. di pusat kota Buenos Aires juga dihadiri oleh 30 orang uskup dari negara Amerika Latin. Kunjungan yang dijaga dengan ketat oleh 30.000 polisi dan tentara ini dinyatakan juga bukan sebagai penengah konflik Inggris-Argentina dalam krisis Malvinas. Seorang pejabat Vatikan menekankan bahwa "kunjungan Sri Paus untuk berdoa dan berbicara tentang perdamaian." Di London, gebrakan kejutan telah melanda Kabinet Margaret Thatcher ketika dari kawasan Atlantik Selatan dikabarkan ada dua kapal lagi yang cedera. Sir Tristram dan Sir Galahad dinyatakan hancur pekan lalu oleh pihak Argentina, akibat serangan Skyhawk dan Mirage mereka secara mendadak sekali. Sir Galahad (5.670 ton) sedang menurunkan 300 orang pasukan Inggris di Fitzroy, pelabuhan kecil yang baru saja dikalahkan Inggris, 24 km dari barat daya Port Stanley. Sedangkan Sir Tristam berada di belakang Sir Galahad dalam waktu yang sama, 8 Juni lalu. Secara resmi Inggris mengakui bahwa ada 60 tentaranya tewas dan 120 luka bakar. Ini merupakan kerugian jiwa Inggris terbesar semenjak pendaratan Argentina di Malvinas (2 April). Tapi Inggris membantah bahwa dua kapal tadi tenggelam. Sehari sebelumnya, suratkabar di London membuat berita besar tentang dirontokkannya 7 pesawat jet Argentina. Ternyata tidak mudah menguasai Port Stanley, meskipun Inggris telah bercokol di bukit Two Sisters selama 2 minggu. Port Stanley telah dikepung dari belakang dan depan (lautan). Jadwal yang tadinya diberikan oleh PM Thatcher -- menyerah dengan hormat sampai 15 Juni -- dilalui tanpa kejutan atau gebrakan dari pihak Inggris. Ini berarti penyerangan ke Port Stanley akan tertunda lagi. Pasukan Inggris di bawah komandan tempur daratan Mayjen. John Jeremy Moore konon masih akan memperkuat pasukannya dalam tempo 2 minggu lagi. Port Stanley adalah pusat kekuatan terakhir pasukan Argentina. Meskipun dari bukit Two Sisters jaraknya bisa dicapai lewat teropong, medan yang berbukit-bukit dan cuaca musim dingin yang kelewat ganas tidak memungkinkan pasukan artileri Inggris bergerak cepat. Jalan menuju ke penyelesaian pertikaian senjata tampaknya semakin jauh. Sementara itu, Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS Jenderal David Jones mulai berbicara tentang "pasukan perdamaian AS" untuk MalvinaS Tawaran ini tampaknya sulit diterima oleh Argentina. Sebab, meskipun AS telah menyuarakan abstein di Dewan Keamanan PBB dalam resolusi gencatan senjata di Malvinas, Argentina dan banyak negara Amerika Latin lainnya jelasmelihat AS berpihak ke Inggris. Di Buenos Aires, Duta Besar Uni Soviet Sergei Striganov telah bertemu dengan Presiden Galtieri. Simpati Moskow "akan kami terima dengan senang hati," demikian komentar Galtieri. Hingga Menlu Argentina Nicanor Costa Mendez berangkulan dengan Fidel Castro pekan lalu di Havana. Ini merupakan kunjungan pejabat Argentina yang pertama sejak Fidel Castro berkuasa di Kuba tahun 1959. Kunjungan singkat Mendez itu telah mengantuni perjanjian dagang Kuba-Argentina sebesar US$100 juta. Negara-negara Amerika Latin sendiri semakin tidak senang terhadap AS dan negara-negara Eropa. Ini bukan berarti mereka senang dengan pemerintahan junta militer Argentina di bawah Jenderal Galtieri. Bagi Eropa Barat ini rerupakan bahaya perdagangan kalau sampai OAS (Organisasi Negara-negara Amerika) di Amerika Latin bersikap lain. Jerman Barat, yang melihat hal ini, telah mengirim utusan khusus ke beberapa negara Amerika Latin untuk menerangkan mengapa Bonn mendukung London. Pemerintah Prancis juga melakukan pendekatan, meskipun dalam KTT Versailles beberapa hari sebelumnya, sebagai jubir, Presiden Mitterand telah mencela Argentina dalam masalah krisis Falkland. Kalaupun Inggris menang, itu berarti bukannya lepas dari masalah. Akan besar biaya yang harus dipikul Inggris untuk memelihara garnizun khusus Falkland, yang jaraknya 12.000 km itu. Kalau toh nantinya ada pasukan perdamaian internasional, berapa lama pasukan penengah ini harus bercokol di pulau yang selalu dingin ini? Bisakah serbuan Argentina dicegah lagi -- katakanlah dalam waktu 5 tahun mendatang -- begitu pengawasan internasional usai? Baik Galtieri maupun Margaret Thatcher, tampaknya belum melihat sejauh itu. Tapi pertikaian Malvinas diduga akan mengakibatkan berubahnya tata politik negara-negara Amerika Latin terhadap negara-negara Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus