KETIKA tembok mulai runtuh dan gas air mata berdesis, David Koresh keluar dari kamarnya di lantai tiga bangunan itu. Pemimpin sekte Branch Davidian ini bergegas ke lantai dua. Di kamar-kamar sederhana yang dipenuhi wanita dan anak-anak itu, Koresh menginspeksi pemakaian topeng gas oleh para pengikutnya. Rupanya, mereka semua mencoba tak mengacuhkan keonaran itu dengan menjalankan acara rutin sehari-hari. Sebagian wanita mengurusi cucian, yang lainnya membaca Injil di aula, dan 17 anak-anak mendekam di kamar bersama ibu mereka. Namun, kali ini gempuran terhadap markas aliran Kristen sempalan di kawasan pertanian Waco, Negara Bagian Texas, Senin pagi pekan lalu itu tak bisa diremehkan. Setiap kali kendaraan lapis baja polisi federal, FBI, si penyerbu, membobol dinding gedung, seluruh bangunan itu bergetar keras, dan gas air mata memenuhi semua ruangan, berputar-putar diembus angin kencang yang masuk melalui lubang-lubang bobolan FBI itu. Tiba-tiba tank yang paling besar maju membobol sebuah ruangan diduga FBI sebagai tempat Koresh bersembunyi untuk menyemprotkan gas air mata. Dorongan tank itu menyebabkan pintu depan kamar, yang diganjal sebuah piano, copot. Sebuah tabung gas bahan bakar propana pecah terlindas tank dan segera disambar api yang berasal dari lentera minyak yang terjatuh. FBI memang memutus aliran listrik bangunan itu untuk memaksa penghuninya menyerah sehingga David Koresh dan pengikutnya menggunakan lentera minyak. Api langsung membubung tinggi, melalap gedung kayu itu, disertai letusan peluru dan granat yang ditimbun Koresh di markasnya. Empat puluh lima menit kemudian, hanya 9 penghuni dewasa berhasil lolos dari maut. Diduga, 86 orang lainnya, termasuk Koresh dan 17 anak di bawah 10 tahun, hangus terpanggang. Setidaknya, inilah tuduhan enam dari sembilan penghuni gedung yang selamat, seperti dikatakan pengacara mereka, Dick Kettler. Menurut versi pemerintah AS yang tersiar selama ini, David Koresh dan kelompoknya melakukan bunuh diri masal. Jeff Jamar, komandan operasi FBI di Waco, berkata, ''Anak-anak itu tewas karena David Koresh menghendakinya.'' FBI bersikeras menyatakan bahwa api disulut oleh anak buah Koresh. Mereka membuktikannya, antara lain, melalui pemantauan sensor panas helikopter petugas keamanan, yang menunjukkan percikan api muncul di tiga tempat terpisah di bangunan itu, dalam waktu bersamaan, dan langsung membesar. Ada pula saksi mata yang mengaku mendengar suara anak buah Koresh berteriak: menyatakan api telah dipantik. Kritik tetap saja berhamburan terhadap operasi yang berakhir tragis ini. ''Strategi mereka menghadapi kelompok Koresh keliru,'' kata Craig Branch, Direktur Regional Watchman Fellowship Alabama. Menurut pakar aliran sempalan (occultism) ini, FBI menggunakan satuan tugas yang dilatih khusus untuk menangani peristiwa penyanderaan. Padahal, yang mereka hadapi di Waco bukanlah orang-orang yang sedang disandera yang berharap bisa lepas dari penyanderanya melainkan sejumlah pengikut aliran fundamental yang patuh pada pimpinannya secara fanatik. Akibatnya, perlakuan pasukan FBI itu keliru. Sebagai contoh, Branch menunjuk pada cara FBI mengganggu pengikut Koresh selama masa pengepungan yang sempat berlangsung 51 hari itu. Untuk memaksa Koresh dan pengikutnya keluar dari rumah yang mereka jadikan benteng pertahanan itu, FBI mengganggu mereka dengan memasang musik keras dan sinar terang yang diharapkan mampu membuat penghuni rumah itu tak dapat beristirahat atau tidur. Hasilnya? ''Ini justru memperkuat keyakinan mereka bahwa ajaran Koresh itu benar,'' kata pakar yang telah 25 tahun mempelajari aliran sempalan itu. Doktrin yang mereka terima dari Koresh bahwa pihak luar bermaksud jahat terhadap mereka sehingga harus dilawan justru mendapat bukti nyata dengan gangguan FBI itu. David Koresh, pemimpin aliran Branch Davidian, yang tak tamat SMA dan bekas pemusik rock itu, punya persoalan dengan FBI karena diketahui menimbun senjata api dan bahan peledak. Ia tak mau menyerah. Maka, akhir Februari lalu, FBI menyerbu markas itu. Koresh dan pengikutnya melawan, sehingga terjadilah perang kecil-kecilan yang menewaskan empat petugas dan membuat 16 lainnya cedera. Di pihak Koresh, 10 orang dikabarkan tewas dan beberapa lainnya terluka. Sejak itulah markas Koresh dikepung FBI dengan mengerahkan tank. Markas Koresh sudah hangus, tapi peristiwa ini terus berbuntut, terutama setelah muncul cerita versi anak buah Koresh yang selamat itu. Presiden Clinton memerintahkan departemen kehakiman agar mengadakan penyelidikan. Bahkan pihak Kongres memulai acara dengar pendapat mengenai kejadian ini pekan lalu. Berbagai pertanyaan memang muncul semenjak instansi keamanan AS gagal menangkap David Koresh malah menimbulkan korban jiwa di kedua pihak akhir Februari lalu itu. Misalnya, dinas pemadam kebakaran tak disiagakan ketika operasi penyergapan terakhir dilakukan. Namun, peristiwa ini tampaknya belum berdampak gawat bagi pemerintahan Presiden Clinton. Berbagai pengumpulan pendapat menunjukkan, sekitar 70% penduduk Amerika Serikat mendukung keputusan yang diambil pemerintah. Sikap kesatria Jaksa Agung Janet Reno pemberi perintah penyerbuan yang mengaku bertanggung jawab atas penyerbuan itu, rupanya amat dihargai publik Amerika. Bambang Harymurti (Washington DC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini