Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kematian Kesekian Di Teheran

Presiden Mohammad Ali Rajai dan PM Mohammad Javad Bahonar tewas, akibat bom yang meledak di kantor PM. (ln)

5 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEBIH sejuta orang di Teheran kembali berarak menuju Behesht-e Zahra, tempat para martir Revolusi Iran dikuburkan. Kali ini mereka mengantar jenazah Presiden Mohammad Ali Rajai dan PM Mohammad Javad Bahonar, Keduanya tewas kena ledakan bom. Ke tempat ini pula, mereka pernah dalam Juni lalu mengarak jenazah Ayatullah Sayid Mohammad Hussein Behesti, Pimpinan Partai Republik Islam. "Rakyat kini marah pada mereka yang bertanggungjawab atas keamanan. Mereka (para pejabat keamanan) harus menjawabnya hari ini juga," kata Hojatuleslam Hashemi Rafsanjani. Dengan emosional Ketua Majlis Iran itu berpidato di depan rakyat yang berkabung di halaman gedung parlemen. Di hari Minggu yang naas (30 Agustus) itu, Presiden Rajai tengah memimpin Sidang Dewan Pertahanan Tertinggi di kantor perdana menteri. Dalam pertemuan yang dihadiri 10 pejabat teras kabinet itu, dia duduk berdampingan dengan PM Bahonar. Mendadak terjadi ledakan keras beruntun dua kali, yang mengoyak meja, menghempaskan tembok, dan mengobarkan kebakaran. Presiden Rajai dan PM Bahonar tewas seketika dengan tubuh robek-robek dan hangus terbakar. Hanya dengan identifikasi gigi, jenasah keduanya bisa dikenali. Suruhan Imperialis Dalam suasana panik, sejumlah Pengawal Revolusi Pasdaran berusaha menyelamatkan arsip dan mencegah meluasnya kebakaran. Suara sirene ambulans meraung-raung bercampur dengan teriak orang kesakitan. Menteri Pertahanan Kolonel Moussa Namjou dan Kepala Kepolisian Kolonel Vahid Dastig herdi diduga tewas pula. Seorang korban lain, yang tewas seketika, sulit dikenali. Peristiwa berdarah di kantor PM itu juga pernah terjadi di markas Partai Republik Islam (PRI), Teheran. Ayatullah Behesti tewas seketika bersama 69 orang lainnya ketika sebuah bom meledak di markas PRI, 28 Juni. Hanya Rajai (masih PM) dan Hojatuleslam Rafsanjani, yang meninggalkan pertemuan partai sebelum bom meledak, waktu itu lolos tanpa luka sedikit pun. Sekali lagi, Rafsanjani yang juga hadir di kantor PM tadi, terhindar dari maut. Siapa pelakunya? Radio Teheran kali ini menuduh "orang-orang suruhan imperialis" Amerika dan (Presiden Irak) Saddam Hussein. Ketika markas PRldibom, Ayatullah Khomeini menuduh unsur Hojahedin-e Khalq yang melakukannya. Kali ini pemimpin Revolusi Iran itu belum segera menunjuk hidung. Ratusan ribu orang sudah berkumpul di tempat kediamannya di Teheran seolah menunggu perintah. Di Paris, bekas Presiden Iran Abolhassan Bani-Sadr menyebut peristiwa berdarah di Minggu sore tadi sebagai reaksi atas serangkaian tindakan hukuman mati yang dijatuhkan rezim Presiden Rajai. Sejak (21 Juni) Bani-Sadr tersingkir dari kepresidenan lebih 800 orang Feda'iyine Khalq dan Mojahedin-e Khalq sudah ditembak mati. Malah aksi pembersihan terhadap pendukung dan simpatisan kedua organisasi bawah tanah itu masih terus dilancarkan di berbagai kota. "Stop tindak kekerasan itu. Anda (Ayatullah Khomeini) adalah oran beriman. Anda tidak boleh menindas ebebasan," tulis Bani-Sadr dalam telegram kepada Imam itu. Massoud Rajavi, 32 tahun, pemimpin Mojahedin Fraksi Kanan (Islam), menganggap bahwa ajal Khomeini sudah dekat. Bersama Bani-Sadr, Rajavi melarikan diri ke Paris sejak 29 Juli. Mojahedin (cabang) London diberitakan mengaku gerakannya bertanggungjawab atas ledakan bom di kantor PM itu. Tapi Rajavi mengaku ia tak mengetahuinya. Sementara jabatan presiden kosong, kekuasaan eksekutif kini dipegang satu dewan yang terdiri dari ketua Majlzs Rafsanjani dan Ketua Mahkamah Agung Ayatullah Moussavi Ardabili. Sebelum tewas, PM Bahonar juga duduk dalam dewan kepresidenan itu. Dan dewan inilah yang kelak bertanggungjawab menyelenggarakan pemilihan kembali dalam jangka 50 hari. Lewat cara demikian Rajai terpilih (24 Juli) menggantikan Bani-Sadr yang digulingkan sebagai presiden Iran. Mendiang Presiden Rajai lahir (1933) di Qasvin. Dalam gerakan menentang Syah Iran (1974-78), dia sempat mendekam di penjara Evin, Teheran. Karena siksaan Dinas Rahasia (Savak) Rajai dikenal sebagai "martir yang hidup". Ketika 1978 dibebaskan, dia mengajar sebagai guru matematik. Dua tahun kemudian Rajai terpilih sebagai anggota Majlis mewakili Teheran dengan dukungan PRI. Majlis yang dikontrol PRI pernah memaksa Presiden Bani-Sadr agar memilih Rajai sebagai perdana menteri. Sebelum ditunjuk (5 Agustus) sebagai perdana menteri, Mohammad Javad Bahonar menduduki jabatan ketua PRI sesudah Behesti tewas. Lahir (1933) di Kerman, Bahonar dikenal sebagai anggota Dewan Revolusi yang pernah belajar pada Khomeini. Di masa Syah Iran berkuasa, dia beberapa kali dipenjarakan. Sesudah sejumlah pimpinan teras Iran itu tewas, siapa lagi? Ledakan bom di Teheran diduga akan terjadi setiap waktu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus