Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dokumen di sebuah gudang tak ...

Nasib koleksi moh. yamin di perpustakaan pertamina, sebagian dipinjamkan ke yayasan idayu. berawal dari berdirinya yaperna.

5 September 1981 | 00.00 WIB

Dokumen di sebuah gudang tak ...
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
BEBERAPA majalah Poedjangga Baroe terbitan tahun 1930-an berserakan di lantai. Di atas rak, bertumpukan buku-buku terbalut debu. Sebuah buku tulisan Arab nyaris hancur tatkala dibalik-balik. Tercampur aduk dengan sejumlah dokumen rahasia Dewan Perancang Nasional, tampak sebuah naskah tulisan tangan 107 halaman salinan surat hikayat syair Teoekoe Bciltara Mac/Jnoed Setiaradja yang ditulis pada 1334 H dan mengisahkan perlawanan hulubalang dari Susoh, Blang Pidie, Aceh, menentang Belanda. Gudang berukuran 3 x 4 meter yang terletak di Jalan Teukur Umar, Jakarta, itu memang porak poranda. Sebuah mesin stensil, beberapa batang rel gorden, peti-peti berisi buku serta bau apak tumpukan buku makin menambah kacaunya suasana. Tumpukan buku-buku dan naskah itu adalah sisa dari suatu gagasan besar: rencana Ibnu Sutowo untuk mendirikan suatu Perpustakaan Nasional. "Rencana besar itu dilakukan diamdiam. Hanya beberapa pejabat Pertamina saja yang tahu. Pak Ibnu mengatakan ia ingin agar semua dokumen tentang Indonesia bisa terkumpul di perpustakaan itu dan tak mengalir ke luar negeri," cerita seorang pejabat Pertamina pekan lalu. Ibnu dikabarkan telah menyetujui agar gedung bekas bagian Keuangan Pertamina di Jalan Merdeka Barat digunakan sebagai tempat perpustakaan tersebut. Maka didirikanlah Yayasan Perpustakaan Nasional (Yaperna) yang di samping menyelenggarakan perpustakaan juga merencanakan akan menerbitkan karya ilmiah. Sebagai langkah pertama untuk membentuk koleksi dasar, pada April 1970 Yaperna membeli 23.000 buku dan naskah almarhum Prof. Muh. Yamin yang belum pernah diterbitkan seharga Rp 50 juta. Tahun 1972, Yaperna yang berkantor di International Petroleum Club, sudah bersiap pindah ke Merdeka Barat. Tapi krisis Pertamina menghantam dan membuyarkan rencana itu. Pada 1974 Ibnu Sutowo diganti sebagai Direktur Utama Pertamina. Nasib Yaperna pun anjlok. "Rencana mendirikan Perpustakaan Nasional diturunkan menjadi Perpustakaan Pertamina Pusat," kata seorang pejabat Pertamina. Kegiatan Pertamina waktu itu memang dikurangi secara besar-besaran. Kegiatan Yaperna kemudian dihentikan pada akhir 1977. "Perpustakaan Pertamina Pusat dikhususkan mengumpulkan bahan tentang masalah yang ada hubungannya dengan minyak," ujar Anak Agung Gde Raka yang kini mengepalai perpustakaan tersebut. Nasib koleksi Yamin? "Sebagian dipinjamkan ke Yayasan Idayu dan sebagian lagi disimpan di gudang," kata Raka. Sekitar 10.000 buku dari koleksi Yamin yang pada Mei 1977 dipinjamkan pada Idayu kini ditempatkan rapi di Ruang Patriot, Gedung Kebangkitan Nasional, bersama antara lin koleksi Roeslan A dulgani, Ali Sastroamidjojo dan Adam Malik. Dan yang berada dalam keadaan berantakan di gudang di Jalan Teuku Umar itu adalah sekitar 15.000 sisa koleksi Yamin. Gudang tersebut menempati satu ruangan dari bangunan yang kini ditempati Sekretariat Persatuan Insinyur Indonesia. Dulu gudang itu dijaga seorang petugas dari Pertamina. Tapi sejak tiga bulan lalu kunci gudang tersebut diserahkan pada Vuldiyanto, seorang karyawan sekretariat PII. Selama ini rupanya tak seorang sejarahwan pun yang tahu bahwa di situ terdapat sejumlah dokumen yang mungkin penting sekali. "Sayang sekali kalau koleksi itu dibiarkan tak terpelihara. Lama-lama bisa hancur. Alangkah baiknya kalau koleksi itu diserahkan saja pada suatu lembaga yang bersedia memeliharanya," kata Ny. Murtini S. Pendit, Panitera Yayasan Idayu yang baru tahu bahwa ada khasanah di sana. "Kalau diserahkan pada Idayu, kami bersedia menerimanya dan akan kami satukan dengan koleksi Yamin yang sudah ada," tambahnya. Tentu masih dibutuhkan waktu dan biaya yang banyak untuk memilih dan mencatat apa saja yang tersimpan di gudang apak itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus