MASIH tak tenang di semenanjung Korea. SR-71 Blackbird sewaktu
mengintai di sebelah tenggara daerah bebas militer, begitu
pengakuan awak pesawat Amerika itu, nyaris jadi korban peluru
kendali SAM-2 buatan Uni Soviet. Korea Utara diduga menembaknya.
"Perbuatan yang melanggar hukum, " kata jur bicara Deplu AS
Dean Fischer. "Pesawat itu terbang di wilayah udara
internasional."
Pemerintah Korea Utara bungkam diri terhadap insiden penembakan
(26 Agustus siang) itu. Tapi Korean Central News Agency (KCNA),
kantor beritanya, menuduh AS telah melakukan kegiatan mata-mata
di atas wilayah Korea Utara dengan tujuan meningkatkan
ketegangan di semenanjung tersebut. Dan itu "bisa berakibat
timbulnya perang baru," tulis KCNA. Setama dua bulan terakhir,
dicatatnya AS melancarkan "tindakan provokasi" di perbatasan
Korea Utara dan Selatan lebih dari 60 kali.
SR 71 Blackbird lolos dari SAM-2 karena ia terbang dengan
kecepatan penuh dan pada ketinggian maksimal. "Peluru kendali
itu meledak beberapa kilometer dari pesawat," demikian awak SR
71 Blackbird. Pesawat intai bermesin dua ini punya daya jelajah
3.200 km per jam, tiga kali kecepatan suara, dan mampu mencapai
ketinggian 35 km, di luar jangkauan SAM-2.
Pesawat ini melakukan pemotretan dari udara--mampu mengambil
gambar dari ketinggian lebih dari 24 km. SR 71 Blackbird,
berpangkalan di Kadena, Oki nawa, sebelum nya dipakai AS
mengintai RRC dan Vietnam. Tapi pihak Pentagon, Departemen
Pertahanan AS, menolak mengungkapkan misi SR 71 Blackbird di
wilayah perbatasan Korea Utara.
Akibat tembakan SAM-2 itu situasi di daerah bebas militer yang
membatasi Korea Utara dan Selatan jadi tegang. AS bahkan telah
menyiagakan 40.000 serdadunya yang bertugas di Korea Selatan
untuk menjaga kemungkinan penerobosan pasukan Korea Utara.
Daerah bebas militer itu panjangnya sekitar 250 km.
AS menyebut penembakan terhadap SR 71 Blackbird sebagai tindakan
yang melanggar perjanjian gencatan senjata 1953. Protes telah
diajukannya, tapi belum ditanggapi Korea Utara. Kini AS merninta
bantuan RRC dan Uni Soviet untuk memperingatkan Korea Utara agar
tak mengulangi perbuatan yang dapat menimbulkan "perang" di
semenanjung Korea.
RRC dan Uni Soviet terikat oleh perlanjian persahabatan dengan
Korea Utara. Bahkan RRC merupakan salah satu penandatangan
perjanjian gencatan senjata, yang mengakhiri Perang Korea, 1953.
RRC--duduk dalam Komisi Gencatan Senjata bersama AS, Korea
Selatan, dan Korea Utara--selalu bertemu di Panmunjom, kota di
perbatasan kedua Korea.
Pemerintah AS memperingatkan Korea Utara untuk tidak bermain api
di wilayah udara internasional. "Jika insiden serupa terulang,
AS tidak akan ragu-ragu untuk balas menembak," kata Penasihat
Presiden AS Edwin Meese. Presiden Ronald Reagan, sedang berlibur
di California, menerima laporan Menteri Pertahanan Caspar
Weinberger delapan jam setclah insiden. "Reag sangat prihatin
sekali atas kejadian tersebut," lanjut Meese.
AS belakangan ini memang mulai menunjukkan "otot" di wilayah
internasional. Sebelumnya, AS menembak jatuh dua pesawat
Sukhoi-22 milik Libya yang mencegat pesawat Tomcat F-14 dari
armada Amerika yang sedang latihan di Teluk Sidra. Tapi "insiden
di Korea Utara ini tak ada hubungannya dengan kasus Teluk
Sidra," kata Fischer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini