Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 16 Oktober 1793, eksekusi Maria Antoinette, ratu Perancis yang terlibat dalam kekacauan Revolusi Perancis, tidak hanya menandai akhir dari seorang tokoh sejarah tetapi juga menjadi momen penting dalam sejarah penggunaan guillotine. Keputusan untuk menggunakan guillotine dalam eksekusi Marie Antoinette mencerminkan berbagai aspek sosial, politik, dan simbolik dari masa Revolusi.
Artikel ini meneliti kembali peristiwa tersebut, mengulas konteks penggunaan guillotine, serta dampak dari eksekusi ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Marie Antoinette, lahir sebagai putri Austria, menikah dengan Louis XVI dan menjadi ratu Perancis pada tahun 1774. Selama periode Revolusi Perancis, ia mengalami penurunan drastis dari posisi sosialnya. Setelah pelarian yang gagal dari Paris dan tertangkap kembali pada Juni 1791, Maria Antoinette menghadapi serangkaian tuduhan berat. Ia dituduh terlibat dalam konspirasi dengan kekuatan asing dan berusaha menggulingkan pemerintah Republik Perancis yang baru berdiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada bulan September 1793, Maria Antoinette diadili di Pengadilan Revolusi. Setelah persidangan yang singkat dan penuh tekanan, ia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Eksekusi ini dilakukan di Place de la Révolution, sekarang dikenal sebagai Place de la Concorde, di Paris.
Guillotine, alat pemenggal kepala yang terkenal, telah diperkenalkan sebagai metode eksekusi resmi selama Revolusi Perancis. Didesain oleh Dr. Joseph-Ignace Guillotin, alat ini dimaksudkan untuk memastikan pelaksanaan hukuman mati yang cepat dan manusiawi, dan untuk menekankan kesetaraan di hadapan hukum.
Desain guillotine terdiri dari sebuah pisau besar yang dijatuhkan dari ketinggian untuk memenggal kepala dengan cepat. Alat ini dipilih karena dianggap lebih efisien dan kurang menyakitkan dibandingkan metode eksekusi lainnya seperti gantung atau pemenggalan kepala dengan pedang. Pilihan ini juga merupakan bentuk pernyataan revolusioner, menandai pengakhiran kekuasaan aristokrasi dan simbolisme dari kesetaraan di era revolusi.
Pada hari eksekusi, Maria Antoinette mengenakan gaun putih dan topi hitam, sebuah simbol kematian. Dia diarak dari Penjara Conciergerie ke lokasi eksekusi dengan kereta terbuka, dan kerumunan besar berkumpul untuk menyaksikan proses tersebut.
Eksekusi Maria Antoinette dilakukan dengan guillotine yang telah disiapkan di alun-alun. Meskipun sebagian besar eksekusi menggunakan guillotine dilakukan dengan cepat dan efisien, dalam kasus Maria Antoinette, prosesnya juga dipenuhi dengan simbolisme. Maria Antoinette, sebagai mantan ratu, dieksekusi dengan cara yang sama seperti orang biasa, menegaskan prinsip revolusioner tentang kesetaraan di hadapan hukum.
Kehadiran massa yang menyaksikan eksekusi dan ketertarikan publik pada peristiwa tersebut menambah lapisan simbolik. Eksekusi ini tidak hanya menandai akhir kehidupan Maria Antoinette tetapi juga berfungsi sebagai pernyataan kuat tentang kemenangan Revolusi atas sistem lama yang dianggap korup dan tidak adil.
Eksekusi Maria Antoinette dengan guillotine memiliki dampak yang mendalam pada masyarakat Perancis dan sejarah dunia. Bagi pendukung Revolusi, ini adalah contoh penegakan hukum yang tidak pandang bulu dan representasi dari keadilan yang dituntut oleh rakyat. Namun, bagi lawan-lawan revolusi dan pengikut monarki, eksekusi ini menjadi simbol kekejaman dan ekstremisme Revolusi.
Selain itu, penggunaan guillotine terus berlanjut selama periode Reign of Terror, di mana ribuan orang dieksekusi dengan alat yang sama. Meskipun guillotine dikenal sebagai metode eksekusi yang efisien dan ‘humanis’ pada zamannya, ia juga menjadi simbol dari teror dan kekacauan yang melanda Prancis pada saat itu.
Eksekusi Marie Antoinette pada 16 Oktober 1793 merupakan momen penting dalam sejarah penggunaan guillotine, menandai peralihan kekuasaan yang dramatis dan perubahan dalam cara pelaksanaan hukuman mati. Penggunaan guillotine dalam eksekusi ini mencerminkan prinsip-prinsip revolusi—kesetaraan, efisiensi, dan penegakan hukum—sambil juga menunjukkan dampak dari kekacauan dan konflik yang melanda Perancis pada masa itu. Sebagai salah satu momen penting dalam sejarah, eksekusi Maria Antoinette tetap menjadi simbol dari era revolusi yang penuh dengan perubahan dan turbulensi.
AULIA SABRINI SARAGIH | MUHAMMAD FRIA FACHRAMA S
Pilihan editor: