Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kini serbia pun melawan serbia

Konperensi damai di london membawa hasil. serbia berjanji menyerahkan daerah yang diduduki ke bosnia. kamp tawanan dibubarkan. tapi, antar etnis serbia kini saling bertikai di bosnia.

5 September 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA yang lalu mentaati kesepakatan pertemuan di London. Tapi munculnya pertikaian antar Serbia sendiri mengisyaratkan perang di Bosnia memang cenderung jadi anarki. GORAZDE, kota mayat-ma~yat terapung, Ahad kemarin ber~ubah wajah. Ko~ta di perbatasan Bos~~nia-Hercegovi~na dan Serbia itu sam~pai dua pekan la~lu dilaporkan ber~a~da di bawah kekua~saan milisi Serbia. Jalan-jalan sepi, pemandangan hanya pu~ing, dan sungai di kota itu, sebagai~mana dilaporkan war~~tawan The Guar~d~ian Weekly dua pe~kan lalu, dijadikan tempat pem~bu~angan mayat. Tapi Ahad kemarin konon jalan-jalan kembali dipenuhi orang, dan me~re~ka adalah muslim Bos~nia. Ini karena milisi Ser~~bia dikabarkan sudah me~ninggalkan kota itu, sesu~ai dengan anjuran kon~peren~si damai di London, pe~kan lalu. Bila berita ini be~nar, tampaknya optimis~me muncul da~ri pertemu~an yang dihadiri oleh Sek~jen PBB Boutros Boutros Ghali dan 30-an wakil ne~gara-negara Ero~pa, termasuk wakil dari semua republik di bekas Yugo~slavia itu, antara lain PM Panic dari Serbia. Beberapa hal pokok yang disepakati di me~ja perundingan itu sendiri memang bisa mem~bawa damai. Ada janji dari wakil etnis Serbia di Bosnia, dalam 96 jam mereka akan memberitahukan posisi-posisi senjata be~rat di lokasi-lokasi strategis, untuk kemudi~an diserahkan pengawasannya pada pasu~kan perdamaian PBB. Ada pula janji me~ngembalikan semua wilayah Bosnia-Hercegovina yang diduduki. Dan tentang kamp-kamp tawanan yang didirikan oleh pihak mana pun, pertemuan London bersepakat mem~bu~barkannya. Dikabarkan, jumlah kamp di sana lebih dari 120 buah. Namun, sebagaimana berita dari me~dan perang di bekas federasi Yugo~slavia itu, suasana kota satu dan la~innya berbeda. Gorazde, siapa tahu, adalah sebuah perkecualian. Sebuah laporan The Guardian Week~ly terakhir menceritakan ben~trok~an baru yang terjadi di antara etnis Serbia sendiri. Milisi-milisi yang tak jelas garis komandonya memutus~kan segala sesuatu menurut enak dan tidak enaknya mereka sendiri. Di Kota Banja Luka, tulis Peter Maass, wartawan tabloid Inggris itu, orang Serbia yang tak mau menembak, yang tak mau meng~usir atau menawan muslim Bosnia, akan sa~ma nasibnya dengan orang Bosnia. Juga di Kota Kozarac, di barat laut Bosnia, dilaporkan etnis Serbia bersenjata tak pandang bulu. Ketika lima etnis Serbia yang kebetulan adalah polisi menghalangi pe~nem~bakan brutal orang Serbia terhadap mus~lim Bosnia, akhirnya kelimanya pun ter~ka~par tak bernyawa. Tapi sebagian be~sar mereka, meski tak setuju dengan yang terjadi, tak ing~in mengambil risi~ko. Seorang pemu~da Serbia, yang di~temui Peter Maass ke~tika sedang mem~bu~ang sam~pah, me~ra~sa marah tapi tak ber~daya. Ka~tanya, bi~la ia ditawari masuk milisia, apa mau di~ka~ta, ya ia terima. Itu lebih baik dari~ pa~da ha~rus masuk pen~ja~ra. Atau, lebih ce~la~ka lagi, ia di~tem~bak mampus. Tak cuma di medan perang. Di pab~rik-pabrik milik Ser~~bia, diumumkan et~nis muslim Bosnia dan Kroasia mesti di~singkirkan. Mere~ka, orang Serbia, yang tak mau melakukannya akan diper~la~kukan sama dengan mus~lim Bos~nia. Seorang peng~acara Kroasia bernama Slav~ko ber~cerita. Ia bebera~pa hari yang lalu dipanggil bosnya, seorang Serbia. Si bos, de~ngan berlinang air mata mem~beritahukan pem~ber~hen~tiannya. "Ia memang tak punya pilihan," tu~tur Slavko. Bagaimana dengan perusahaan milik Kro~~asia atau muslim Bosnia? Bila tak hancur diledakkan atau dibakar, sudah tentu men~jadi milik orang Serbia. Toh ada juga orang-orang yang nekat se~per~ti kelima polisi Kozarac itu. Spasoje Knezevic, pengacara di Banja Luka, meng~kri~tik etnisnya yang menurut dia sewenang-wenang. Kemenangan orang Serbia, ka~ta~nya, karena persenjataan orang muslim Bosnia memang tidak layak. Dalam suatu wawancara Knezevic de~ngan berani mengecam yang terjadi ki~ni di Bosnia. "Inilah perang yang de~ka~den, memuakkan, dan tak jelas un~tuk apa," katanya. "Nanti, orang akan malu disebut orang Serbia." Akibatnya, pengacara itu diancam le~wat telepon, surat kaleng, dan orang Serbia yang lewat rumahnya menghi~nanya. Penguasa Banja Luka menda~tang~inya dan memperingatkan, bisa sa~ja suatu hari ia akan terapung tak ber~nyawa di Sungai Verbas, sungai di kota itu. Jadi, orang Serbia sendiri tak kompak. Gorazde mungkin memang perkecualian. Dan di Bosnia, mungkin ga~ung konperensi London kalah oleh den~tuman meriam. Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus