Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Inggris akhirnya meminta maaf kepada sepasang suami istri asal Libya setelah menjadikan keduanya korban kekejaman CIA dan M16 untuk memperbaiki hubungan dengan Muammar Khadafi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Permintaan maaf disampaikan melalui surat oleh Perdana Menteri Theresa May pada Kamis, 10 Mei 2018 kepada Abdul Hakim Belhadj dan istrinya, Fatima Boudchar. Keduanya beroposisi dengan Gaddafi di masa itu.
Baca: Khadafi Telah Ingatkan Tony Blair Eropa Akan Diserang Milisi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Jelas bahwa Anda berdua mengalami perlakuan yang mengerikan dan penderitaan semakin berat dengan penghinaan terhadap martabat Boudchar yang sedang hamil pada saat itu," demikian tulis Perdana Menteri Theresa May dalam suratnya.
Belhadj sudah lama mengajukan gugatan terhadap mantan menteri luar negeri Inggris, seorang kepala intelijen senior dan berbagai departemen dan lembaga pemerintah. Dalam gugatan itu, dia meminta permintaan maaf resmi dan ganti rugi materil.
Dalam pernyataan tertulis yang dikirim oleh pengacaranya tak lama setelah permintaan maaf itu dipublikasikan, Belhadj dan Boudchar berterima kasih kepada pemerintah Inggris.
Muammar Qadhafi. REUTERS/Zohra Bensemra
Baca: Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan
"Masyarakat yang hebat tidak menyiksa, tidak membantu orang lain untuk menyiksa, dan ketika itu membuat kesalahan, mereka menerima dan meminta maaf," kata Belhadj, seperti dikutip dari Reuters, Kamis, 10 Mei 2018.
Penderitaan Belhadj dan istrinya berawal saat penguasa Libya Muammar Gaddafi pada 2004 meminta CIA yang bekerja sama dengan intelijen Inggris, MI6 untuk menculik Belhadj, politisi Lybia dan penantang Gaddafi paling terkemuka di negara itu.
Dia dan istrinya yang sedang hamil diculik oleh agen CIA di Thailand setelah mendapat informasi dari mata-mata Inggris. Keduanya dikirim secara ilegal ke Tripoli. Sejak itu keduanya jatuh dalam penderitaan panjang.
Wajah Belhadj ditutupi dan kakinya dibelenggu ke lantai pesawat dalam posisi stres selama 17 jam penerbangannya ke Libya. Dia ditahan selama enam tahun di penjara yang brutal. Boudchar ditahan selama empat bulan dan dibebaskan tiga minggu sebelum melahirkan.
Baca: Serangan Bom di Akademi Polisi Libya, 65 Tewas
Pada saat itu, Inggris dan Amerika Serikat berusaha memperbaiki hubungan dengan Libya karena alasan geopolitik, setelah bertahun-tahun rezim Tripoli menjadi paria internasional.
Peran Inggris dalam penculikan Belhadj dan Boudchar terungkap setelah dokumen ditemukan di markas badan intelijen rezim Gaddafi ketika diktator itu digulingkan dalam revolusi 2011.
Dokumen-dokumen itu termasuk faks yang dikirim oleh MI6, badan intelijen luar negeri Inggris, kepada dinas intelijen Libya pada Maret 2004, memberikan informasi tentang keberadaan pasangan itu di Malaysia.
Setelah bebas dari kekejaman Gaddafi, Belhadj melanjutkan aktivitas politiknya untuk memimpin kelompok pemberontak Islam yang membantu menggulingkan Muammar Gaddafi pada tahun 2011. Dia tetap menjadi politikus kuat di Libya.