Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAKYAT sudah bosan diperintah oleh komunis. Maka, Ketua Solidaritas Lech Walesa, Senin pekan lalu, menyerukan agar dibentuk pemerintahan koalisi tanpa menyertakan Partai Komunis. Yakni sesudah Solidaritas menolak ajakan Csezlaw Kisczcak - menteri dalam negeri yang ditunjuk oleh Jaruzelski untuk membentuk kabinet - membentuk "pemerintahan besar koalisi". Tapi seruan tak semudah pelaksanaannya. Sekutu yang hendak dirangkul Solidaritas, yakni Partai Persatuan Petani (PPP) dan Partai Demokrat (PD) - dua partai kecil satelit Partai Komunis Pola.ndia (PKP) -- tak menerimanya begitu saja. Meski sudah ada tanda-tanda bahwa dua partai itu berniat melepaskan diri dari bayang-bayang PKP. Maka, sejak pekan lalu negeri ini tak cuma dilanda inflasi, tapi kehidupan politik pun macet. Suasana tak menentu itu masih ditambah dengan pemogokan buruh secara berantai. Kawasan Gdansk, Jumat pekan lalu, memelopori seruan Komite Eksekutif Nasional Solidaritas untuk mogok satu jam. Hari itu tercatat buruh di 430 pabrik membiarkan mesin-mesin tinggal bisu. Diduga, pekan ini rangkaian mogok akan menyentuh dua kawasan industri yang lain: Silesia dan Pomerania. Selanjutnya, buruh Solidaritas di seluruh negeri direncanakan melakukan hal yang sama: mogok sejam. Mengapa sejam? Inilah yang membedakan pemogokan pada awal 19S0, yang menyebabkan lahirnya Solidaritas. Kali ini para pemimpin Solidaritas cukup arif untuk tak memperburuk kondisi ekonomi dengan cara melumpuhkan pabrik. Ketakutan bahwa ekonomi akan tambah bankrut itulah tampaknya yang membuat pemerintah, Selasa pekan lalu, mengabulkan tuntutan buruh transportasi. Para buruh itu mengancam akan melumpuhkan seluruh transportasi udara, darat, dan laut, bila tuntutan kenaikan gaji mereka hampir dua kali lipat ditolak. Pemogokan kali ini pun berbeda dari segi sasarannya. Kali ini tuntutan mereka total: ekonomi dan politik. Mereka menuntut gaji disesuaikan dengan kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok, yang sejak beberapa pekan lalu melesat naik 500%, gara-gara pencabutan subsidi secara besarbesaran. Plus penghapusan monopoli pembelian dan distribusi bahan makanan oleh pemerintah, dan pencabutan hak-hak istimewa kepada anggota PKP dipabrik-pabrik. Gagalnya Csezlaw Kisczcak membentuk kabinet karena ia menolak permintaan Walesa agar kursi perdana menteri diserahkan kepada Solidaritas. Menurut Walesa, tuntutannya wajar, karena kubu komunis sudah mendapatkan kursi presiden berkat restu Solidaritas. Bisa ditebak, bila pekan ini pihak PPP dan PD setuju bergabung dengan Solidaritas, Kisczcak pasti tumbang. Sebab, Solidaritas dan PPP saja menguasai 51% suara di parlemen. Tanda-tanda sudah menuniukkan bahwa PPP akan bergandeng tangan dengan Solidaritas. Pekan lalu ketua PPP Alexander Bentowski dua kali bertandang ke markas Solidaritas di Gdansk. Sementara itu, negosiasi PPP dengan Kisczcak menemukan jalan buntu. Kisczcak cuma mau memberi dua kursi dalam kabinet kepada PPP yang menuntut 4 kursi, termasuk deputi perdana menteri. Rabu pekan lalu PD sudah berunding langsung dengan Solidaritas Organisasi Buruh Komunis yang didirikan tahun 1982 telah menyatakan siap berjuang bersama Walesa. Ini benar-benar menggambarkan betapa partai komunis di Polandia kini tak populer. Partai Demokrasi dulu, 1982, didirikan sebenarnya untuk menggantikan Solidaritas, yang waktu itu dinyatakan sebagai organisasi terlarang. Kini justru PD berniat bergabung dengan Solidaritas. Menurut para pengamat, Walesa di ambang kemenangan. Pihak PKP tak akan berkukuh demi menjaga kondisi perekonomian tak semakin merosot. Dan Walesa pun, bila kepepet, akan bersedia juga memberikan kursi kepada PKP Menurut majalah The Eonomist, kursi menteri pertahanan dan luar negeri akan diberikan kepada PKP. Sementara itu, adakah Uni Soviet akan tinggal diam? Selama Gorbachev masih sebagai pemimpin tertinggi, sulit membayangkan ia akan mengintervensi negara lain. Ini tak sesuai dengan glasnost dan perestroika-nya.Prg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo