Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setrum dan topeng ternyata mampu meningkatkan populasi harimau Bengali. Ceritanya, akhir pekan lalu sekitar 200 pakar anggota Komisi Kelangsungan Hidup Flora dan Fauna berkumpul dan berdiskusi di Roma. Mereka berusaha menentukan cara-cara terbaik untuk melindungi hewan dan tumbuhan dari kepunahan. Nah, salah satu contoh yang dipuji adalah usaha rakyat Bengali Barat menyelamatkan kelangsungan hidup makhluk buas yang kini termasuk dilindungi: harimau Bengali. Ini bukan upaya mudah. Soalnya, di kawasan ini harimau dan sebagian rakyat dikodratkan untuk sering bertemu. Sebagian cukup besar rakyat Bengali bermata pencaharian yang mengharuskan mereka sering berada di tempat rawan, yakni hutan. Entah mereka petani, pencari lebah, atau lainnya. Demi keamanan, dulu mereka sering memburu harimau, guna menghindarkan agar bukan mereka yang diterkam macan galak itu. Tapi, begitu lingkungan hidup menjadi perhatian dunia, dan macan Bengali yang bengal itu dinyatakan dilindungi, repotlah rakyat. Melindungi macan mengorbankan manusia atau melindungi manusia mengorbankan macan jadi dilema bagi para ahli lingkungan hidup Bengali. Itu sebabnya bila mereka lalu melakukan riset. Pertama lewat patung manusia yang dialiri setrum, dan ditaruh di pinggir hutan. Bila sang macam menerkam, langsung ia terpental kena setrum. Usaha ini menyebabkan, konon, si belang jadi jera menyerang orang, takut kesetrum. Di samping itu, ditemukan pula bahwa si raja hutan ternyata pengecut. Mereka selalu menyerang dari belakang. Segera dicari akal dan dilakukan percobaan: beberapa sukarelawan diminta mengenakan topeng di belakang kepala, hingga mereka bak punya dua muka. Lalu mereka diminta lewat dekat-dekat sarang macan. Konon, tak seorang bertopeng ini diserang binatang belang bonteng itu. Maka, kebijaksanaan umum pun diserukan: mereka yang sering nyerempet-nyerempet bahaya diminta memakai topeng di belakang kepala. Bukan untuk membuat harimau ketawa karena ini lucu. Tapi untuk mencegah macan menyerang, karena dari mana pun si belang tak bakal menemukan apa yang menyebabkan ia dijuluki "pengecut" itu. Kabarnya, sejak itu, sejak dua tahun lalu, hanya 30 pencari lebah - mereka yang sering diganggu macan - yang diserang harimau. Dan itu karena mereka tak berdisiplin: tak mengenakan topeng. Hasil yang lain, populasi harimau Bengali menjadi dua kali lipat sampai ada perburuan lagi karena rahasia manusia bermuka dua ketahuan oleh si raja hutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo